Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Berjuang Pulih] Ragam Cerita Kompasianer Meniti Jalan Melawan Stroke

29 Oktober 2016   02:03 Diperbarui: 29 Oktober 2016   07:08 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi By Shutterstock

Selain bulan peduli Kanker Payudara, bulan Oktober juga diperingati sebagai bulan peduli Stroke, karena sejak tahun 2006, tanggal 29 Oktober hari ini diperingati sebagai hari stroke sedunia.

Peringatan hari stroke sedunia digagas oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk meningkatkan kepedulian warga dunia terhadap stroke. Ya kita memang patut mewaspadai penyakit yang satu ini, karena di dunia, stroke masih tak kalah berbahaya dibandingkan kanker.

Menurut Wikipedia, stroke adalah penyakit yang ditandai dengan terganggunya pasokan darah ke suatu bagian otak sehingga sel-sel saraf di otak akan mati dan mengakibatkan hilangnya fungsi yang dikendalikan jaringan tersebut.

Divonis terkena stroke adalah suatu hal yang sangat mengejutkan bagi seseorang. Dunia seolah berhenti, shock, dan kaget pastinya. Bagaimana ya rasanya mengalami masa-masa sulit dan melewati pengobatan yang seringkali menyakitkan? Mari kita simak cerita beberapa Kompasianer hebat berikut ini, mereka yang berjuang melawan stroke, inilah intisarinya:

1.A , B, C, D adalah Awal Aku Belajar Berbicara dan Membaca di Awal Umur 40 Tahun

Cerita pertama datang dari Christie Damayanti, terbiasa dengan kesibukan pekerjaan sebagai arsitek di sebuah perusahaan properti ternama, tentulah berat bagi Christie ketika di tahun 2010, awal ia berada di titik minus dalam hidup seorang manusia, ibu 2 anak itu terserang stroke dengan pecah pembuluh darah di otak dan membuat otak kirinya terendam darah 20%, dengan kelumpuhan ½ tubuh seblah kanan, sampai sekarang dan vonis dokter berkata ia hanya bisa berbaring saja sampai akhir hayatnya.

Namun keajaiban Tuhan bekerja untuk Christie, vonis dokter itu meleset, ia bisa bekerja lagi, Juni 2010. Christie semakin melebarkan sayapnya pada tahun-tahun berikutnya.

Tapi, sebelum sampai pada titik ini, Christie sempat tidak bisa menulis sama sekali Jangankan menulis, berbicara pun sama sekali tidak bisa, setelah ia terserang stroke 8 Januari 2010.

Mulailah Christie belajar membaca dan menulis dari awal lagi ketika ia berusia 40 tahun dengan dibantu seorang terapis di rumah sakit, saat itu, Christie diterapi menulis dengan tangan kiri karena tangan kanannya tak bisa digerakan.

" Mulai aku dikenalkan' lagi, abjad, seperti anak2 TK. Dan aku mulai tergerak untuk menulis, walau tetap tanpa makna" Papar Christie.

Lembaran latihan terapi menulis dok Kompasianer Christie D
Lembaran latihan terapi menulis dok Kompasianer Christie D
Christie terapi menulis dok Christie D
Christie terapi menulis dok Christie D
Perlahan tapi pasti, kemampuan menulis Christie mulai pulih, lalu ia mulai belajar kata-kata dalam bahasa Indonesia. Satu kata demi satu kata, merangkai kata-kata itu menjadi sebuah kalimat, terapisnya, Kornelia mengajarkan Christie dangan kesabaran yang tiak terhingga, setiap hari setelah terapi fisik pagi, selama 6 bulan ( Februari sampai awal Juni 2010 ), sebelum Christie bisa dan yakin untuk mulai bekerja lagi sebagai seorang arsitek.

Seterusnya begitulah Christie, sampai sekarang ia masih terus berkarya dan melayani Tuhan. Bahkan kini menulis menjadi salah satu keahlian dan jalan kesembuhannya hingga menghasilkan 7 buku solo.

Di tahun 2016 ini Christie kembali menuliskan satu buku hadiahnya untuk ibukota: Meneropong Jakarta dengan Hati Nurani. Menulis ia jadikan sebagai terapi, menuju kesembuhan dengan izin Tuhan.

2. Aku dan Stroke

Agustus Akhir 2010 Al Amindivonis mengidap darah tinggi atau yang populer disebut Hipertensi.Tensi harian Amin saat itu  selalu di atas 180/100 hingga 210/120. Amin Sudah berusaha berobat tapi belum ada perkembangan yang berarti, bahkan apa yang ia khawatirkan terjadi, serangan stroke awal menghinggapinya. Tapi kala itu Amin masih memaksa, jika sesungguhnya tidak terjadi apa-apa.

Namun perasaannnya makin campur aduk tidak karuan, terlebih istrnya memvonis kalau bentuk wajah Amin menjadi tidak simetris, dan mata sipit sebelah.

Dalam 5 artikel berseri di Kompasiana, Al Amin menuliskan pengalamannya dari mulai dari saat ia terkena gejala, opname di rumah sakit, menjalani rawat jalan, hingga tahap penyembuhan. Pengalaman pernah terkena stroke membuat Amin menyadari tentang pentingnya mengelola pola makan.

3. Pengalaman Terkena Stroke Di Usia Muda (True Story) Bagian 1

Divonis menderita stroke pada usia 22 tahun pastilah membuat kaget dan tidak menyangka itulah yang dirasakan Roland Torindatu ketika tahu dirinya menderita stroke pada awal Mei 2007.

Bangun tidur Pagi itu, Roland ingin minum air putih tetapi ia tidak bisa minum, mulutnya sudah miring. Roland memanggil ibunya dengan bahasa isyarat dengan menujuk mulutnya, karena ia sudah tidak bisa minum lagi, Sang ibu panik memanggil tetangga sambil  berteriak, "tolong-tolong anak saya terkena stroke." langsung tetangga disekitar rumah membantu untuk dibawa ke Rumah Sakit.

Saat ingin masuk di Rumah Sakit tersebut Roland merasa sangat sakit dibagian leher rasanya seperti dipukul kayu, hingga ia pingsan karena tidak kuat menahan sakit, lalu terbaring koma di ICU selama 14 hari.

Setelah sadar, Roland sadar, ia divonis dokter pecah pembuluh darah di batang otak dan harus menjalani terapi untuk penyembuhan, tentu tak mudah.

Menurutnya, proses pemulihan sangat cepat sekali 3 hari sadar Roland langsung dipindahkan ke intermedite, 2 minggu berada di Intermedite, ia dipindahkan ke ruangan, 2 minggu berada di ruangan, Roland diizinkan dokter untuk pulang ke rumahnya.Untuk terapi di rumah.

Sekarang Reland sudah menjalaninya selama 8 tahun, menurutnya kemajuannya sangat luar biasa, sekarang Reland sudah bisa berjalan, naik motor, dan ia bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Kisah Reland bergulat dengan stroke lainnya bisa dibaca disini.

**
Stroke memang tidak pandang bulu dalam menyerang, siapa saja bisa terkena. Tapi penyakit ini tetap bisa dicegah dan diobati dengan lebih mengetahui faktor-faktor resiko stroke serta mengadopsi gaya hidup sehat. Kenali stroke sejak dini, kita mesti lebih peduli.

Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)
*Tulisan sejenis lainnya bisa dibaca dalam tag Intisari.

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun