Bukan hanya orang dewasa saja, anak-anak juga termasuk makhluk yang senang akan hal-hal menarik. Tentunya, agar kegiatan storytelling dapat menarik perhatian dan minat pendengarnya, biasanya storytelling dapat dilakukan dengan berbagai media atau alat peraga contohnya menggunakan media boneka tangan atau wayang.Â
Baca juga: Tambah Skill Storytelling dengan Belajar dari Pesulap
Maka dari itu, kegiatan storytelling bagi anak usia dini dapat dikatakan efektif sebagai metode pendidikan, penanaman nilai-nilai moral atau stimulasi perkembangan anak.Â
Dalam kegiatan storytelling dengan anak usia dini tentunya sebagai orang tua, guru maupun seorang storyteller harus memperhatikan beberapa hal-hal yang harus dilakukan dalam bercerita, pesan moral apa saja yang disampaikan, tahapan dalam melakukan kegiatan storytelling serta proses pelaksanaan storytelling agar dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Di dalam storytelling terdapat elemen-elemen penting diantaranya yaitu, cerita, alur cerita, pesan moral, gaya, intonasi atau suara, kontak mata, gerak tubuh (gesture), mimik wajah dan alat peraga. Elemen-elemen inilah yang dapat mempengaruhi proses kegiatan storytelling dapat dilakukan secara maksimal atau tidak.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, storytelling memiliki beberapa jenis diantaranya sbeagai berikut:
1.Cerita Fabel
Fabel yaitu cerita  yang berisi tentang kehidupan para binatang yang digambarkan dapat berbicara seperti manusia. Biasanya cerita jenis ini yang paling disenangi oleh anak-anak karena daya tarik anak-anak terhadap hewan atau binatang masih sangat tinggi. Contoh cerita fabel yaitu kelinci dan kura-kura, Si kancil.
2.Cerita Dongeng
Dongeng adalah sebuah cerita khayalan atau imajinasi yang tidak nyata. Cerita ini berasal dari pemikiran fantasi seseorang saja dan diceritakan secara turun-temurun. Contoh cerita dongeng yaitu Cinderella, Rapunzel dan lain-lain.
3.Cerita rakyat atau legenda