Mohon tunggu...
Syifa Hanina
Syifa Hanina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam 2C, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Seorang Dai

27 Mei 2024   17:56 Diperbarui: 27 Mei 2024   17:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Dr. Syamsul Yakin, MA. & Syifa Hanina

(Selaku Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Akhlak adalah reaksi alami, terutama bagi seorang dai, terhadap berbagai perilaku yang dia temui dari mad'u-nya. Mad'u bisa berperilaku menyenangkan, menyebalkan, atau pun menantang, dan akhlak seorang dai akan tercermin dalam responsnya terhadap beragam perilaku tersebut.

Allah memastikan bahwa seorang dai dapat menunjukkan kelembutan hati saat berinteraksi dengan mad'u, tanpa memandang kondisi atau perilaku mereka. Ditegaskan dalam firman-Nya, "Dengan rahmat Allah, kamu menjadi penuh kasih sayang terhadap mereka." (Surah Ali Imran/3:159).

Dalam sejarah dakwah Nabi, ayat ini menjadi jaminan Allah kepada Nabi bahwa apapun respons yang diterima beliau dari mad'u saat berdakwah, Allah akan menjaga kelembutan hati beliau. Hal ini juga berlaku bagi para dai saat ini, karena Allah tetap memberikan jaminan yang sama.

Dalam sejarah, tercatat bahwa Nabi Muhammad memperlakukan orang-orang kafir di Mekah dengan kelembutan. Baginya, mad'u adalah subjek dakwah dan saudara sesama manusia yang harus diarahkan kembali ke jalan kebenaran. Meskipun mereka melakukan pelanggaran berat, Nabi tetap menunjukkan sikap yang lemah lembut, bahkan ketika dihadapkan pada upaya boikot.

Di Mekah, Nabi Muhammad dan pengikutnya mengalami boikot ekonomi yang dilakukan oleh penduduk setempat. Mereka mengumumkan larangan menjual barang kepada Nabi dan membeli barang dari Nabi. Hal ini sangat mempengaruhi mata pencaharian masyarakat, terutama karena perdagangan adalah karakteristik utama dari kehidupan ekonomi mereka, mengingat Mekah adalah kota yang sangat bergantung pada perdagangan.

Sebagai seorang dai, Nabi Muhammad menjawab situasi tersebut dengan akhlak yang mulia. Allah memberi pesan, "Jika kamu bersikap keras dan kasar, mereka akan menjauh dari kamu. Maka, maafkanlah mereka." (Surah Ali Imran/3:159).

Allah menjanjikan dalam Al-Qur'an bahwa sanksi yang setimpal akan diberikan sebagai balasan atas kejahatan. Namun, bagi siapa yang memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat, pahalanya akan datang dari Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai perilaku zalim. (Surah al-Shura/42:40).

Seorang dai juga harus memiliki akhlak untuk memohonkan ampunan bagi mad'u yang telah melakukan dosa yang berat kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam ayat, "Mohonkanlah ampunan bagi mereka" (Surah Ali Imran/3:159).

Ketika Nabi Muhammad berdakwah di masyarakat Thaif, dia mengalami perlakuan zalim dari mereka. Ketika melihat hal itu, seorang malaikat menawarkan untuk menghancurkan Thaif dengan dua gunung besar. Namun, Nabi Muhammad menolak dan berharap agar Allah memunculkan keturunan mereka yang akan beribadah hanya kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun. (HR. Bukhori)

Sebagai seorang dai, penting untuk mau berdiskusi dan berunding dengan mad'u dalam hal-hal yang berkaitan. Ini merupakan ajaran Allah dalam firman-Nya, "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (Surah Ali Imran/3:159).

Sebagai seorang pengemban dakwah, sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad melibatkan para sahabat dalam proses musyawarah saat Perang Uhud. Ketika ada dua pendapat, apakah tetap bertahan di Madinah atau keluar untuk menghadapi musuh, mayoritas sahabat menyarankan untuk keluar dan menghadapi musuh. Akhirnya, Nabi memutuskan untuk mengikuti saran tersebut dan bersama pasukannya keluar dari Madinah.

Selain akhlak yang telah disebutkan sebelumnya, tawakal juga merupakan hal yang penting bagi seorang dai. Allah mengajarkan, "Setelah kamu mengambil keputusan, maka berserahlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tawakal kepada-Nya." (Surah Ali Imran/3:159).

Jika kita menelaah Surah Ali Imran ayat 159, akhlak yang harus dimiliki oleh seorang dai mencakup kelembutan, kemauan untuk memberi maaf, permohonan ampunan, partisipasi dalam musyawarah, serta kepercayaan dan ketergantungan kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun