Mohon tunggu...
Syifa Azzahra
Syifa Azzahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Hobi membuat karya seni random

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Belajar Komunikasi Antarbudaya dari Event Jejepangan di Jogja

30 November 2024   06:51 Diperbarui: 30 November 2024   06:51 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Belajar Komunikasi Antarbudaya dari Event Jejepangan di Jogja

Jogja, selain dikenal sebagai kota budaya dan pelajar, juga menjadi wadah bagi berbagai acara komunitas yang menarik. Salah satunya adalah event Jejepangan, yang selalu ramai dengan penggemar budaya pop Jepang. Sebagai seorang mahasiswa yang tinggal di Yogyakarta, saya sangat beruntung bisa menghadiri berbagai acara budaya, termasuk event jejepangan yang diadakan di salah satu pusat perbelanjaan, nama eventnya adalah "PARIPICO". Di acara ini, saya melihat bagaimana komunikasi internasional, antar etnis, dan antar ras saling terjalin. Pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang datang dari luar negeri seperti Jepang dan Malaysia, berkumpul untuk merayakan kecintaan terhadap budaya Jepang. Setiap percakapan, baik dalam bahasa Jepang maupun Indonesia, menciptakan jembatan yang memperkuat komunikasi antar budaya. Di sinilah saya menyadari bahwa meskipun ada perbedaan, minat yang sama dapat menyatukan kita.

Komunikasi internasional melibatkan pertukaran informasi antara individu atau kelompok dari negara yang berbeda. Hal ini sering kali mencakup perbedaan bahasa, norma sosial, dan nilai-nilai budaya. Di sisi lain, komunikasi antar etnis dan komunikasi antar ras berfokus pada interaksi antara kelompok-kelompok yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dalam satu negara atau wilayah. Semua bentuk komunikasi ini saling berkaitan dan membentuk jembatan untuk memahami perbedaan serta menghargai keanekaragaman.Contoh nyata dari keterkaitan ini dapat dilihat dalam acara Jejepangan di Yogyakarta, di mana pengunjung dari berbagai etnis dan ras berkumpul untuk merayakan budaya Jepang. Dalam acara tersebut, saya berkesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda, belajar tentang kebiasaan mereka, serta berbagi pengalaman. Momen ini menunjukkan bahwa komunikasi antar budaya tidak hanya memperluas wawasan tetapi juga memperkuat hubungan sosial.

Ketika kita berbicara tentang budaya lain, stereotipe sering kali menjadi hambatan pertama. Misalnya, ada anggapan bahwa penggemar anime adalah "tidak dewasa" "bau bawang" "aneh" atau "kurang serius." Prasangka ini membuat beberapa orang merasa minder untuk mengekspresikan kecintaan mereka terhadap budaya Jepang. Selain itu, etnosentrisme juga bisa menjadi penghalang. Beberapa peserta menganggap budaya lokal harus lebih diutamakan dibanding budaya luar seperti Jepang. Padahal, menikmati budaya lain tidak berarti melupakan akar budaya sendiri. Dalam konteks komunikasi antarbudaya, hambatan ini dapat mengurangi rasa saling menghormati dan keterbukaan

Setiap kali saya bertemu orang baru di event jejepangan, saya berusaha untuk menerapkan beberapa langkah penting dalam komunikasi antar budaya. Pertama, saya fokus pada mendengarkan. Dalam diskusi dengan pengunjung yang mengenakan kostum cosplay, saya berusaha untuk memahami alasan di balik pilihan karakter mereka, serta cerita yang mereka bawa. Kedua, saya berusaha untuk tidak menghakimi. Misalnya, ketika seorang teman baru menceritakan bagaimana anime membantunya mengatasi kesulitan pribadi, saya memahami bahwa setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda atau jika baju, make up, aksesoris mereka aneh saya tetap menghargai usaha mereka untuk bercosplay. Ketiga, saya berbagi cerita tentang pengalaman saya sendiri, seperti bagaimana saya mulai menyukai budaya Jepang melalui anime dan manga, karakter saya sukai dan hobi menggambar saya. Dengan cara ini, kami dapat membangun koneksi yang lebih dalam.

Salah satu pengalaman yang berkesan adalah ketika saya bertemu dengan seorang cosplayer asal Malaysia di Jogja. Dia memakai kostum karakter dari Game Genshin Impact bernama Ayaka yang sangat detail. Saya penasaran dengan ceritanya dan memberanikan diri untuk bertanya dalam bahasa Inggris, namun ternyata dia memahami sedikit bahasa Indonesia sehingga saya tidak terlalu sulit untuk berbincang dengannya. Percakapan kami dimulai dari kostum hingga pengalaman dia berkeliling Indonesia. Dia juga bertanya tentang batik dan tradisi lokal, yang membuat saya sadar bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses belajar dua arah. Dari situ, saya belajar bahwa komunikasi bukan hanya soal bahasa, tetapi juga keberanian untuk terbuka dan saling menghargai.

Pengalaman berkesan selanjutnya saat bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Kami berbagi makanan tradisional Jepang seperti sushi dan ramen sambil mendengarkan musik Jepang. Momen tersebut tidak hanya memperkaya pengetahuan saya tentang budaya Jepang tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan di antara kami meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda.

Sebagai seorang calon jurnalis, pemahaman tentang komunikasi antar budaya sangat penting. Dalam profesi ini, kita sering kali harus berinteraksi dengan narasumber dari berbagai latar belakang budaya. Memahami perbedaan budaya akan membantu dalam menggali informasi secara lebih efektif dan menghindari kesalahpahaman selama wawancara. Selain itu, kemampuan untuk menghormati dan memahami perspektif orang lain akan meningkatkan kualitas laporan yang dihasilkan.Dengan demikian, pemahaman tentang komunikasi antar budaya bukan hanya menjadi nilai tambah tetapi juga menjadi kebutuhan dasar bagi seorang jurnalis untuk menyampaikan berita secara akurat dan sensitif terhadap konteks budaya masing-masing individu atau kelompok.Melalui pengalaman-pengalaman ini, saya menyadari bahwa komunikasi antar budaya adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis dan efektif dalam masyarakat multikultural saat ini.

Event jejepangan di Yogyakarta bukan hanya tentang cosplay dan budaya Jepang, tetapi juga tentang merayakan keragaman dan membangun hubungan antar budaya. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa komunikasi adalah kunci untuk memahami satu sama lain. Mari kita terus berbagi cerita, mendengarkan, dan merayakan perbedaan, karena di situlah kita menemukan keindahan dalam pertemuan budaya. Yogyakarta, sebagai kota pelajar, mengajarkan saya bahwa setiap orang memiliki cerita unik, dan setiap cerita berharga untuk dibagikan.

Apakah kamu mempunyai pengalaman asik di event event jejepangan? yuk kita sharing-sharing pengalaman!

Syifa Azzahra (2310901071)

Ilmu Komunikasi B

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun