Mohon tunggu...
Syifa Awaliyah
Syifa Awaliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Semester 1 FDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hidup itu sederhana, yang hebat hanya tafsirannya. Jangan lupa untuk tidak percaya pada katanya, namun pada nyatanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Akidah Ilmu Kalam: Kemunculan Salafi Wahhabi

2 Januari 2024   23:25 Diperbarui: 2 Januari 2024   23:28 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Secara bahasa salafi berasal dari bahasa Arab "Salafa-yaslifu-salafan." yang memiliki arti yang mendahului, nenek moyang dan leluhur. Dalam ilmu fiqh kata al-salaf digunakan untuk merujuk pada individu yang pendapatnya dianut dalam masalah agama namun, perlu diingat bahwa penggunaan istilah ini dapat berbeda-beda sesuai dengan madzhab.1Gerakan Salafi awalnya muncul sekitar abad ke-4 H dan dipelopori oleh ulama dari mazhab Hambali yang ingin menghidupkan kembali tradisi-tradisi ulama terdahulu (salaf as-shlih). Munculnya gerakan ini terkait dengan permasalahan teologis, seperti inkuisisi al-Qur'an dan pengekangan terhadap Imm Ahmad bin Hanbal oleh penguasa Abbasiyah yang menganut paham Mu'tazilah.Pada akhir abad ke-7 H, gerakan Salafi mengalami kebangkitan di bawah kepemimpinan Ibn Taimiyah (w. 729 H/1329 M) sebagai respon terhadap pemikiran rasional dan kecenderungan umat Islam terhadap filsafat dan ilmu kalam yang dianggap bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan hadis. dan tradisi para ulama. Pada pertengahan abad ke-12 atau akhir abad ke-17, gerakan Salafi menggantikannya menjadi gerakan yang disebut Wahabiyyah, yang diteruskan kepada Muhammad bin 'Abd al-Wahhb (w. 201 H / 1787 M). Kemunculan gerakan Salafi di tangan Muhammad bin 'Abd al-Wahhb menambah ciri khas tersebut, yaitu memerangi segala bentuk kesalahpahaman dan takhayul, menyerukan kemurnian tauhid dan menjaga lindungan kesengsaraan dari segala penyimpangannya. Ia berusaha membersihkan Islam dari kerusakan yang ia yakini telah merusak Islam. Hal ini juga memasukkan makna literalisme dan menjadikan teks sebagai satu-satunya sumber otoritas yang sah, sekaligus menunjukkan permusuhan ekstrim terhadap intelektualisme, mistisisme, dan semua perbedaan sekte yang ada dalam Islam. Dia ingin membebaskan umat Islam dari terpenjara dalam bid'ah zaman kemunduran.

Ironisnya, pada awal abad ke-20 M, gerakan Salafi dihidupkan kembali oleh Jamaluddin al-Afghani dan kawan-kawan dengan orientasi liberal untuk menyikapi zaman modern. Mereka mendorong umat Islam untuk kembali ke sumber yang murni seperti Alquran dan hadis. Tokoh utama gerakan Salafi adalah Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Muhammad Syaukani. Mereka menganggap penting untuk kembali ke ajaran Islam dan menafsirkan teks dengan cara yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun