Pendahuluan
Perusahaan di era digital saat ini menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan dekade-dekade sebelumnya. Salah satu faktor penentu yang tidak bisa diabaikan adalah kemampuan perusahaan untuk menjaga efisiensi dan inovasi dalam sistem pengendalian manajemen (SPM). SPM tidak hanya mencakup pengawasan internal, tetapi juga pengembangan kebijakan dan prosedur yang responsif terhadap dinamika pasar dan tuntutan teknologi. Antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta, perbedaan mendasar dalam tujuan, struktur, dan keterikatan birokrasi menimbulkan pertanyaan: siapakah yang lebih unggul dalam mengelola sistem pengendalian manajemen di era digital? BUMN sering kali dianggap lambat dan birokratis, sementara perusahaan swasta diakui lebih gesit dan inovatif. Namun, apakah benar demikian? Bagaimana perbandingan antara kedua jenis perusahaan ini dalam hal efisiensi dan inovasi sistem pengendalian manajemen? Apa yang bisa kita pelajari dari masing-masing pihak?
Sistem Pengendalian Manajemen: Pilar Utama Pengelolaan Perusahaan
Sistem pengendalian manajemen (SPM) merupakan pilar yang mendasari pengelolaan perusahaan, tidak hanya dalam hal pengawasan, tetapi juga dalam memastikan bahwa tujuan strategis organisasi tercapai melalui pelaksanaan operasional yang optimal. Dalam teori pengendalian manajemen yang dikembangkan oleh Anthony dan Govindarajan, SPM didefinisikan sebagai serangkaian alat yang digunakan oleh manajemen untuk memastikan organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Namun, era digital menuntut lebih dari sekadar pengendalian tradisional. SPM kini harus mampu merespon perubahan yang cepat, termasuk teknologi baru, model bisnis yang disruptif, dan globalisasi yang mendorong perusahaan untuk selalu inovatif. Di sinilah letak perbedaan mendasar antara BUMN dan perusahaan swasta: seberapa cepat mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ini melalui SPM yang adaptif.
Efisiensi dalam BUMN: Tertinggal Karena Birokrasi?
Di Indonesia, BUMN sering kali terikat pada tujuan ganda, yaitu kesejahteraan sosial sekaligus profitabilitas. BUMN seperti PLN, Pertamina, dan Telkom Indonesia memikul tanggung jawab besar untuk melayani masyarakat luas, bahkan di daerah-daerah yang tidak ekonomis secara bisnis. Hal ini sering kali menimbulkan beban tambahan dalam hal pengendalian biaya dan sumber daya. Studi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa salah satu faktor utama yang menghambat efisiensi operasional BUMN adalah birokrasi internal yang kompleks.
PLN, sebagai contoh konkret, menghadapi tantangan dalam mengurangi biaya produksi listrik yang tinggi, sebagian besar disebabkan oleh ketergantungan pada energi fosil dan subsidi yang diberikan pemerintah. Dalam Laporan Tahunan PLN tahun 2023, disebutkan bahwa PLN menghadapi kesulitan dalam mengimplementasikan efisiensi operasional karena proses pengambilan keputusan yang memerlukan persetujuan dari banyak pihak, baik dari pemerintah maupun lembaga pengawas.
Sebaliknya, perusahaan swasta yang berorientasi pada keuntungan sering kali lebih cepat dalam merespon perubahan pasar. Mereka memiliki fleksibilitas lebih besar dalam menyesuaikan struktur biaya, memperbaiki operasional, dan melakukan investasi dalam teknologi baru tanpa campur tangan yang berlebihan dari otoritas eksternal. Misalnya, Gojek mampu melakukan optimalisasi biaya operasional dengan memanfaatkan teknologi big data untuk memprediksi kebutuhan konsumen dan mengoptimalkan alokasi sumber daya manusia dan kendaraan.Â
Inovasi: Keunggulan Perusahaan Swasta atau BUMN?
Inovasi menjadi elemen penting dalam meningkatkan daya saing di era digital, baik di BUMN maupun perusahaan swasta. Namun, faktor-faktor yang mendorong inovasi ini berbeda antara kedua entitas tersebut. Perusahaan swasta cenderung didorong oleh kebutuhan pasar dan tekanan untuk terus berinovasi agar tetap relevan dan kompetitif. Contoh nyata adalah Gojek dan Tokopedia yang secara konsisten mengembangkan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berubah.
Berbeda dengan perusahaan swasta, inovasi di BUMN lebih sering dihadapkan pada tantangan birokrasi dan kebijakan pemerintah. Di sisi lain, ada juga BUMN yang telah berhasil mengadopsi inovasi dan teknologi secara efektif. PT Telkom Indonesia, misalnya, merupakan salah satu BUMN yang telah menunjukkan keberhasilan dalam melakukan transformasi digital. Telkom mengembangkan platform digital seperti IndiHome dan layanan berbasis cloud untuk melayani sektor korporasi, yang tidak hanya mendiversifikasi bisnisnya tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional. Menurut laporan dari McKinsey pada tahun 2022, Telkom telah berhasil meningkatkan efisiensi hingga 20% dengan memanfaatkan otomatisasi digital dan analitik canggih untuk mendukung pengambilan keputusan strategis.
Studi Kasus: PLN vs Grab
Untuk memperdalam pemahaman kita, mari lihat perbandingan konkret antara dua perusahaan yang sangat berbeda: PT PLN (Persero), sebuah BUMN besar yang bergerak di sektor energi, dan Grab, perusahaan swasta di sektor transportasi dan teknologi.
PLN: