[caption caption="DVD tragedi Lumpur Lapindo yang dijual warga Sidoarjo (Foto: Agung Prasetyo)"]
[caption caption="Semburan Lumpur menimbulkan asap pekat(Foto: Agung Prasetyo)"]
Kesempatan bertugas di Sidoarjo membuat Rushans Novaly punya kesempatan mengunjungi lumpur lapindo di wilayah porong.
"Sebelum berangkat menuju Sidoarjo saya mendapat permintaan dari beberapa teman untuk mengunjungi sumber semburan Lapindo. beberapa orang malah minta dibawakan serpihan lumpur dari lapindo sebagai kenang kenangan". Kenang Rushans.
Sesampainya di lokasi, Rushans berhasil melihat dari dekat lumpur panas itu sepandangan mata dari atas tanggul yang menjulang yang tingginya hampir 10 meter, tersusun dari batu batu cadas berupa undak undakan dengan jaring kawat baja sebagai pengikatnya. Tanggul lumpur itu dibuat agar luapan lumpur tidak meluber menuju jalan raya porong dan jalur kereta api Surabaya- Malang yang berada disisi tanggul.
Bau khas dari lumpur tercium. Seperti bau belerang. Letupan dari tengah danau lumpur terlihat jelas. Kepulan asap putih dari tengah danau terlihat membumbung tinggi. Papar Rushans.
[caption caption="Tanggul penahan semburan lumpur (Foto: Rushans Novaly"]
3. Tentang Ayah (Catatan Jelang 5 Tahun Lumpur Lapindo)
Goresan berbeda ditorehkan Rahman Seblat, ia mencerita tragedi genangan lumpur tersebut di mata seorang ayah menarik benang merah dari sebuah film perang The Age ofStupid. Menurut Rahman, film tersebut dengan bencana lumpur Lapindo memiliki sebuah persamaan: tentang para ayah yang rela melakukan apa saja demi keluarganya.
" Ayah mereka (Korban Lumpur) -read telah "dibunuh" mata pencahariannya. Sawah leluhur ditenggelamkan. Pabrik tempat si ayah menggantung hidup dilantakkan. Ruang usaha tempat gantungan nasib dimana rejeki didayung dengan susah payah oleh ayah hancur lantak diporandakan oleh lumpur yang mengurung. Kampung halaman ruang banyak orang bermukim dihilangkan paksa oleh gelontoran pekat yang tentu tak datang begitu saja." **
** "Tiba-tiba kesengsaraan di depan mata. Ayah menjadi tak berdaya, kemudian keluyuran dengan botol di tangan, dengan seribu serapah yang tak pernah menyelesaikan masalah. Atau malah kawin lagi, demi menghilangkan galau".
Paparan dan goresan elegi yang menyayat hati namun realita yang sangat mungkin terjadi.