Film ini juga menggambarkan bagaimana orang lain dalam lingkungan sosial mereka, seperti keluarga, teman, dan masyarakat luas, memberikan reaksi terhadap perubahan ini. Reaksi ini dapat berkisar dari dukungan hingga kritik sosial, dan hal ini menggambarkan bagaimana masyarakat memiliki pandangan yang kuat tentang peran gender dan bagaimana perubahan ini seringkali disetujui atau ditolak.
Dengan demikian, terminasi gender dilatarbelakangi oleh konsekuensi dari jenis kelamin yang menimbulkan status dan peranan yang melahirkan hak dan kewajiban diantara mereka atas dasar kultur yang ada. Pembagian status dan peran yang secara kultural dianggap tidak adil di mana status dan peran laki-laki dianggap superior sedangkan perempuan dianggap inferior akan memunculkan gejala diskriminasi gender.Â
Oleh karena itu, gender dapat disimpulkan sebagai semua atribut sosial mengenai deskripsi laki-laki dan perempuan, di mana laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat, rasional, gagah dan perkasa. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminin seperti halus, lemah, perasa, sopan dan penakut. Perbedaan ini dipelajari dari keluarga, teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan dan kebudayaan, sekolah, tempat kerja dan media
Referensi
Arifin, Samsul. 2018. "Kesetaraan Gender Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia." Kajian 23 (1): 27--41.
Rokhimah, Siti. 2014. "Patriarkhisme Dan Ketidakadilan Gender." Journal of Education and Practice 6: 132--45.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI