Usahakan jangan lakukan ini. Ketika kamu menjadikan sosmed sebagai arena gladiator, itu adalah cara premitif di era modern. Kenapa premitif? Coba tengok ke buku-buku sejarah purbakala, akan ditemukan kalau manusia purba sebelum mengenal adab, mereka terbiasa bertengkar secara terbuka, cakar-cakaran, pukul-pukulan dilakukan secara terbuka, bebas disaksikan oleh sekitarnya.
Nah, sekarang ketika zaman sudah maju, masih mau perang terbuka di sosmed? Waduuh.. Mending kalau hasil ngebulmu itu bermanfaat bagi Indonesia, Kalau cuma masalah antara kamu dan pacarmu, apa manfaatnya untuk pembaca?
Nah.. Kurangi deh bertengkar di sosmed, sia-sia saja. Selain citra dirimu yang hancur, kamu juga bisa kena UU ITE kalau masih saling cakar di Sosmed.
4. Jari Toilet
Jangan kotori ujung jarimu dengan isi toilet di Sosmed, ketika kamu mengetik isi toilet itu untuk berdebat dengan orang lain, selain kontenmu jadi bau, mengumbar isi toilet baik di dunia nyata atau ruang maya, adalah tanda kalau seseorang sudah kalah sampai titik paling bawah. Kalah oleh ego dan emosinya sendiri. Karena debat yang sehat adalah tentang adu gagasan, bukan kuras toilet, gak mau kan dijuluki si jari toilet?
**
Ruang maya dan nyata sejatinya sama saja, sama-sama diisi oleh kumpulan manusia yang hidup, bernafas, bergerak punya akal, budi, dan rasa, karenanya selalu ada etika dan aturan yang perlu dijaga di dunia nyata ataupun ruang maya. Di antara rimba sosial media yang hadir dengan berangam sisi, tantangannya adalah bagaimana menjaga kewarasan menang atas hiruk-pikuk kekacauan. Kecerdasan emosi menjadi kunci.
Join wisely; bijaklah mengikuti. Karena Sosmed bukan arena perang yang sesungguhnya.
Salam Kreatif!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H