Berawal dari keingintahuan yang mendalam tentang kisah-kisah di balik bencana Tsunami Aceh, Rinta Wulandarimenggali ragam kisah orang-orang terdekatnya tentang memori mereka terkait gempa besar tersebut. Dari hasil pencarian Rinta terkumpul 9 kisah yang terpecah belah tentang Tsunami. Dalam narasi yang mengalir, Rinta menjahit kisah-kisah pecah belah tersebut hingga menjadi satu gambaran utuh situasi dan kondisi ketika Tsunami Aceh terjadi. Kepanikan di mana-mana, pikiran semata tertuju mengingat Tuhan dan orang-orang tersayang.
Rinta memulai "Menjahit" kisah-kisah tersebut dari kisah keluarganya sendiri. Atas kuasa Tuhan, seluruh anggota keluarga Rinta yang bermukim di Banda Aceh selamat meski tak juga luput dari kepanikan. Pasalnya keponakan Rinta yang masih kecil sempat hilang dan akhirnya ditemukan kembali dalam kondisi selamat.
Ada lagi kisah teman kerja Rinta yang saat bencana Tsunami terjadi, air bah membawanya hingga tersangkut di pohon, sebelum akhirnya diselamatkan Tim SAR.
Artikel yang menarik. Masih ada 7 kisah lain yang bisa dibaca terangkum dalam artikel Rinta. Untuk ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
**
12 tahun telah berlalu semenjak bencana dahsyat itu. Perlahan tapi pasti, Aceh menata kembali wajahnya, belajar menyembuhkan luka, meski duka akibat kehilangan banyak hal tak pernah sepenuhnya enyah, tapi harapan tetap ada mewarna bumi Aceh Raya.
**
Untuk Aceh yang terus belajar pulih dari lukanya, untuk Indonesia yang sedang berproses mengambil pelajaran dari berbagai bencana, kilas balik Tsunami di Tanah Serambi dalam catatan dan ingatan Kompasianer, itulah intisarinya.
**
Kita memang perlu mencatat peristiwa dan merawat ingatan untuk mengambil pelajaran agar lebih sigap hingga tak lagi terulang bencana yang membawa duka. Namun kita juga tak boleh lupa bahwa bangkit dan bergerak maju adalah keharusan sebab masih ada jalan panjang di masa depan.
Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)
*Tulisan sejenis lainnya bisa dibaca dalam tag Intisari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H