Mohon tunggu...
Syifa Khairunnisa Zahrah
Syifa Khairunnisa Zahrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kalang Kabut Melihatnya, Bukan Hantu Tapi Tamu

16 April 2024   23:20 Diperbarui: 16 April 2024   23:39 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuan rumah yang menyambut kedatangan tamu saat Idulfitri. Sumber: IStockPhoto

Rasanya ada yang kurang jika lebaran Idulfitri tak melakukan kegiatan silaturahmi dari rumah ke rumah. Pada Hari Raya Idulfitri, menyambut tamu dan disambut menjadi hal yang biasa dan sering dilakukan khususnya oleh muslim. 

Tradisi silaturahmi digambarkan dengan kegiatan Halal Bihalal yakni, saling memaafkan dan mengunjungi keluarga, tetangga, dan kerabat. Kegiatan tersebut sudah menjadi budaya bagi umat muslim di Indonesia. 

Menurut Barasalim, Pratiknjo, & Damis (2022), tradisi Halal Bihalal ini merupakan bentuk penghayatan nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan  dalam  agama  Islam,  serta  menjadi  momen  penting  untuk  mempererat hubungan  antarindividu   dan   kelompok  masyarakat   setelah  menyelesaikan   kewajiban berpuasa selama bulan Ramadan

Halal Bihalal biasanya dilakukan secara berkelompok, misal satu keluarga berbondong-bondong mengunjungi rumah tetangga di sekelilingnya. Oleh karena itu, biasanya saat idulfitri cenderung lebih sering kedatangan tamu atau bertamu dari hari-hari biasanya. Ketika seseorang bertamu mengunjungi suatu rumah, biasanya mereka akan memberi salam atau mengetuk rumah sang pemilik, kemudian tuan rumah akan menyambutnya. 

Kabur Setelah Melihat Sosok: Hantu atau Tamu?

Di beberapa platform media sosial terdapat fenomena unik bahwa ternyata bagi sebagian orang memiliki pengalaman dan kebiasaan yang sama ketika tamu datang ke rumahnya, yakni mereka lebih memilih untuk lari daripada menyambut tamu yang datang. Contohnya, di platform X ramai cuitan berupa konten meme dari akun X @undipmenfess yang isinya “-dips! Saatnya mengeluarkan meme tahunan” 

Sumber dari akun X milik @undipmenfess
Sumber dari akun X milik @undipmenfess

Postingan tersebut mendapat respon yang cukup besar dari para pengguna X. Terbukti dari postingan tersebut yang mendapatkan 28 ribu suka dan 117 komentar. 

Tak hanya itu, Ardit Erwandha seorang Stand Up Comedian juga membuat konten video di Instagramnya @arditerwandha yang diberi judul “orang biasa vs orang unik” dalam video tersebut digambarkan bahwa ketika ada tamu berkunjung ‘orang biasa’ akan menyambut dengan membukakan pintu bagi tamunya, sedangkan ‘orang unik’ digambarkan sebagai orang yang kabur ke kamar ketika tamu datang. 

Deaninda (19) seorang mahasiswa asal Batam merupakan salah satu dari bagian yang kabur ketika ada tamu yang datang ke rumahnya. Ketika ditunjukkan video “orang biasa vs orang unik” dari akun @arditerwandha, Deaninda mengaku relate dan ketika menonton merasa melihat dirinya sendiri, “persis kaya di video. Aku kabur ke kamar sambil melipir ke ayah atau ibu dulu sambil bilang 'Yah atau Bu, ada tamu tuh' tapi enggak dibukain dulu,” kata Deaninda.

Deaninda mengaku bahwa sebenarnya maksud dari perilaku tersebut semata-mata bukan karena tidak mau bertemu atau silaturahmi dengan tamu yang datang, tapi kadang kondisinya tidak mendukung untuk menerima tamu. Misal karena dirinya sedang merasa kumal atau bahkan belum mandi. 

Selain itu, Deaninda mengaku takut awkward saat sedang menerima tamu dan bingung, harus ngajak ngobrol apa sembari tamunya menunggu ayah atau ibunya. 

Menyambut Tamu adalah Bagian dari Tugas

Berbeda dengan Deaninda, Dariyah (49) wanita asal Karanganyar, Kebumen yang kini sudah tinggal di Bandung selama 20 tahun mengaku bahwa sejak kecil mempunyai peran di keluarganya sebagai penyambut tamu.

“Dulu waktu kecil termasuk orang yang gak percaya diri kalo nyambut tamu, tapi gak begitu malu juga, karena dari kecil dibiasakan untuk menyajikan teh buat tamu. Karena di rumah seringnya gaada siapa-siapa, dan memang dari dulu kalo pembagian peran atau tugas dalam keluarga menyambut tamu itu saya, lanjut lagi dengan rangkaian bikin teh, jadi mau gamau harus menghadapi langsung tamunya. Kalo dibandingkan dengan kakak saya yang cowok, karena beda tugas atau peran, kakak saya lebih jarang kayak menyambut tamu,” tutur Dariyah.

Datang Tak Diundang, Pulang Tak Diantar

Dariyah mengungkapkan bahwa dirinya juga sebenarnya kaget jika ada tamu tiba-tiba datang ke rumahnya, “pertama pasti kaget, terus butuh persiapan kalo ada tamu tiba-tiba dateng ke rumah karena bisa aja rumahnya belum rapi terus kita belum mandi atau kita ada kesibukan yang lain. Beda kalo sebelumnya tamunya ngabarin dulu, jadi kita bisa siap-siap beresin rumah dan kasih jamuan buat tamu.” kata Dariyah.

Deaninda juga menyatakan bahwa jika tamu memberi kabar terlebih dahulu sebelum berkunjung, Ia tidak akan kabur, karena jika tamu memberi kabar sebelum datang, Ia bisa menyiapkan baik jasmani maupun mentalnya sebelum berhadapan dengan tamu. 

“Kalau orang terdekat, yang aku kenal, aku enggak kabur kok. Pasti aku bukain dulu baru manggil ayah atau ibu, soalnya kalau orang terdekat kan, aku enggak perlu takut awkward karena pastinya memang sudah nyambung juga mau ngobrolin apapun juga,” lanjut Deaninda. 

Berbeda Generasi, Berbeda dalam Cara Menyambut Tamu?

Jika diamati lewat media sosial, anak muda yang hidup di zaman sekarang cenderung menjadi individu yang memilih lari atau kabur dan tidak langsung otomatis menyambut tamu yang datang. Berbeda halnya dengan generasi sebelumnya yang merupakan orang tua dari anak-anak muda zaman sekarang. Rini S. Soemarwoto, S.Psi., MA, Ph.D. Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran menjelaskan fenomena tersebut bahwa istilah generasi perlu dimengerti sebagai generasi sosial. 

“Orang yang lahir di tahun yang sama akan mengalami budaya tumbuh kembang yang relatif sama. Artinya, waktu atau masa kelahiran mempunyai pengaruh substansial pada perilaku, sikap, nilai, dan trait kepribadian. 

Now, let see, masa smartphone yang dialami Z, memberikan pengalaman yang berbeda jauh dengan X dalam hal kehidupan sosial, komunikasi, hiburan, politik. Z dihadapkan pada questions tentang gender identity dan roles yang mungkin tidak lagi bersifat binary, sexual orientation, kelas dan status. Z dihadapkan pada pikiran dan ekspresi yang lebih bersifat individual, yang mempertanyakan nilai-nilai yang lebih bersifat mainstreams.  Namun bukan berarti free speech seperti yang dilakukan x, malah restricted, misalnya dalam hal ras, sex.” tutur Rini.

Dariyah termasuk dalam generasi X dan dalam wawancaranya, Dariyah menyatakan bahwa  sejak kecil Ia memang sudah diberi tugas oleh keluarganya untuk menyambut tamu bahkan hingga menyajikan suguhan teh untuk tamunya. 

Berbeda dengan Deaninda yang merupakan generasi Z, Deaninda mengatakan bahwa ibunya sempat kesal dengan perilakunya namun kadang perilakunya juga jadi bahan bercandaan, “ada banget keselnya, kenapa gitu loh enggak mau dibukain dulu, kan kasihan ya tamunya nunggu. Aku juga sering dinasehati kok. Tapi kadang juga jadi bercandaan, diketawain, soalnya aneh. ‘kamu tuh kenapa ngeliat tamu kaya ngeliat hantu, sih,’kata ibu.” tuturnya.

Maka apakah berbeda generasi, berbeda cara menyambut tamu? Boleh jadi berbeda karena antar generasi mempunyai pengalaman yang berbeda pula dalam hal kehidupan sosial, komunikasi, hiburan, dan politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun