Oleh karena itu Kabir sangat menghargai apa yang dilakukan oleh Ibunya sehingga ia sangat ambisius untuk menjadi seperti sosok Ibunya dalam hal berumah tangga kelak.
Berbanding terbalik dengan sosok istri Kabir yaitu Kia yang pemahaman akan berumah tangga itu sangat berbeda dengan sang suami, Kia merupakan perempuan yang kuat dan sangat rajin bekerja, Kia juga menjadi tulang punggung keluarga layaknya seorang suami yang sedang mencari nafkah, namun Kia tidak keberatan dengan hal itu karena kita bekerja dengan ambisi yang mendapinginya untuk menjadi seorang CEO disebuah Perusahaan karena itu adalah mimpi Kia.Â
Karena dengan peran yang dapat dikatakan terbalik seperti Kabir membersihkan rumah, menyiapkan makanan dan minuman, memperhatikan kesehatan keluarga, berbelanja kepasar. Sedangkan Kia memiliki peran dan fungsi yang sangat mirip seperti seorang suami pada umumnya yaitu pekerja keras dalam menjalani pekerjaannya, tetapi dua orang ini tidak mempermasalahkan kedua hal tersebut karena sudah berkomitmen sebelum menikah.
Kabir dan Kia melakukan dua hal ini sesuai dengan keinginan yang ada sejak lama. Kabir berkeinginan untuk menjadi seorang Ibu Rumah Tangga yang disebabkan adanya rasa kagum terhadap sosok Ibunya, begitupun dengan Kia yang kagum terhadap sosok Ibunya yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.Â
Namun memang ditengah keputusan mereka yang sangat jarang orang lakukan kehidupan rumah tangga Kabir dan Kia tidak selalu harmonis, ada saatnya Kia merasa marah saat Kabir sibuk mencari uang tambahan untuk membeli apartemen dan sibuk bekerja keras untuk memenuhi hal tersebut, namun Kia merasa kesal seperti ada perasaan disaingi, akan tetapi Kabir tidak seperti itu, Kabir selalu mendukung apa yang Kia lakukan.
Namun hal tersebut dapat ditangani dengan baik karena mereka sangat memegang prinsip yang mereka pegang dari awal, ada satu kendala lain juga seperti Ayah Kabir sendiri yang beranggapan bahwa pekerjaan Ibu Rumah Tangga selamanya tidak akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat umum dan hanya dapat menurunkan derajat keluarga.Â
Selain itu, ayah Kabir juga pernah menuntut Kia agar dapat memiliki profesi dan pekerjaan agar tidak memberikan beban seorang suami. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa istilah gender benar kenyataan dan keberadaannya perihal perbedaan peran dan fungsi dari perempuan dan laki-laki.
Dari film "Ki & Ka" dapat diketahui bahwa ketidakseteraan gender sangat terlihat jelas, sebab bukan hanya ayah Kabir saja yang merasa bingung dan aneh, melainkan dari masyarakat setempat juga. Masyarakat yang ada di sekitar Kabir dan Kia memiliki anggapan bahwa seorang suami harus bekerja dan seorang istri melakukan pekerjaan rumah.Â
Hal tersebut lahir karena adanya rekaan budaya dari masyarakat itu sendiri, sebab tidak sedikit perempuan yang memiliki sifat agresif, pencari nafkah dan secara de facto sebagai kepala keluarga, Sebaliknya pun, seorang laki-laki juga terkadang memiliki sifat yang lemah lembut dan secara de facto bukan sebagai kepala keluarga atau sebagainya.Â
Film "Ki & Ka" adalah contoh yang sangat relevan dalam konteks sosiologi gender dan keluarga. Film ini menggambarkan dinamika peran gender dalam keluarga modern dan bagaimana masyarakat bereaksi terhadap peran yang tidak konvensional dalam hubungan suami-istri.
Dalam konteks sosiologi gender, film ini menggambarkan bagaimana norma-norma sosial dan peran gender yang telah mapan dalam masyarakat dapat menjadi kendala dalam menjalani perubahan peran yang diinginkan oleh pasangan suami-istri tersebut (Arifin 2018). Karakter suami yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan istri yang menjadi pekerja menantang ekspektasi tradisional tentang peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga.Â