Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lebaran Tiba, Mereka Tetap Bekerja

6 Juli 2016   20:50 Diperbarui: 9 Juli 2016   04:57 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

-

Hari raya Lebaran menjadi momen yang dinantikan bagi umat muslim setelah melewati sebulan puasa Ramadan, Hari Raya yang jatuh tanggal 1 Syawal ini memberi kesan tersendiri, pada hari itu maaf diberikan, pada hari itu, tumpah ruah segala keriaan, terutama bagi yang merayakan.

Di Indonesia sendiri hari raya Lebaran identik dengan waktu liburan. Biasanya kalender di Indonesia menetapkan 2 hari cuti bersama secara nasional, tak jarang pula sebagian perusahaan memberi libur tambahan beberapa hari saat sebelum dan sesudah lebaran. Bagi sebagian pegawai, libur lebaran menjadi penanda jeda sejenak dari pekerjaan, namun tak semua selalu demikian adanya, ada pula beberapa profesi yang masih tetap bekerja meski hari raya tiba, karena penjadwalan sistem kerja atau hal-hal lainnya, beberapa profesi itu diantaranya:

1. Wartawan

Profesi yang satu ini memang memiliki jam kerja tak jelas, bahkan ada yang bilang, menjadi wartawan berarti komitmen kesiagaan 24 jam. Karena kita tak pernah tahu kapan sebuah pristiwa bernilai berita akan terjadi. Ada 1 pantangan bagi wartawan yang sepertinya berlaku umum di sejumlah media adalah: pantang mematikan HP. Kecuali Anda siap kena semprot gegara susah dihubungi oleh kantor atau koordinator liputan (koorlip).

Begitu pun saat lebaran, ada ungkapan berita tak kenal libur. Itupun berlaku saat lebaran, natal atau hari raya lainnya. Contoh paling mudah, lihat saja para wartawan / reporter peliput berita mudik: mereka masih tetap wara-wiri di layar kaca, memantau informasi dari sejumlah lokasi.

Hanya saja, jika menyangkut hari raya keagamaan biasanya beberapa media mempertimbangkan unsur toleransi beragama, tapi ada kalanya berita memang tak kenal libur, sesekali kegentingan berita juga tak pandang hari raya.

2. Pramugari

Teman saya bilang, bilang, profesi ini penjejak bandara. Dalam sehari bisa terbang ke beberapa kota tetapi hanya masuk bandara. Jika jadwal tugas terbangnya bertepatan dengan lebaran atau hari raya, seorang pramugari, apa pun agamanya hanya bisa pasrah mengantar penumpang mudik ke tujuan masing-masing, sementara sang pramugari tak bisa mudik, begitu juga dengan pilot dan kopilot.

3. Paramedis

Karena sakit dan kondisi gawat darurat tak bisa diduga datangnya, profesi ini dituntut untuk selalu siaga. Pasien harus sebisa mungkin dilayani dengan maksimal tak peduli puasa, lebaran, atau hari apa, karena hampir setiap tindakan di rumah sakit berhubungan dengan nyawa, maka cuti dadakan jelas tak mudah dilakukan dan tak bisa sembarangan. Sistem kerja di rumah sakit umumnya dibagi per shift, jika seorang paramedis mendapat jatah shift di hari raya, sementara ia belum mengajukan cuti dari jauh hari, maka mau tak mau ia harus terima.

4. Pelaut

Profesi ini bekerja sesuai kontrak awal dengan perusahaan kapal tempat ia berlayar, kontraknya ada yang 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun dan yang paling lama 4 tahun. Selama masa kontrak, pelaut tidak bisa mengajukan cuti.
Sepupu saya pelaut di kapal milik Korea, dan ketika lebaran ini jatah kontraknya belum habis.. Ya terpaksa belum bisa pulang.

5. Masinis

Pengemudi kereta api ini juga tak bisa sembarangan cuti, apa pun agamanya, kalau sedang dapat jatah tugas saat hari raya, mau tak mau terpaksa merayakan di atas kereta, kalau gak ada mereka, kereta gak jalan dan menumpuklah antrian di stasiun.

Informasi dari salah satu pegawai KAI, selama masa angkutan lebaran (sekitar 20 hari) masinis maupun pegawai KAI tidak boleh cuti. Untuk pegawai yang tidak bertugas posko angkutan lebaran liburnya hanya pas hari H dan H+1 saja. Cutinya nanti sesudah masa angkutan lebaran selesai dengan pngaturan sesuai ketentuan dari Direksi KAI.

6. Admin Kompasiana

Kalau gak ada mereka, artikel Kompasianer gak ada yang tayang! Bisa-bisa moderasi konten Kompasiana gak terurus kalau mereka kompak libur semua.

Setahu saya, Kompasiana, khususnya bagian konten menggunakan aturan kerja shift bulanan yang terbagi dalam 3 shift per 8 jam, dengan sistem kerja 6-1dalam seminggu bagi tim konten.*
Kak Widha, Mas Yakob, Mas Harry, Dll, selamat tugas, terima kasih ya :) #Serius.

**

Mendalami beberapa profesi diatas menempatkan mereka yang berkecipung di dalamnya tetap bekerja ketika lebaran tiba. Apresiasi sedalamnya pada mereka semua yang karena buah pekerjaannya membantu kelancaran aktivitas banyak orang saat berlebaran.

Lebaran atau hari raya apa pun tentulah hari baik di bulan baik, dijalani sambil liburan atau bekerja, maknanya tetap sama: usaha untuk bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Salam Kreatif!

*Terbuka untuk dikoreksi.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun