Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Melihat Potret Kampanye Pemilu di 4 Negara

21 Juli 2016   10:47 Diperbarui: 21 Juli 2016   20:16 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye walikota di jepang dok Weedy Khosino

Masa kampanye adalah salah satu tahap penting menjelang sebuah pemilu, pada tahap ini, para calon yang bertarung untuk suatu posisi menonjolkan diri dengan berbagai cara, berbagai program mereka tawarkan, berbagai sisi diri yang positif mereka kupas. Semua demi satu tujuan mendapatkan dukungan untuk mengantarkan orang tersebut menuju posisi yang diingini.

Di Indonesia sendiri, masa kampanye pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu berlangsung dengan cukup panas dan ingar-bingar yang terasa seantero negeri. Hampir semua orang pada tahun itu antusias menyambut pemilu presiden.

Tak hanya untuk Indonesia, masa kampanye jelang pemilu pun juga menjadi momen penting untuk sejumlah negara. Seperti apa suasana setempat pada masa-masa tersebut?

Sejumlah Kompasianer diaspora yang tersebar di berbagai negara menuliskan cerita, seperti apa potret masa kampanye di wilayah tempat tinggal mereka, inilah intisarinya:

  1. Mengintip Massa Kampanye di Australia
    Pada April -Mei 2016 silam, Australia memasuki masa kampanye yang menurut catatan merupakan masa kampanye yang terpanjang, yaitu mencapai hampir 8 minggu dan puncaknya adalah hari pemilihan perdana menteri pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli lalu.

    Masa kampanye dan pemilu di Australia merupakan masa yang panas secara politik terutama bagi politisi yang melakukan kampanye, namun sekaligus juga merupakan masa yang damai di tingkat akar rumput. Ungkap Ronny Noor. Menurut Ronny, ada banyak perbedaan antara kampanye pemilu di Australia dan di Indonesia, dua perbedaan yang mencolok antara lain adalah:

    ★ Di Australia Tak Ada Pengerahan Massa
    Masa kampanye di Indonesia bagi sebagian orang merupakan masa yang cukup menakutkan karena adanya pengerahan masa yang terkadang dapat menimbulkan situasi yang tidak dapat dikendalikan, namun berbeda dengan di Negeri Kangguru, kampanye pemilu Australia tersebut tidak pakai pengerahan massa.

    Di Australia pengerahan masa tidak terjadi bahkan sebaliknya justru adu program dilakukan melalui media elektronik dan media masa sangat menonjol. Dalam masa kampanye ini mereka mengunjungi berbagai wilayah termasuk wilayah terpencil untuk menyampaikan programnya. Melalui liputan media masa inilah masyarakat Australia dapat mengikuti program yang ditawarkan untuk menentukan pilihannya.

    Satu hal yang paling menarik adalah adanya serangkaian debat yang disiarkan secara langsung oleh berbagai stasiun TV terkait program kedua belah pihak yang bersaing. Ungkap Ronny.

    ★Pemilih Adalah Raja
    Di Australia mengikuti pemilu wajib hukumnya, jadi bagi warga Australia yang telah memenuhi syarat dan tidak berpartisipasi dalam pemilu akan dikenakan denda uang yang cukup besar.

    Dalam masa kampanye ini pemilih adalah raja, sehingga justru para politisi termasuk pimpinan koalisi dan pimpinan oposisi sebagai pihak yang berkepentingan yang mendatangi pemilih di pasar, rumah sakit, sekolah, wilayah pertanian, dll, untuk menyampaikan programnya.

    Tidak jarang dalam masa kampanye ini pimpinan koalisi maupun pimpinan oposisi mendapat tantangan langsung dari masyarakat yang selama ini tidak puas dengan kebijakan yang telah dilakukan maupun apa yang akan dilakukan, Papar Ronny. Paparan yang menarik, ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

  2. Kampanye Pemilu ala Inggris
    Melalui artikelnya, Asep Setiawan mengajak pembaca mengintip cara kampanye calon anggota parlemen Inggris.

    Di Inggris kampanye dilakukan dengan beberapa cara, caleg umumnya berkampanye melalui media massa dan tentu zaman sekarang melalui jaringan internet. Televisi, radio, online dan tentu dengan media cetak menjadi ajang pertarungan mereka memperebutkan suara pemilih.

    Selain itu ditempuh cara konvensional yakni memasang poster wajah mereka dan partainya di jalan-jalan daerah pemilihannya. Dan yang menarik mereka mendatangi pemilih dari satu rumah ke rumah lain.

    Fenomena menarik yang pernah Asep lihat adalah bagaimana seorang anggota parlemen berusaha mengenalkan diri dari rumah ke rumah. Seorang anggota parlemen Inggris mewakili daerah konstituennya yang terbagi dalam 650 daerah pemilihan. Dan biasanya tingkat partisipasi pemilih juga rendah sekitar 60 % dari total pemilih sekitar 50 jutaan. Paparnya. Artikel yang menarik.

  3. Melihat Kampanye di Jepang yang Adem Ayem!
    Berdomisili di Kota Matsudo, Jepang, Weedy Koshino punya pengalaman mengamati masa kampanye di Jepang, khususnya kota Matsudo pada bulan Juni 2014 Silam melakukan pemilu tingkat wali kota.

    Menurut Weedy, pemilu di Jepang kurang greget kalau dibandingkan dengan suasana pemilu di Jakarta yang heboh. Jadinya 'panas' nya itu hanya bagi para tim sukses calon wali kota ini saja yang heboh teriak-teriak menyuarakan visi dan misi mereka kepada masyarakat Jepang khususnya penduduk kota Matsudo. Sementara penduduk Kota Matsudo-nya? Adem ayem saja.

    Kampanye yang heboh di tingkat tim sukses tersebut ditandai dengan banyaknya mobil yang memasang speaker, berseliweran di jalan-jalan, berkoar-koar menyuarakan misi dan visi para calon wali kota.

    Mobil pemilu jepang dok Weedy Koshino
    Mobil pemilu jepang dok Weedy Koshino
    Belum lagi yang kampanye di depan stasiun-stasiun kereta api. Semangatnya patut diacungi 4 jempol! Berpakaian jas dan dasi, sambil membawa mike dan memegang payung, membacakan apa yang jadi misi dia untuk kota ini. Uniknya, mereka kampanye itu kadang ada yang sendiri!

    Simpel, ringkes, irit, dan tidak mengganggu kepentingan umum. Melihat cara kandidat ini berkampanye, Weedy menemukan banyak keunikan, antara lain sebagai berikut:

    ★ Kampanye Berdiri di Depan Stasiun Kereta Api
    Kampanye di stasiun KA butuh mental sekuat baja loh! Boro-boro ada yang berdiri sebentar mendengarkan ocehan mereka, kebanyakan hanya melihat sekilas, atau hanya melirik sebentar dan segera berlalu tidak perduli dengan apa yang dijelaskannya.

    Biasanya calon wali kota berkoar-koar sendiri di jalan menjelaskan apa yang menjadi visi dan misi dirinya apabila terpilih menjadi wali kota nanti. Ya, jadi wakil rakyat itu harus berani, tegas, tidak malu dan tidak gengsian. Tulis Weedy.

    ★ Penempelan Poster Para Kandidat Tidak Ditemukan di Sembarang Tempat!
    Karena memang tidak boleh, di Jepang, penempelan poster para calon wali kota ini ternyata memang sudah disediakan tempatnya.

    Ada papan besar yang di dalamnya sudah dibagi beberapa kotak untuk penempelan poster. Ukurannya juga sudah ditentukan, jadi gak bisa serakah dua kolom buat muka dia sendiri. Jatah satu kolom itulah diperuntukkan bagi para kandidat menempelkan poster dirinya untuk di pamerkan.

    Papan tersebut juga tidak bisa ditancapkan di sembarang tempat sudah ditentukan tempat-tempatnya. Biasanya di taruh di daerah keramaian, seperti dekat halte bis, daerah stasiun, sekitar taman dan sebagainya. Sangat rapih dan teratur!

    Jadi jangan harap kita bisa menemukan gambar-gambar muka para kandidat ini di tempel di batang pohon, tiang listrik, atau tembok rumah orang, tandas Weedy. Paparan menarik, ulasan selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.

  4. Belajar Kampanye ala Jerman
    Di Jerman, ada tren baru poster kampanye yang tidak menampilkan wajah politisi. Gambar poster lebih banyak didominasi oleh gambaran visi partai atau politisi. Misalkan gambaran keluarga bahagia dengan rumah yang menunjukkan bahwa partai akan memperjuangkan terpenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.

    Gambar dalam poster dibuat untuk memberikan gambaran positif dan simpatik dengan disertai beberapa teks yang memiliki efek sugesti kuat. Selayang pandang amatan Cahaya Kumalasari tentang masa kampanye di Jerman.

    Jika partai ingin memasang poster bergambar wajah politisi, ada peraturan tak tertulis yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh melakukan manipulasi gambar untuk memperbaiki penampilan. Alasan terkuat dari larangan ini adalah manipulasi gambar dapat menghilangkan keotentikan wajah sang politisi, jelas Kumala.

    Pemasangan poster baik dengan atau tanpa gambar wajah di Jerman memiliki beberapa peraturan, di antaranya tidak boleh mengganggu arus lalu lintas dan umumnya tidak boleh menempel di pepohonan. Poster boleh dipasang sebanyak-banyaknya jika memiliki dana dan tenaga untuk memasang atau menempel.

    Hal terpenting dari kebebasan memasang poster ini bahwa kewajiban partai untuk membersihkan kembali poster yang telah dipasang setelah masa kampanye dan pemilu berakhir. Pelanggaran berupa kelalaian dalam membersihkan poster akan menyebabkan partai tersebut dikenai denda oleh pemerintah.

    Selain itu, bentuk kampanye lainnya adalah penampilan para kandidat di muka umum.
    Biasanya dilakukan di pusat kota (daerah pebelanjaan) dan sangat umum dilakukan pada hari sabtu sebagai puncak masyarakat beraktivitas. Umumnya ada satu panggung kecil sederhana tempat wakil partai berorasi mengenai visi dan misinya. Kadang kampanye ini dilakukan bersama-sama oleh beberapa partai yang kemudian secara bergilir menyampaikan visi dan misinya.

    Kemudian, bentuk kampanye yang paling sederhana di Jerman adalah Kampanye paling sederhana adalah membagikan brosur ke rumah-rumah. Brosur diselipkan ke kotak surat atau di sisi kaca mobil. Ukuran brosur mulai seukuran kartu nama hingga leaflet A4, tutur Kumala. Paparan yang informatif.

**
Menjelang sebuah pesta demokrasi kampanye, apapun bentuknya, hal tersebut merupakan gerbang awal perkenalan antara warga dan bakal wakilnya, karenanya masa-masa kampanye seyogyanya adalah periode mawas diri bagi para politisi untuk mengisi masa tersebut dengan informasi yang membangun. Bukan sekadar hiburan semu yang justru mengganggu.
**
Itulah selayang pandang potret kampanye pemilu di berbagai negara dalam catatan Kompasianer. Para warga biasa yang tentunya menginginkan demokrasi yang tertib berjalan di Indonesia. Semoga bermanfaat!

Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)
*Tulisan sejenis lainnya bisa dibaca dalam tag Intisari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun