Mohon tunggu...
Syifa Billah Ar Robbani
Syifa Billah Ar Robbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis Dakwah Kampus

Aktivis dakwah mahasiswa yang aktif menulis untuk mengulas persoalan umat disertai dengan solusi hakiki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pakai Hijab Syari? Siapa Takut!

5 Juni 2023   08:00 Diperbarui: 5 Juni 2023   08:10 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang manusia terlebih menjadi seorang muslim, terdapat aturan dari Sang Pencipta yang harus kita patuhi. Salah satunya ketika menjadi seorang muslimah, Allah menetapkan aturan dalam berpakaian. 

Namun faktanya masih banyak muslimah yang enggan bahkan takut untuk melaksanakan perintah Allah tersebut. Maka dari itu, mari kita bahas bagaimana agar bisa meneguhkan diri untuk taat pada perintah Allah terutama berpakaian syar'i

1. Memahami hakikat seorang muslim

Allah menciptakan manusia dengan tujuan dan maksud tertentu. Sebagai seorang manusia, kita harus mengetahui hakikat manusia itu sendiri.

Dari mana manusia berasal?

Untuk apa manusia hidup?

Akan kemana manusia setelah hidup?

Pertanyaan tersebut harus dipahamkan terlebih dahulu oleh setiap manusia terutama bagi setiap muslim.

Jika setiap muslim sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan besar di atas, maka ia akan senantiasa untuk beribadah kepada Allah dengan mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

2. Memahami dalil memakai hijab syari

Dalam mematuhi perintah dan menjauhi laranganNya, sebagai seorang muslim hendaknya harus mengetahui dalil yang berasal dari sumber hukum Islam yaitu Al Quran dan As Sunnah. Dalil tersebut menjadi dasar atas segala perbuatan yang kita lakukan.

Adapun dalil yang mengatur bagaimana selayaknya muslimah dalam berpakaian yaitu :

a. Dalil Khimar (Q.S An Nur ayat 31)

وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. 

Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

b. Dalil Jilbab (Q.S Al Ahzab ayat 59)

 
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ  
ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Artinya: Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Perkuat niat untuk berubah menjadi lebih baik

Sebagaimana yang Rasulullah SAW katakan dalam hadist

إنما الأ عمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى

Artinya: "Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu, jika kita sudah mengetahui hakikat kita sebagai seorang muslim ditambah dengan adanya dalil yang diperintahkan Allah kepada setiap hambanya, pasti akan kuat pula niat ikhlas karena Allah karena ridho Allah lah yang utama, bukan yang lain.

4. Mengamalkan dalam memakai hijab syari

Perkuat niat saja tidak cukup. Meskipun sudah tau perintah yang harus dipatuhi, tetap harus ada amalan yang dilakukan agar niat dan ilmu tersebut tidak sia-sia. Karena Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah yang mana ia hidup tapi tidak ada hasilnya dari ilmu yang ia dapatkan.

Selain itu, jika kita mengamalkannya ikhlas karena Allah, pasti tidak akan takut terhadap cacian dari orang lain seperti sok alim dan cacian lain bahkan sampai mengaku ke ranah fisik. Cacian tersebut pertanda bahwa Allah sedang menguji kesungguhan kita dalam menaati perintahnya. Itu berarti Allah ingin mengangkat derajat kita di sisiNya. Jadi selalu ingat bahwa kebahagiaan seorang muslim itu ketika mendapatkan ridho Allah, bukan yang lain apalagi ridho manusia.

5. Bergabung dalam jamaah dakwah

Hal yang ramai di tengah para hijabers yang tidak bertahan lama yaitu susahnya mencari lingkungan yang kondusif lagi suportif ke arah yang benar. Untuk mengatasi permasalahan itu, hendaknya setiap muslim mengkondisikan lingkungannya dengan bergabung ke dalam jamaah dakwah yang dengannya dapat meningkatkan kesadaran kita akan hubungan kita sebagai makhluk dengan Allah sebagai pencipta lagi pengatur kehidupan.

Banyak jamaah dakwah yang bisa membimbing untuk menjadi muslimah berkualitas. Jangan takut terhadap jamaah dakwah dengan alih-alih sesat, intoleran, ataupun radikal. Kita harus tabayyun dengan pemberitaan yang tidak sepenuhnya benar. Karena jamaah dakwah yang terkategori sesat, intoleran, ataupun radikal, pasti tidak berlandaskan pada sumber hukum Islam yaitu Al Quran, Assunah, Ijma, Qiyas, dll.

Maka dari itu hendaknya kita harus pandai dalam menerima informasi dengan menggali lebih dalam lagi mengenai jamaah dakwah yang akan diikuti

6. Perbanyak pemahaman dengan tsaqofah islam

Memperbanyak pemahaman dengan tsaqofah itu sangat diperlukan untuk menunjang keistiqomahan menjadi seorang muslimah. Dengan tsaqofah Islam yang nantinya akan membentuk pola pikir Islam pula yang dari pola pikir tersebut akan terbentuk akhlak atau kepribadian sesuai dengan Islam.

Dari beberapa tahapan tadi, jika diamalkan Insyaallah akan memperkuat proses kita menjadi orang yang senantiasa taat dan patuh pada Allah.

Semangat dan selalu sertakan Allah di setiap langkah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun