Melalui media sosial twitter, dalam tagar #MyNakbaStory, sejumlah orang Palestina generasi kedua (anak) atau generasi ketiga (cucu) dari para penyintas Nakba tahun 1948 membagikan cerita dan memori keluarga mereka pada saat bencana besar itu terjadi, inilah sebagian di antaranya:
--
Nivina Laila melalui akun twitternya  @Nivinjabz menceritakan kembali memori neneknya tentang Nakba. Di hari kelam itu 15 Mei 1948, Nenek Laila pulang dari sekolahnya dan menemukan tentara Israel telah mengambil alih rumah keluarga mereka seperti perampok. Saat itu nenek Laila terpaksa harus mengungsi ke Yordania dan tinggal di kamp pengungsiam selama 4 tahun sebagai akibat dari Nakba.
Sementara seorang pengguna twitter lain bernama Samar Marwan dengan username @HellaSamar menceritakan bahwa keluarganya dari pihak ayah harus mengungsi dua kali  dari Jaffa-- Sebuah kota di Tepi Barat Palestina ke kota lain bernama Nablus. Jarak Jaffa dan Nablus sekitar 40 Kilometer saat itu, dan jarak sejauh itu ditempuh dengan jalan kaki bersama rombongan pengungsi lain yang juga terusir.Â
Sesampainya di Nablus, ternyata mereka harus lari lagi meninggalkan Nablus menuju Yordania karena Nablus saat itu diduduki sepenuhnya oleh tentara Israel. Akhirnya sebagian keluarga dari pihak ayah Samar terpaksa tinggal permanen di Yordania hingga sekarang. Kisah-kisah pengusiran yang memilukan.
3. Begini Rasanya Hidup Terjajah di Masa Muda
Abdarahim Alfaraa mempunyai tiga hal sederhana yang akan dia lakukan ketika Palestina terbebas dari penjajahan suatu saat nanti: Renang, menonton bioskop dan mendaki gunung.Â
Hal-hal yang begitu sederhana yang dengan mudah bisa kita lakukan di Indonesia, tapi bagi anak-anak muda di Palestina khususnya di Gaza, hal-hal sederhana semacam itu merupakan kemewahan besar yang entah kapan bisa mereka dapatkan.Â
Semua itu adalah akibat dari Penjajahan Israel atas Palestina selama 71 tahun sejak 1948 dan blokade Israel terhadap Gaza selama 12 tahun sejak 2007.