Barangkali, ketika seseorang masuk ke dalam penjara, bukan hanya kebebasannya yang dirampas, tapi kehidupannya juga ikut dicuri besi-besi jeruji. Bagi orang-orang yang tersekat sel, butuh pertempuran hati dan harga diri untuk mengambil kembali hidup mereka yang dicuri itu.
Mereka hidup di antara ketakutan dan kelemahan, cinta dan kebencian, perdamaian dan ketegangan. Mereka para tahanan Palestina, ada yang ditangkap tanpa alasan, ada yang ditawan karena terlampau keras melawan penjajahan. Mereka seringkali dipenjara menahun tanpa pengadilan dan diperlakukan buruk diluar batas kemanusiaan. Mereka para tahanan Palestina yang tersebar di berbagai sel penjara Israel.
The Prisoners' Diaries yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Catatan Dari Balik Penjara Israel ini merangkum 20 catatan harian dari 20 tahanan Palestina.
The Prisoners' Diaries pada awalnya adalah catatan-catatan pribadi berbahasa Arab yang dituturkan oleh para tahanan palestina, baik yang sudah bebas atau yang secara diam-diam menulis di dalam sel kemudian pada 2013, sebuah penerbit Malaysia tertarik untuk membukukannya atas saran dari Norma Hashim, seorang relawan dan peneliti Malaysia di Nablus, Palestina.
Melalui buku The Prisoners' Diaries, pembaca diajak menelusuri kehidupan para tahanan Palestina di berbagai penjara Israel. Kebanyakan sel-sel itu berukuran 4x4 meter termasuk toilet dan tempat tidur bertingkat kapasitas satu sel yang seharusnya maksimal hanya 8 orang per sel menjadi kelebihan kapasitas kala harus diisi oleh 10 orang tahanan. Sel itu berubah jadi sarang lebah setiap kali ada sesuatu yang terjadi.
"Serangga-serangga yang keluar dari dalam toilet adalah satu-satunya bukti kalau masih ada kehidupan di luar penjara." Tutur Ibrahim Almasri, seorang tahanan Palestina dalam catatan hariannya.
Penuturan lain datang dari Arina Sarahna Seorang ibu 4 anak yang terpaksa harus terpisah dari keluarganya selama 9 tahun karena ditahan Israel akibat melanggar jam malam yang ditetapkan militer Israel. Ironis kesalahan sepele itu harus ia bayar dengan hukuman kurungan selama 9 tahun, tanpa pengadilan sebelum akhirnya dibebaskan karena kesepakatan pertukaran tahanan.
Menurut penuturan Arina, dirinya ditahan di penjara Al Sharon- Israel, di mana bantuan medis untuk para tahanan Palestina sangat sulit didapatkan. Arina yang memiliki penyakit vertigo harus merasakan pingsan selama 2 hari di penjara itu, sebelum dilarikan ke rumah sakit karena sudah sama sekali tak mampu berjalan. Pedih!
Kisah Ibrahim dan Arina hanya 2 dari 20 kisah yang ada dalam buku kecil yang sarat nilai kemanusiaan ini. Membaca Catatan Dari Balik Penjara Israel, Pembaca akan diperlihatkan bahwa berbicara soal konflik Israel-Palestina sejatinya bukan melulu tentang masalah agama, tapi menyoal kelayakan perlakuan terhadap manusia--sekalipun seorang tahanan.
**
Buku ini adalah tentang potret semangat hidup manusia yang bisa jauh lebih kuat dari rintangan apapun. Karena hal paling berharga dari kehidupan adalah hidup itu sendiri.
Salam Kreatif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H