Hadis ahad terbagi menjadi 3, yaitu:
- Hadis Masyhur (Hadis yang memiliki perawi sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan sanad).
- Hadis 'Aziz (Hadis yang perawinya tidak boleh kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanad-nya, namun boleh lebih dari dua orang, seperti tiga, empat, atau lebih dengan syarat bahwa pada salah satu tingkatan sanad harus ada yang perawinya terdiri atas dua orang).
- Hadits Gharib (Setiap hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi, baik pada setiap tingkatan sanad atau pada sebagian tingkatan sanad, mungkin hanya pada satu tingkatan sanad. Hadis yang di dalam sanadnya terdapat rawi yang menyendiri (gharib). Â Hadis gharib terbagi menjadi 2, yaitu:
- Gharib Muthlaq (Hadis yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya pada asal sanad).
- Gharib Nisbi (Hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang perawi pada asal sanad (perawi pada tingkat Sahabat), namun dipertengahan sanad-nya terdapat tingkatan yang perawinya hanya sendiri (satu orang).
Pembahasan terakhir adalah pembahasan paling utama dalam bahasan kali ini. Kita membahas urgensi mempelajari hadis berdasarkan kuanitas periwayat:
- Menjadi penyebab turunnya rahmat Allah. Karena kita mempelajari tentang yang berkaitan dengan syariat Islam dan diikuti kecintaan pada Allah dan Rasull-Nya, semoga saja hal itu menjadi ladang keberkahan bagi kita yang mempelajari.
- Membaca ragam kisah pribadi manusia (khususnya periwayat hadis). Ketika membaca tentang kisah-kisah para periwayat dahulu, suka duka yang dilalui, dan lain sebagainya, bisa menjadi inspirasi untuk semakin bersemangat dalam mempelajari dan mengamalkan hadis Rasull.
- Mengetahui sejarah masa hidup perawi. Ketika mempelajari hadis penting untuk mengetahui sejarah hidup perawi, bahkan tahun lahir dan wafatnya. Hal ini bisa digunakan untuk menentukan sanad hadis yang ittishal (tersambung) yang merupakan salah satu prasyarat hadis shahih.
- Sumber keteladanan hidup. Penilaian terhadap para perawi sangat beragam, dari segi kelebihan dan kekurangan perawi dalam aspek dan perilaku. Jika pribadinya baik, maka riwayatnya dipertimbangkan untuk diterima, dan sebaliknya jika ada cacat perilaku, ,maka riwayatnya bisa dinilai lemah.
Masih banyak lagi urgensi-urgensi lain dalam mempelajari hadis berdasarkan kuantitas periwayat. Pada pembahasan ini hanya dijelaskan beberapa urgensi saja.
DAFTAR PUSTAKA
Â
Alif, Muhammad, 2010, Hadis Dirijnau dari Kuantitas Sanad, As-Syifa Jurnal Tafsir dan Hadis, Banten, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Vol.01 No.01
Iqbal, Muhammad, Beberapa Manfaat Mempelajari Perawi Hadis, https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/beberapa-manfaat-mempelajari-perawi-hadits-vqXU9, diakses pada 25 Desember 2021 pukul 16.10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H