" Rahasia Surfaktan dalam Cleansing oil: Solusi Efektif untuk Makeup Waterproof Bersih Sempurna "
Kulit adalah organ terbesar yang dimiliki oleh manusia dengan total sekitar 15% dari berat tubuh orang dewasa. Selain untuk melindungi tubuh dari teriknya sinar matahari, kulit juga menjadi ceminan utama penampilan, terutama pada wajah. Karena itu, menjaga kesehatan kulit wajah adalah hal yang sangat penting. Sebagai wanita, tentu saja kecantikan menjadi hal utama untuk menarik perhatian. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Markplus Inc. dan Zap Clinic pada tahun 2023, wajah kusam menjadi masalah kulit yang paling sering dialami wanita Indonesia. Masalah kulit kusam ini sebenarnya dapat diatasi dengan langkah sederhana, yaitu menggunakan produk pembersih makeup yang efektif untuk mengangkat residu yang teringgal di wajah dan tentunya kulit wajah menjadi lebih bersih dan terawat.
Di zaman modern ini, wanita mana yang tidak menggunakan makeup? Walaupun hanya untuk pergi sebentar ke swalayan atau bertemu dengan seseorang. Kalau sering pakai makeup, pasti tahu pentingnya membersihkan wajah dengan benar agar kulit wajah tetap bersih meskipun memakai makeup setiap hari. Nah, dalam dunia skincare sekarang sangat populer penggunaan cleansing oil sebagai pembersih makeup. Produk skincare ini sangat terkenal karena dapat mengangkat/melarutkan makeup dan kotoran yang ada dalam wajah setelah seharian beraktivitas di luar ruangan, bahkan cleansing oil dapat mengangkat makeup waterproof yang tidak bisa dibersihkan hanya dengan air saja.
Tapi apasih rahasia dibalik keajaiban ini? Jawabannya adalah surfaktan! Mungkin sudah banyak yang mengenal istilah bahwa "Air dan minyak tidak pernah akur". Dalam dunia kimia, hal ini benar adanya, dimana air dan minyak memang dua zat yang sangat sulit bercampur, tetapi untungnya ada zat ajaib yang bernama surfaktan sehingga memungkinkan keduanya bersatu. Surfaktan, sang pahlawan kecil ini menjadi salah satu formula dalam cleansing oil yang bikin minyak bisa bercampur sama air, jadi makeup yang sudah terangkat oleh cleansing oil, dapat dengan mudah dibilas menggunakan air tanpa meninggalkan rasa lengket.
Tahukah anda? Bahwa konsep emulsi seperti ini sudah lama ada yaitu pada awal abad ke-20, banyak ahli kimia yang bereksperimen dengan surfaktan dan menciptakan produk pembersih wajah yang lebih efektif. Surfaktan sudah sangat populer sejak saat itu, dan kini semakin populer saat digunakan dalam cleansing oil. Cleansing oil adalah salah satu inovasi terbaik yang memanfaatkan teknologi itu. Selain praktis, cleansing oil juga lembut untuk kulit, menjadikannya favorit bagi banyak orang. Artikel ini akan membahas kenapa surfaktan dapat menjadi kunci utama dalam membuat proses bersihin makeup jadi lebih gampang, praktis, dan nyaman untuk kulit kita.
Pada awal abad ke-20, dunia industri mengalami perkembangan pesat meskipun teknologi belum secanggih saat ini, tetapi sudah banyak sekali penemuan penemuan hebat yang sangat berguna di masa itu. Namun, ada sebuah tantangan besar yang tak kunjung terpecahkan yaitu bagaimana caranya mengatasi perbedaan antara minyak dan air yang tak bisa bercampur? Masalah ini menjadi sangat penting dengan meningkatnya kebutuhan untuk pembuatan sabun dan pembersih.
Di sore hari saat hujan, dalam sebuah laboratorium kecil di Jerman, seorang ilmuwan muda bernawa Hans Muller mulai tertarik dengan fenomena yang sering ia temui setiap hari terutama saat dirinya selalu berada di dapur. Setiap kali ia mencampurkan air dan minyak, ia menyadari bahwa kedua zat itu tidak bisa bercampur, tetap terpisah dengan jelas. Tentu saja banyak orang yang telah mengetahui hal itu. Namun, pada suatu eksperimen, ia menemukan bahwa ketika ia menambahkan sedikit bahan kimia tertentu, air dan minyak bisa tercampur, menciptakan sebuah emulsi. Bahan kimia yang ia tambahkan adalah senyawa yang kelak dikenal dengan nama surfaktan.
Dalam eksperimen selanjutnya, Mller mulai menguji berbagai jenis senyawa untuk melihat bagaimana mereka mempengaruhi kemampuan air dan minyak untuk bercampur. Ia menemukan bahwa surfaktan bekerja dengan cara mengurangi tegangan permukaan antara dua zat yang tidak dapat bercampur tersebut. Surfaktan, dengan struktur molekulnya yang memiliki bagian hidrofobik (tak suka air) dan bagian hidrofilik (suka air), mampu menjembatani dua unsur yang berlawanan menjadi saling menyatu dan menjadikan nya inovasi baru sekaligus solusi dalam memecah kebuntuan masalah pada saat itu. Siapa sangka, penemuan sederhana ini akan membawa perubahan besar dalam dunia pembersihan kulit dan bahkan banyak industri lain, termasuk di dunia kecantikan.
Penemuan Hans Muller membuka pintu bagi berbagai aplikasi baru terutama dalam bidang industri, membuat perubahan dan tentunya ini penemuan yang sangat berguna untuk kehidupan di masa mendatang. Dalam industri, surfaktan digunakan untuk membuat sabun dan deterjen, yang memungkinkan untuk menghilangkan kotoran berminyak yang sulit diatasi sebelumnya dan tidak hilang hanya dengan menggunakan air saja. Surfaktan juga memainkan peran penting dalam pembuatan emulsi, yang digunakan dalam berbagai produk kosmetik (kecantikan), skincare, obat obatan hingga makanan.
Namun, tentunya perjalanan Hans Muller tidaklah mudah, ia mengalami berbagai kegagalan hingga akhirnya mencapai keberhasilan. Penelitiannya awalnya kurang dihargai karena banyak orang yang tidak mengerti mengenai pentingnya penggunaan dan peran surfaktan dalam kehidupan sehari hari. Namun, seiring dengan berjalan nya waktu dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat dan canggih nya teknologi, dunia ini mulai sadar akan keajaiban kecil yang ada dalam surfaktan.
Pada tahun 1930-an, surfaktan mulai digunakan secara luas, terutama dalam industri deterjen, yang merevolusi cara orang mencuci pakaian hingga kembali bersih dan terawat. Pada saat yang sama, penemuan ini memengaruhi perkembangan teknologi lain, seperti pembuatan cat dan emulsi obat. Seiring dengan penelitian yang lebih lanjut, surfaktan menjadi bahan penting dalam banyak bidang, mulai dari pertanian hingga energi. Bahkan kini, surfaktan berperan sebagai teknologi canggih untuk pembersih, surfaktan digunakan dalam dunia kecantikan sebagai cleanser untuk pembersih makeup pada wajah.
Kisah penemuan surfaktan ini adalah contoh bagaimana suatu penemuan sederhana yang meskipun muncul hanya dari eksperimen yang tampak biasa saja dapat mengubah dunia. Seperti halnya dengan banyak penemuan besar lainnya, penemuan surfaktan berawal dari rasa penasaran dan semangat untuk memahami dunia di sekitar kita, yang akhirnya membawa dampak besar bagi kemajuan teknologi dan industri. Meskipun nama Hans Mller kini mungkin tidak sepopuler ilmuwan lain dari era yang sama, namun kontribusinya dalam menemukan surfaktan terus hidup dalam setiap produk pembersih, kosmetik, dan berbagai aplikasi industri yang kita gunakan setiap hari.
Dalam dunia kecantikan, tidak asing lagi jika mendengar kata kosmetik. Kosmetik diambil dari Bahasa Yunani 'kosmetikos', yaitu keterampilan menghias atau mengatur. Istilah mudah nya kosmetik ini digunakan untuk mempercantik diri dan mengubah penampilan untuk memelihara tubuh agar selalu dalam kondisi yang baik dan bersih. Salah satu kosmetik dasar yang banyak digunakan adalan cleanser yang digunakan sebagai pembersih. Cleanser berfungsi untuk menghilangkan kotoran dan partikel yang tidak diinginkan dari permukaan kulit wajah.
Cleanser dibagi menjadi dua jenis, yaitu soap-based dan syndet (synthetic detergent). Sabun merupakan garam fatty acid yang berasal dari hasil reaksi saponifikasi basa kuat dengan lemak nabati maupun hewani. Di samping itu, syndet atau yang biasa disebut sebagai surfactant-based, memiliki sifat detergen. Kedua tipe cleanser ini memiliki surfaktan yang berfungsi sebagai cleaning agent dengan cara menurunkan tegangan permukaan antara air dan kotoran sehingga kotoran dapat terangkat. Surfactant-based atau syndet bersifat lebih halus karena bisa menjaga struktur alami, fungsi, dan integritas kulit. Di sisi lain, soap-based terbukti lebih kasar dan dapat menyebabkan rusaknya sistem perlindungan kulit, pengangkatan lemak alami kulit, dan penggeseran pH kulit sehingga kurang cocok digunakan menjadi pembersih karna mempunyai risiko tidak aman ada kulit terutama kulit wajah yang lebih sensitif.
Cleansing oil adalah terobosan baru hasil penelitian sains yang semakin berkembang. Jika kamu pernah mencoba cleansing oil, mungkin kamu akan tahu betapa ajaib nya produk ini bisa menghapus makeup tebal tanpa meninggalkan residu, kotoran bahkan foundation seberat apapun. Bayangkan, dengan beberapa tetes cleansing oil, semua itu hilang seakan terbawa angin begitu saja. Namun, tanpa kamu sadari ada peran penting yaitu pahlawan ajaib yang kita sebut sebagai surfaktan. Cleansing oil menjadi produk yang sangat populer, terutama di kalangan mereka yang memiliki makeup tebal dan waterproof atau kulit yang sensitif. Tapi, tahukah kamu bahwa pembersihan yang lembut dan efektif itu terjadi berkat peran surfaktan dalam minyak pembersih?
Mari kita kembali ke cerita seorang wanita, sebut saja namanya Dara, yang bekerja sebagai makeup artist di sebuah film besar. Setiap hari, Dara harus menggunakan makeup tebal, yang tak hanya melibatkan foundation, tetapi juga riasan mata yang intens dan waterproof. Setelah syuting berakhir, Dara merasa terjebak antara membersihkan wajah dengan cara kasar atau memilih metode yang lebih lembut. Namun, setelah mulai menggunakan cleansing oil, dia menemukan pembersih yang bisa melarutkan segala kotoran tanpa membuat kulitnya kering atau iritasi. Surfaktan dalam cleansing oil membantu membersihkan wajahnya dengan lembut, meninggalkan kulit yang segar dan terhidrasi. Dara pun akhirnya menemukan rahasia pembersihannya yaitu surfaktan yang bekerja di balik layar!
Seiring waktu, banyak produk cleansing oil mulai mengandung surfaktan yang lebih lembut, seperti yang berasal dari minyak kelapa atau gula, yang lebih cocok untuk kulit sensitif. Bukan hanya makeup yang terhapus, tetapi juga kelembapan kulit tetap terjaga. Surfaktan, yang dulu hanya dikenal dalam eksperimen kimia, kini menjadi pahlawan dalam dunia perawatan kulit.
Surfaktan mungkin tidak asing lagi bagi mereka yang mendalami kimia kosmetik, tetapi istilah tersebut terdengar sangat asing seperti jargon sains bagi pengguna makeup sehari hari. Padahal, surfaktan adalah bahan baku utama yang banyak digunakan dalam industri kosmetik dan skincare, surfaktan membuat produk kecantikan menjadi lebih nyaman dipakai, tahan lama dan efektif tentunya. Surfaktan memiliki dua sisi yang unik yaitu satu sisi suka air (hidrofilik), dan sisi lainnya suka minyak (hidrofobik). Struktur inilah yang memungkinkan surfaktan untuk mencampur minyak dan air, sehingga kotoran dan makeup dapat terangkat dengan mudah. Ketika surfaktan dicampurkan dengan minyak, bagian hidrofobiknya "memeluk" minyak, sementara bagian hidrofiliknya mengikat air. Ketika kamu menambahkan air ke wajah, surfaktan memecah ikatan antara minyak dan air, membuat keduanya bisa tercampur dan menghilang begitu saja dengan mudah saat kamu membilasnya. Seperti cerita cinta tak terbalas antara minyak dan air yang disatukan oleh surfaktan!
Surfaktan dibagi menjadi beberapa jenis, seperti anionik, kationik, non-ionik, dan amfoterik, yang masing-masing memiliki fungsi dan karakteristik berbeda. Surfaktan terdiri dari surfaktan sintetik dan surfaktan alami. Surfaktan alami yang bersumber dari bahan baku minyak nabati, berpotensi untuk dikembangkan karena diperbaharui dan ramah lingkungan.
Saat ini, ada dua jenis surfaktan yang populer dalam produk perawatan wajah karena lebih aman dan ramah lingkungan yaitu Decyl Glucoside dan Cocamidopropyl Betaine, sedangkan jenis Anionik dan Kationik jarang digunakan dalam cleansing oil.
Decyl Glucoside merupakan surfaktan non-ionik yang berasal dari minyak kelapa dan dikenal sangat lembut, bahkan untuk kulit sensitif. Biasanya digunakan dalam berbagai produk perawatan kulit karena tidak menyebabkan iritasi. Decyl Glucoside dapat digunakan hingga 30% dari total komposisi produk, dengan jumlah total surfaktan tidak lebih dari 45%. Jadi, jika Anda mencari pembersih wajah yang lembut dan efektif, produk dengan Decyl Glucoside bisa menjadi pilihan.
Cocamidopropyl Betaine merupakan surfaktan yang bersifat amfoterik, artinya muatannya dapat berubah tergantung pH produk. Meskipun tidak terlalu kuat sebagai pembersih utama, Cocamidopropyl Betaine sering digunakan bersama surfaktan lain untuk meningkatkan kemampuan berbusa, mengurangi iritasi, dan menyeimbangkan pH. Penggunaan yang aman untuk kulit wajah berkisar antara 0,005% hingga 11% dalam produk yang dibilas.
Surfaktan Anionik dan Kationik: Jenis ini lebih jarang digunakan dalam cleansing oil karena sifatnya yang cenderung keras. Namun, mereka bisa ditemukan dalam pembersih wajah lain untuk kulit berminyak atau berjerawat.
Seiring meningkatnya kesadaran lingkungan, banyak produsen kini menggunakan surfaktan berbasis tumbuhan, seperti Decyl Glucoside. Surfaktan ini tidak hanya lembut untuk kulit, tetapi juga biodegradable, mudah terurai di dalam tanah sehingga lebih ramah lingkungan. Pilihan ini menjadi langkah maju dan inovatif dalam menciptakan produk yang baik untuk para wanita khususnya dan planet kita tentunya.
Kenapa Cleansing oil dengan Surfaktan Itu Pilihan Terbaik?
Cleansing oil dinilai efektif untuk mengahapus makeup tebal baik yang berupa foundation waterproof, eyeliner, maskara, atau lipstik mate, semua bisa terangkat dengan mudah berkat kemampuan surfaktan untuk mencampur minyak dengan air. Cleansing oil juga lebih lembut di kulit dibanding denga micellar water karena tidak mengikis minyak alami kulit, sehingga wajah tetap terasa nyaman dan lembab setelah dibersihkan, tidak terasa kering sama sekali. Selain itu, cleansing oil cocok digunakan untuk semua jenis kulit, dengan formulasi yang tepat dapat digunakan untuk kulit berminyak, kering hingga kulit wajah sensitif.
Menggunakan cleansing oil juga super gampang apalagi buat kamu yang selalu terburu buru dikejar waktu! Cukup aplikasikan ke wajah yang kering, pijat perlahan agar makeup dan kotoran terangkat, lalu tambahkan sedikit air hingga produk berubah menjadi emulsi. Bilas hingga terasa bersih, dan selesai! Sangat simpel dan mudah bukan? setelah itu, siap untuk langkah skincare berikutnya. Jadi, kalau Anda masih ragu mencoba cleansing oil, sekarang waktunya memberi produk ini kesempatan. Dengan kandungan surfaktan yang tepat, kulit Anda akan tetap bersih, sehat, dan bebas dari rasa kering.
Surfaktan adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam produk pembersih wajah. Mereka bekerja di balik layar untuk memastikan wajah menjadi bersih tanpa rasa kering atau iritasi. Jadi, lain kali jika Anda menggunakan cleansing oil, luangkan sedikit waktu untuk menghargai sains di baliknya. Dengan memahami peran surfaktan, Anda bisa lebih bijak memilih produk yang terbaik untuk kulit Anda.
Kisah surfaktan tidak hanya berhenti pada cleansing oil. Penemuan ini telah mengubah banyak aspek kehidupan sehari-hari kita. Sejak penemuan awalnya, surfaktan digunakan dalam banyak produk, mulai dari sabun, deterjen, hingga produk kosmetik lainnya. Dulu, sebelum surfaktan ditemukan, membersihkan kotoran berminyak dari permukaan seperti kulit wajah atau bahkan piring menjadi tantangan besar.
Ingatkah kamu pada masa-masa kecil saat ibu atau nenek kita sering menggosok piring dengan sabun cuci piring yang berbusa? Itu adalah surfaktan dalam bentuk paling sederhana, bekerja untuk mengangkat minyak dan kotoran dengan sangat efektif. Seiring perkembangan teknologi, surfaktan dalam produk perawatan kulit seperti cleansing oil lebih disempurnakan agar tidak hanya efektif, tetapi juga lebih ramah di kulit kita.
Kembali ke cerita Dara, dia akhirnya merekomendasikan cleansing oil kepada teman-temannya yang juga bekerja di dunia hiburan. Mereka pun merasakan manfaat yang sama. Tanpa harus menggosok wajah berulang kali, makeup dan kotoran bisa dihapus dengan lebih cepat dan lebih efisien. Cleansing oil telah menjadi pilihan favorit banyak orang, terutama mereka yang memiliki rutinitas kecantikan yang padat.
Surfaktan, yang pada awalnya hanya sebuah bahan kimia yang ditemukan di laboratorium, kini menjadi pahlawan dalam dunia kecantikan. Berkat surfaktan, cleansing oil mampu membersihkan wajah secara menyeluruh tanpa merusak kelembapan kulit. Apa yang dulu tampak seperti tantangan besar mencampurkan minyak dan air sekarang menjadi bagian dari rutinitas pembersihan wajah yang efektif dan lembut.
Seperti yang terlihat dalam cerita Dara, yang awalnya skeptis terhadap minyak pembersih, kini semua orang bisa menikmati keajaiban surfaktan dalam setiap tetes cleansing oil. Dengan surfaktan yang bekerja di balik layar, kita bisa menikmati pembersihan yang lebih lembut dan efektif, menjadikan kulit kita bersih, segar, dan terhidrasi. Surfaktan mungkin tidak terlihat mencolok, tapi di baliknya ada cerita besar tentang bagaimana ilmu pengetahuan telah membawa solusi cerdas untuk masalah sehari-hari.
Referensi
D. Mijaljica, F Spada, dan I P Harrison, "Skin Cleansing without or with Compromise: Soaps and Syndets," Molecules, vol. 27, no. 6, 2022, doi: 10.3390/molecules27062010.Ayuba., Agboire S., Gana A.K., Ishaq M., Aliyu U., Affiniki G, and Manjang J. I. (2017). Efficacy of Castor Oil in the Control of Throat, Skin and Enteric Bacteria. Advances in Food Science and Engineering, 1(3), 95--99.
D. S Fauzela dan M. Dardanila, "Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Produk Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya dalam Jual Beli Online (eCommerce)," J. Kelitbangan, vol. 11, no. 1, hal. 1--14, 2023.
Fiume, M. M., Heldreth, B., Bergfeld, W. F., Belsito, D. V., Hill, R. A., Klaassen, C. D., Liebler, D., Marks, J. G., Shank, R. C., 113 Journal Farmasi Klinik dan Sains 2022, 2 (1) : 104-113 Slaga, T. J., Snyder, P. W., & Andersen, F. A. (2013). Safety Assessment of Decyl Glucoside and Other Alkyl Glucosides as Used in Cosmetics. International Journal of Toxicology, 32(3), 22--48.
H. Erliza, S. Ani, R. Mira, dan P. Pudji, Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya (Edisi Revisi). PT Penerbit IPB Press, 2012.
L. Coiffard dan C. Couteau, "Soap and Syndets: Differences and Analogies, Sources of Great Confusion," Eur. Rev. Med. Pharmacol. Sci., vol. 24, hal. 11432-11x439, 2020.
Markplus. (2020). ZAP Beauty Index 2020. ZAP Beauty Index, 1--36.
Raknam, P., Pinsuwan, S., & Amnuaikit, T. (2020). Rubber seed cleansing oil formulation and its efficacy of makeuo remover. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 11(1), 146--155.
S. N. H. Hidayah, R. Aryani, dan F. Darusman, "Studi Literatur Mengenal Kosmetik Pembersih Wajah Cleansing Balm dan Perkembangannya," Pros. Farm., vol. 6, no. 2, hal. 215--220, 2020.
Qaramanand, A., & Zuhud, A. (2018). the Influence of Using Cocamidopropyl Betaine As Chemical Additive on Thermal and Physical Properties of Foam Mortar. Asian Journal of Natural and Applied Sciences, 7(1), 12--21.
V. I Sari, "Pemanfaatan Stearin dalam Proses Pembuatan Sabun Mandi Padat," J. Sagu, vol. 11, no. 1, hal. 1--10, 2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H