Semangat menggebu-gebu untuk bisa sesegera mungkin menjadi seorang pengusaha sukses dan mampu membeli rumah, mobil dan hidup berkecukupan bersama rumah tangga yang baru ia bina saat itu,menyebabkan Tjipta nekat menggunakan seluruh tabungannya, plus istri, hasil kerjanya selama belum menikah.
Tjipta muda mulai mencoba berdagang antar kota, yakni Medan dan Padang. Namun akibat sama sekali belum berpengalaman, maka dalam hitungan tidak sampai satu tahun, semua modal ludes, berikut uang pinjaman.
Untuk menutupi lubang, maka Tjipta muda menggali lubang yang lebih besar lagi, yakni: menjual seluruh perhiasan yang ada dan memberanikan diri meminjam pada tante di Medan, dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran pada waktu itu.
" Ada istilah "Gali lubang, tutup lubang”. Namun lubang yang saya gali sudah terlalu dalam untuk ukuran saya, maka istilah gali lubang tutup lubang itu tidak dapat dipraktekkan, karena begitu dalamnya lubang yang telah digali, saya langsung terpersosok ke dalamnya. Dan baru bisa keluar setelah sengsara di dalam lubang selama tujuh tahun". Tutur Tjipta.
Bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada istri, serta putra pertama, akhirnya badai kehidupan itu berlalu. Gelap sudah berganti dengan sinar mentari. Hidup Tjip dan keluarga sudah berubah.
Menata kembali hidupnya yang sempat berantakan, Tjipta melakukan hal-hal ini:
Pertama melunaskan semua hutang
Lalu membebaskan semua orang yang berutang padanya Mendirikan rumah sederhana di Jalan Kampung Nias I /14 A, Padang
Berlanjut kepada mulai meningkat ke bisnis ekspor: kopi, cassia dan rempah rempah,
Setelahnya membeli mobil bekas untuk transportasi,
mempersiapkan rumah yang permanen di Wisma Indah 1 Kemudian menginvestasikan sebagian keuntungan perusaahan dengan membeli tanah.
Badai silih berganti datang dalam kehidupan Tjipta dan keluarga, tetapi mereka saling menguatkan.