"Orang-orang sedang menyerbu sebuah Supermaket. Berbelanja? Bukan! Mereka sedang mengambil barang barang dari dalam Supermaket itu. Sebagian lagi menimpuki kaca-kacanya dengan batu. Penjarahan!" Kenang Yayat.
Pengalaman yang mencekam, memori seumur hidup. Untuk ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
2.Mengenang Kerusuhan Sampit, 2001
Konflik Etnik berdarah juga pernah terjadi di Sampit pada Febuari 2001.
Melalui tulisannya pada 2011 lalu, Rusnani Anwar mencoba kembali menapak tilas konflik etnis Sampit yang terjadi pada medio Febuari 2001.
Ketika peristiwa itu terjadi, Nani adalah seorang wartawati disebuah koran lokal di Sampit, dalam kiprahnya sebagai wartawati saat itu ia menemukan bahwa media massa dilarang menyebut peristiwa 18 Februari 2001 dengan istilah ‘kerusuhan’, ‘perang etnis’ maupun ‘pertikaian adat’.
Kemudian atas perintah redakturnya, Nani kemudian memutuskan untuk mempublish tulisan dengan memphalus kalimat dengan sebutan ,"Konflik Etnik".
Dalam tulisannya di Kompasiana Nani memaparkan, bahwa tahun 2001 adalah puncak kerusuhan, sebenarnya kerusuhan itu dimulai sejak tahun 1999,konflik awal terjadi pada tahun 1999, tepatnya 23 September malam, sebuah perkelahian di tempat karaoke yang berlokasi di perbatasan Tumbang Samba menewaskan Iba Tue, seorang Dayak Manyan yang dibantai oleh sekelompok suku Madura. Warga Dayak yang kesal karena Iba Tue tidak bersalah meninggal kemudian melakukan pembalasan dengan membakar rumah dan ternak suku Madura di Tumbang Samba.
Diawali kejadian sepele tersebut, pembakaran melebar hingga nyaris ke seluruh desa. Saat itu upaya pemerintah adalah dengan mengevakuasi warga Madura. Sebanyak 37 warga Madura diungsikan keluar dari wilayah konflik (Tumbang Samba) untuk mencegah kemungkinan munculnya korban yang lebih besar. Dan keadaan semakin memanas, lanjut Nani.
Artikel yang menarik, kaya pengalaman seorang wartawan, untuk ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
3. Suasana Aceh Semasa Konflik
Aceh sempat menjadi wilayah membara pada medio tahun 2000an awal akibat konflik antara TNI dan kelompok separatis GAM.
Dalam ingatan Win Wan Nur, di masa konflik dulu, tanggal 4 Desember biasanya adalah hari yang 'istimewa' bagi warga yang tinggal di Aceh.