Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sebelum Tulisanmu Mengalir Jauh

17 Desember 2016   10:07 Diperbarui: 18 Desember 2016   04:52 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Safarikidslearningcenter.com

Menulis adalah perkara menuang ide dan gagasan, di era demokrasi digital, siapa saja bisa dan berhak menulis apa saja, entah itu opini, reportase, curhat, uneg-uneg atau apa pun. tapi ketika kamu membagi tulisanmu untuk konsumsi khalayak luas, tentu ada perkara tanggung jawab yang melekat pada diri penulisnya, tanggung jawab terhadap tulisan sendiri, dan tanggung jawab terhadap masyarakat.

Setiap tulisan meski sebebas-bebasnya tetap saja menjadi tanggung jawab penulisnya ketika kamu memutuskan membagi tulisanmu. Makanya sebelum tulisanmu mengalir jauh, ini yang sebaiknya perlu diperhaktikan:

1. Hindari Menjatuhkan Prioritas

Semua tergantung niatnya, apa niat dan prioritasmu dalam menuliskan sesuatu? Menulis karena hobi ataupun tuntutan profesi, semua punya prioritasnya masing-masing, jangan jatuhkan prioritas demi pupularitas sekejap. Kamu bisa menulis apa saja, konten bombastis atau sejenisnya, itu hakmu. Tapi esensi menulis sejatinya adalah berbagi dan tanggung jawab, bukan sekedar viral. Mau jadi pakar yang diprioritaskan? Kuncinya konsistensi, bukan mencari sensasi demi popularitas lewat jalan instan.

2. Hindari Mencacah

Jangan menulis sambil menumis! Nanti tanganmu kena pisau. Maksudnya, jangan menulis konten yang memecah. Penulis yang murni menulis untuk berbagi bisa mengerti situasi dan kondisi. Bisa menyaring apa yang mau dituliskan, bukan hanya menggulirkan bulat-bulat, contohnya kalau tetanggamu bergosip tentang si Ini, apa iya mau ditulis seutuhnya tanpa disaring? Merawat etika adalah seni menata kata.

3. Jadilah Editor Bagi Tulisan Sendiri

Biasakan saring sebelum sharing, seorang penulis perlu menjadi editor bagi tulisannya sendiri. Ukurannya: apa manfaat tulisan itu untuk pembaca? Menulis ada etikanya, tanyakan pada diri sendiri sebelum menulis, jika kamu menulis sosok atau isu publik, "rumah tetangga" atau apa saja, terimakah kamu kalau dituliskan seperti apa yang mau kamu tulis?

4. Hindari Melawan dengan Kebencian

Berbeda pendapat dalam dunia yang dinamis adalah hal biasa. Termasuk tentangmu dan tulisanmu. Jika kamu tidak suka dengan suatu tulisan, jangan lawan dengan menebar benci, gak ada gunanya, karena pembenci yang cuma bisa nyinyir biasanya nyala apinya tidak lama, jangan lawan tulisan dengan kebencian, tunjukan kamu bisa menulis lebih baik tanpa menjatuhkan. Do something better, through the hater.

**
Kamu dan perkara kencan dengan tulisanmu, tulisanmu bisa jadi apa saja tergantung bagaimana caramu merawatnya. Kata-katamu bisa jadi sayapmu atau membuatmu menukik tajam, dan contohnya sudah terlalu banyak!

#AyoNulis
Salam Kreatif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun