◎ [caption caption="Ilustrasi: Akun twitter @SheQuates"][/caption]
Kematian menjadi ketentuan yang tak dapat dihindari oleh siapa pun ketika ajal menjelang, kedatangannya bisa kapan saja dan di mana saja dengan cara yang tak terduga namun jika yang kuasa belum berkehendak, maka belum terjadilah kematian itu.
Seperti yang dialami beberapa kompasianer berikut ini, keajaiban bekerja untuk mereka saat hampir di titik nadir, saat maut nyaris menjemput.
Melalui tulisan di Kompasiana, mereka membagi cerita saat berada di ambang maut dan berhasil luput. Bagaimana mereka keluar dari pengalaman mengerikan itu? Ragam cerita ketika maut nyaris menjemput, inilah intisarinya:
1. Kalau Diberi Kesempatan Kedua, Apa Mau Dilakukan?
Sebuah penugasan memang selalu mengandung resiko dari yang paling ringan, sampai yang paling berat, termasuk resiko kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa. Itulah yang pernah dialami Naftalia Kusumawardhani ketika di tahun 1999 ia mengalami kecelakaan bus.
Saat itu ia sedang bertugas mengawal mahasiswa dari luar kota menuju Surabaya bersama rekan dosen lainnya. Bus menabrak pohon besar di pinggir jalan, terguling, berputar sekian derajat, lalu berhenti persis di pinggir jurang! Selama proses tabrakan itu Naftalia mengaku mengikutinya, ia mengaku sadar sepenuhnya.
Naftalia melihat jelas saat bus menabrak pohon, mengikuti gerakan bus terguling dan jatuh ketika bus berputar. Bahu kirinya patah karena tertimpa papan kayu. Ajaibnya, Naftalia tidak luka luar sama sekali.
Selama itu detik-detik kecelakaan itu, ia merasa masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berdoa. Sepanjang mengamati tabrakan hingga mereka semua keluar dari kaca depan bus. Pengalamannya itu membuat Naft semakin mensyukuri hidup.
Artikel yang menarik dan kaya pengalaman, untuk cerita selengkapnya bisa dibaca di artikel tersebut.
2.Tiga Kali Maut Mengintai Saya
Semasa hidupnya, sudah 3 kali Daniel HT merasakan berada di ambang maut.
Peristiwa pertama terjadi dalam masa kecil Daniel, ketika itu, Daniel masih duduk di bangku Sekolah Dasar,suatu hari ia ikut mobil pick-up Mitsubishi Colt T120 yang dikemudikan sopir keluarganya. Daniel duduk di depan, di samping sopir, bersandar di pintu. Ketika melewati jalan yang berbatu-batu dan bergelombang, mobil tetap melaju cukup kencang. Tiba-tiba saja pintu mobil terbuka, dan ia terlempar keluar. Secara refleks Daniel langsung bergelantungan di pintu yang terbuka itu.
Selama beberapa detik mobil melaju dengan tubuh Daniel tetap bergelantungan di pintu yang berayun-ayun, sebelum sopir menghentikan mobil itu. Karena mobil tidak ber-AC, kaca jendelanya terbuka, jadi Daniel bisa bergelantungan di jendela itu.
"Seandainya waktu itu kaca jendela mobil dalam keadaan tertutup, tentu saya tidak punya tempat untuk bergelantungan di pintu mobil itu, dan sudah pasti saya jatuh terjerambab ke jalanan, rasanya ngeri dan nyaris mati". Urai Daniel
Lalu kejadian kedua terjadi beberapa tahun lalu di Surabaya saat acara keluarga di rumah adiknya, setelah acara selesai, Daniel membawa barang hendak dimasukkan ke dalam bagasi mobil sedan miliknya yang sedang diparkir.
Saat itu Daniel sedang menuju ke belakang mobil sedan itu untuk membuka bagasinya. Saat Daniel sudah sampai di samping bagasi, sesaat hanya sekitar 3 detik ia akan tiba di belakang mobilnya, tiba-tiba “brak!”, mobil Kijang yang berada persis di belakang sedan milik Daniel itu “meloncat” ke depan, menabrak bagian belakang Sedan itu. Saking kerasnya, sampai mobil Daniel terdorong ke depan.
Rupanya ada keponakan Daniel yang menstarter Kijang itu, sedangkan posisi persnelingnya dalam posisi gigi satu. Sehingga ketika distarter mobil itu langsung meloncat ke depan.
Untunglah Daniel belum sampai membuka bagasi Sedan miliknya.
Kejadian yang ketiga, Minggu siang, 12 Juni 2011. Selesai ibadah Minggu di gereja, Daniel sekeluarga berkunjung ke rumah neneknya. Dua ART Daniel ikut. Rumah Daniel dalam keadaan kosong dan ternyata disatroni maling.
Apa yang terjadi selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
Tiga kali nyaris dijemput maut, membuat Daniel merenung,
"Dengan kejadian-kejadian yang menimpa saya itu, berarti Tuhan sayang saya, syukur," tulis Daniel.
Pengalaman yang menegangkan dan menggugah.
3.Luput dari Maut, Hadirkan Rasa Syukur Mendalam
Kecelakaan yang nyaris berakibat maut juga pernah dialami Tjiptadinata Effendi dan istri. Januari 2016 silam bus yang mereka tumpangi bersama 42 orang penumpang lainnya, siang itu berjalan santai dari sebuah halte menuju salah satu restoran di Australia.
Namun persis di tikungan menuju ke jalan raya James Street, pengemudi tiba tiba membanting stir. Sebelum para penumpang menyadari apa yang telah terjadi, bus yang khusus membawa para senior citizen itu, dengan bunyi yang sangat keras menghantam pembatas jalan. Badan bus bergoyang keras dan miring. Para penumpang khususnya wanita menjerit histeris.
Ada yang dua orang penumpang pria mencoba turun, tapi begitu mereka berdiri,badan bis semakin bergoyang dan miring,Pengemudi bis yang adalah seorang wanita, berteriak :” Don’t move!” Keep calm” Urai Tjipta.
Hanya selang beberapa detik, semuanya diam ,menahan nafas dan tiba tiba kembali badan bis terhempas keras dan menimbulkan bunyi beradunya benda keras.
Rupanya rem tangan dan rem kaki, tidak mampu menahan beban, badan bus yang sekian ton ,ditambah dengan berat penumpang yang berjumlah total 45 orang.
"Kembali beberapa jeritan histeris dan kemudian diam. Kami selamat dan bus kembali melanjutkan perjalanan sampai tujuan, semua bersyukur." Lanjut Tjipta.
"Walaupun hanya berlangsung beberapa puluh detik,namun ,telepas dari bahaya sungguh menghadirkan rasa syukur yang tak habis-habisnya dalam hati", tutupnya.
Artikel yang menarik, untuk cerita selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
**
Nyaris di ambang maut, mungkin tak ada seorang pun yang pernah membayangkan akan mengalami sebelumnya, tapi mati memanglah misteri-Nya, jika belum tiba saatnya, tentu hidup dan kehidupan seseorang masih selamat.
**
Itulah ragam cerita Kompasianer yang nyaris dijemput maut, kisah-kisah tentang kesempatan kedua, tentang berharganya hidup dan nyawa, tentang hidup yang selayaknya dihidupi dan disyukuri. Semoga ragam cerita diatas dapat diambil manfaatnya.
Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)
*Tulisan sejenis lainnya bisa dibaca dalam tag Intisari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H