1:
Pada suatu riuh-rendah remah hari
Bising kicau mengetuk kepalamu yang bulat
Ada bangau hendak patahkan sayapnya sendiri
Benamkan diri ke api
2:
Disisa Sabtumu yang mendadak biru,
Sore itu
Kamu dipaksa membuat pilihan;
Antara peduli atau mengacuhkan
Lalu berdamai dengan kelu;
Bahwa dalam kenyataan
Kewarasan seringkali berpulang
Hanya pada buku;
dan petuah Ibu
3;
Jelas dia takkan begitu,
kata Ibu.
Tidak akan dengan sengaja,
kalau menurut buku.
4;
Minggu pagi sehabis malam tadi
Setelah mendung setega itu menyusup,
merinaikan gerimis di matamu
Kau temukan bangau itu masih hidup
Sayapnya masih utuh
Dia belum lompat ke api
Atau mengantar nyawa ke Perbatasan
Menunggu dipeluru pemburu
Seperti inginnya yang kemarin
5;
Di kepalamu yang masih bulat itu;
Hujan duka padam seketika
Ada Syukur yang kemudian meledak
Satu doa dikabulkan! Hore..
Tuhan sedang baik hati
Lalu kau melonjak seperti anak kecil
Membuncah di dadamu;
NamaNya, Maha Cinta
Sebaik-baik penjaga;
Tempat berserah usaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H