Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tangguhnya Indonesia dan Sebuah Ruang untuk Berbangga

21 Desember 2017   16:47 Diperbarui: 21 Desember 2017   21:49 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Devian Art @HildaFariz

Indonesia tersusun atas sekumpulan cerita, di balik beragam peristiwa tak hanya peristiwa besar yang menandai suatu momen bersejarah, di Indonesia hal-hal yang terkesan remeh-temeh pun bisa menjadi kisah.
Aneka cerita sehari-hari yang menjadi bukti kalau kita layak bangga menjadi orang Indonesia tersebar di banyak tempat, melalui banyak media dan cara. Salah satunya adalah lewat tulisan. Melalui wadah Kompasiana, sejumlah warga biasa berbagi cerita. Kisah sehari-hari yang menunjukan bahwa Indonesia tak hanya dibangun di atas kancah politik yang penuh intrik.

Melalui tulisannya, sepanjang tahun 2017 sejumlah Kompasianer ini memberikan narasi lain tentang negeri khatulistiwa. Narasi yang jauh dari hingar bingar panggung politik, rebutan kursi atau hasrat kuasa.

Dari mata Kompasianer, inilah sekelumit cerita lain tentang tangguhnya nusantara, cerita sehari-hari yang tak kalah bermakna.
Inilah sedikit intiasarinya dalam catatan kuratorial:

1. Narasi Orang Kecil dan Usaha "Mengembalikan Indonesia"

Membangun sebuah negara tanpa pemerintahan dan politik jelas tidak mungkin, tapi akan sangat membosankan jika dalam perbincangan sehari-hari kita melulu membahas politik. Itu yang kira-kira tersirat dari catatanS.Ajitentang pertemuaannya dengan sekelompok petani dalam sebuah diskusi kolektif di balai desa.

Di ruang kecil itu, Aji merasa semakin menemukan Indonesia ketika sebelum pertemuan itu berakhir, seorang petani muda maju ke mimbar, mengajak hadirin menyanyikan lagu Indonesia Pusaka sebelum menutup pertemuan dengan doa. Tindakan sederhana petani itu memantik rasa haru seorang Aji.

"Barangkali, pesan lain yang hendak disampaikan mereka adalah temukanlah jalan lain (another way) untuk memperbaiki secara bersama-sama", Tutur Aji.

Artikel reflektif yang menarik. Betapa kita masih bisa melakukan kebaikan untuk Indonesia meski dengan cara yang sekecil-kecilnya; Sepucuk Doa. Cerita Selengkapnya bisa dibaca di sini.

2.Mencermati "Kenapa Hidup Harus Sesusah Ini?"
Ini kisah tentang pilihan, Anda mau memilih kalah (saja) atau mensiasati kekalahan?

Dalam artikelnya, Achmad Saifullah Syahidmengulas dua kasus yang sama-sama berhubungan dengan kerja. Satu kasus pekerja Jepang yang memilih mengakhiri hidupnya karena kelebihan beban kerja, satu lagi tentang dua orang pedagang yang menjual batu akik dan tahu solet di Jogja. 

Bagi Achmad, dia melihat sisi lain dari tangguhnya Indonesia melalui keuletan dua pedagang asal Jogja itu, betapa pandai mereka menumbuhkan jiwa petarung dan mensiasati nasib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun