Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kala Tren Media Warga Merambah Belahan Dunia

4 Desember 2016   18:59 Diperbarui: 5 Desember 2016   09:43 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

○ [caption caption="Ilustrasi: ShutterStock"][/caption]

Internet berkembang pesat seiring kemajuan teknologi, di zaman sekarang ini setiap orang bisa memiliki medianya sendiri termasuk warga biasa yang menulis di beberapa blog sosial yang mengklaim diri sebagai media warga. Tempatnya menulis bagi orang biasa. Media warga tentu menjadi salah satu auternatif yang dapat memudahkan orang-orang biasa menyalurkan opininya terhadap hal-hal yang tidak dapat diakomodir sepenuhnya oleh media massa arus utama. Penyampaian opini warga umumnya paling banyak dilakukan melalui tulisan.

Berinteraksi di media warga memang menimbulkan keasyikan tersendiri bagi peminatnya; dengan menulis di media warga, suara orang-orang biasa punya peluang untuk memperoleh perhatian dan dukungan.

Tren Media warga pelan tapi pasti merambah jagad maya hingga berbagai belahan dunia. Indonesia punya Kompasiana sebagai media sosial khas Indonesia, tempatnya orang-orang biasa terpacu untuk mengembangkan potensi menulis. Pelan tapi pasti, media warga mulai mendapat tempat di dalam masyarakat informasi.

Tak hanya di Indonesia, tren media warga juga merambah berbagai negara, dari negara tetangga Singapura hingga Timur Tengah. Mereka memotret lokalitas masing-masing melalui wadah media warga yang melibatkan beragam kalangan untuk berkontribusi.

Singapura memulai lebih dulu dengan hadirnya Stomp media warga ala Singapura yang kemudian menginspirasi berdirinya Kompasiana.

[caption caption="Beranda web Stomp Singapura Dok Stomp, captuer"]

[/caption]

Stomp didirikan tahun 2006, web ini berbahasa Inggris, berkonsep jurnalisme warga dengan 3 jenis konten: tulisan, foto dan vedeo menampung reportase dan opini yang pembagiannya dibagi dalam 4 rublik utama: Singapore Seen, Real Life, Youthphoria dan entertaiment, khusus rublik Singapore Seen, di Stomp rublik ini mencoba menunjukan konten lokalitas Singapura, salah satu sub rubliknya yang menarik adalah sub rublik lost and found, dimana di rublik itu berisi laporan warga Singapura yang kehilangan atau menemukan sesuatu. Selain itu, selain rublik lost and found ada juga rublik From All Around The World yang berusaha merangkul warga dari luar negeri untuk menulis pengalaman mereka tentang Singapura.

[caption caption="Lost and found Salah satu rublik di Stomp (Capture web Stomp)"]

[/caption]

Seperti di Kompasiana, Stomp juga memiliki kanal topik pilihan untuk menanggapi isu-isu aktual yang sedang berkembang. Mereka menamai rublik itu "what say you" tapi pembeda Stomp dan Kompasiana salah satunya, di Stomp tidak ada kurasi konten dari seluruh tulisan dalam topik pilihan.

[caption caption="What Say you Sejenis Kanal topik pilihan di stomp"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun