- [caption caption="Sumber gambar: Akun Twitter @GreatQuates"][/caption]
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki banyak suku, budaya dan agama, yang berbeda pada perjalanan nyaris 71 tahun negeri ini merdeka, banyak perbedaan yang menjadi warna, mincitrakan Indonesia sebagai negara majemuk yang dikagumi dunia dengan ragam kekhasannya.
Berbicara tentang segala yang beda tentu tak lepas dari toleransi yang menjadi pemersatu negeri tujuh dasawarsa lamanya. Indonesia dengan kekayaan adiwarna budaya merenda semangat toleransi lewat semboyan Binekha Tunggal Ika, Berbeda-beda namun satu- sebagai Indonesia.
Termasuk dalam toleransi beragama, pada perjalanannya, Ibu Pertiwi sejauh ini telah mengakui enam agama yang hidup berdampingan di bumi khatulistiwa.
Semangat toleransi beragama juga terekam di Kompasiana, melalui tulisannya, sejumlah warga biasa lintas agama dengan beragam cara menujukan potret toleransi beragama di bulan puasa Inilah intisarinya:
1. Ketika Seorang Katolik Menjalani Puasa Ramadan Umat Islam
Menjalani penelitian di Desa Sidajaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat memberi pengalaman tersendiri bagi Felix Tani. Felix yang penganut Katolik mencoba mengikuti tradisi puasa umat islam di bulan Ramadan.
Kejadiannya tahun 1986. Saat itu, Felix dan seorang teman Muslim waktu itu sedang melakukan riset evaluasi program pompanisasi di Desa Sidajaya, Itu program yang dijalankan LSM Binaswadaya, sebagai solusi kekeringan yang melanda persawahan di sana saat kemarau.
Lima hari tinggal di desa, hari pertama Ramadan, bulan ibadah puasa umat Islam, tiba. Tidak masalah, karena Ramadhan selalu tiba setiap tahun.
Menjadi masalah karena Induk semang yang menampung Felix di desa itu, Bu Kuwu berkeras agar Felix tetap makan seperti biasa saja. Induk semang, dan hampir semua orang sedusun, sudah tahu Felix seorang Katolik . Jadi tidak wajib puasa Ramadan. Bu Kuwu berkeras menyiapkan makan pagi dan makan sore untuknya
Sebaliknya, Felix berkeras untuk ikut puasa Ramadan, seperti teman-temannya.