Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Serupa Anai-anai Langit

4 Juni 2017   01:24 Diperbarui: 5 Juli 2017   23:15 1791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1:
Seperti anai-anai
Terbang landai, meremah, tercecer di bawah langit
Ada gadis kolong mengejar bis..
Bisa sampai?
Barangkali andai, atau entah, tak ada yang pasti
Hanya itu yang ada
Tapi saat itu ia mengerti
Usaha menjelma pelajaran pertama

2:
Menjadi gila tak selamanya nista
Terkadang perlu juga
Tuk jadi matang di belantara
dan jika aspal buntu, tentu saja

3:
Ada satir di balik imaji terliar
Tempat terjauh yang terjamah slaksa seucap kata-kata
Mungkin sejarak ujung jalan dengan stasiun kereta, terminal atau bengkel tambal ban
Siapa yang tahu?

4:
Waktu menjentikan jari
Malam digantikan dinihari
Sebentar lagi pagi
Matahari pun masih sama; seperti biasa;
Kutangkap sinarnya dari sepasang matamu

5:
Udara fajar melesup rongga, melesat secepat cahaya hingga ke diafragma
Menagih mimpi sederhana yang masih juga kau
Merunut ingat pada warna yang kau lagi
Mengurus diri sendiri adalah satu yang diingini

6:
Ada yang dikenal karena kerahimannya
Sebaik-baik tempat berserah usaha
Sang Maha
Sementara kau rimba
Tempat segala upaya dicoba
Pagar yang dicari kuncinya
Meski dengan cara yang tak terpahami banyak mata
Aku hanya paham satu hal:
Setiap insan dikarunia pikiran untuk berdamai dengan keadaan
Meski ada kalanya..
Setiap kaki perlu belajar
Melompati situasi..
Kita belajar kreatif lewat kegilaan..

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun