Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Berusia 54 Tahun, TVRI Tetap Unggul di Hati Pemirsa

25 Agustus 2016   08:40 Diperbarui: 25 Agustus 2016   21:06 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa yang salah dengan TVRI?" Enny bertanya balik dan dijawab oleh sang tamu, "Kan banyak channel televisi swasta lain yang lebih bagus." Lebih lanjut dalam artikelnya, Enny memaparkan, alasannya kenapa sampai saat ini masih menonton TVRI, antara lain karena:

  • Banyak menyiarkan tempat-tempat di Indonesia, sehingga bisa mengetahui budaya serta kebiasaan di daerah tersebut, tanpa harus berkunjung ke tempat tersebut,
  • Tidak ada berita gosip artis, atau talkshow sejenis yang seringkali Enny dengar di televisi lain secara diulang-ulang,
  • Berita-berita regional mau pun internasional selalu ter–update,
  • Dalam menyuarakan kebijakan pemerintah, beritanya cukup seimbang.

Alasan-alasan tersebut membuat Enny masih menyalakan TVRI di layar kaca rumahnya. Semoga seterusnya.

3. TVRI dan Peran Media Berimbang, Obyektif dan Mendidik
Di usia TVRI yang menginjak tahun ke-54 ada ragam optimisme dan harapan di benak Suzy Haryawan terhadap Ibu dari televisi Indonesia itu. Menurut Suzy, sejatinya memuakkan melihat televisi yang satu memuji-muji terus salah satu pihak dan yang lain mencari-cari pihak yang berseberangan dengan pemilik televisi itu. Di sinilah peran TVRI sebagai media negara bisa memberikan keseimbangan. Semua diberitakan baik ataupun buruk. Ada keseimbangan dan memberikan obyektivitas bagi penonton.

Lebih lanjut, Suzy menambahkan, sekarang ini, susah menemukan acara yang menarik dan sekaligus mendidik, seperti misalnya Hasta karya. Semoga TVRI bisa memberikan kesempatan untuk banyak karya kreatif dan inovatif, tentu tidak ada salahnya jika bisa dilakukan oleh TVRI. Artikel yang menarik dan optimis, untuk ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

4.  Ma Petite Histoire (8) Dunia Anak dalam Acara TVRI 1970-an
Irvan Sjafri Merasa beruntung bisa menikmati televisi ketika masih era hitam putih pada 1970-an. Sewaktu ia masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak, di mana program TV untuk anak memang masih sesuai dengan usia anak. Lebih lanjut, menurut Irvan, program TVRI 1970-an menawarkan banyak program yang tidak saja ramah anak tetapi juga sarat edukasi, ''Bina Vokalia asuhan Pranadjaja mengajarkan bagaimana cara bernyanyi dan ''Taman Indria" asuhan Bu Kasur) yang berani mengusung konsep memindahkan Taman Kanak-kanak ke studio.

Kedua acara itu benar-benar menampilkan dunia anak-anak masa itu dengan tingkah polanya yang benar-benar anak-anak tidak dan dikonstruksikan sebagai orang dewasa seperti anak-anak dalam acara televisi sejak 1990-an. "Justru tingkah laku anak-anak yang dibiarkan natural membuat acara menjadi menarik. Tentunya juga ada acara Keluarga Marlia Hardi, Cerdas Cermat, Ayo Menyanyi, hingga acara seperti Derap Pramuka yang juga menarik bagi saya." Kenang Irvan bangga mengenal TVRI pada zaman emasnya. Artikel nostalgia yang rinci dan menarik, untuk ulasan selanjutnya bisa di baca di artikel tersebut.

5. TVRI Menjawab Tantangan Penyiaran
Bagi Yons Achmad, secara umum, TVRI sebagai TV publik yang dimiliki pemerintah tak dibebankan mencari keuntungan lewat iklan. Untuk itu, Yons berusaha memberikan rekomendasi kira-kira apa yang harus dilakukan TVRI agar tetap bisa “mencuri” perhatian penonton.Yons sedikit memberikan sumbang saran kira-kira apa yang semestinya dilakukan. Yons menilai, khusus untuk program di TVRI sekiranya perlu fokus kepada tiga hal:

  • Pertama: Fokus kepada kebudayaan lokal
    Karena oleh televisi swasta, kebudayaan lokal kurang mendapatkan perhatian serius.
    "TVRI yang juga punya jejaring di daerah, tentunya perlu fokus kepada tayangan kebudayaan lokal ini. Mengapa? Karena langkah inilah sebagai wujud tanggung jawab dalam memperkuat identitas bangsa, keberagaman yang menjadi ciri khas masyarakat kita. Di sinilah TVRI punya peran yang vital." Urai Yons

  • Kedua: Pencerahan lewat talkshow
    Menurut Yons, ada perbedaan mendasar talkshow yang ditayangkan TVRI dibanding talkshow di stasiun televisi swasta. Di TVRI jalannya talkshow lebih tenang, jarang ada saling potong antar narasumber yang diundang. Sementara, di televisi swasta sebaliknya. Saling potong, saling serang itu biasa. Nah, karena tak diburu oleh selingan iklan, TVRI perlu mengoptimalkan acara talkshow ini. Demikian imbuh Yons.

  • Ketiga: Berinovasi dalam tayangan anak
    Karena banyak sekali tayangan anak di televisi swasta yang kena teguran KPI. "Semoga TVRI bisa menjadi penyejuk," pungkas Yons. Tulisan sumbang saran yang bermanfaat, untuk ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

**

54 Tahun sudah usia TVRI kita, di usia yang tak lagi muda, TVRI masih tetap mengudara, memberi warna bagi seluruh Nusantara. Sebuah usaha, bentuk kehadiran negara yang layak diapresiasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun