Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengintip Ritual Pernikahan di Berbagai Negara dari Mata Kompasianer

27 Mei 2016   14:25 Diperbarui: 28 Mei 2016   02:04 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengantin ala Shinto di Jepang (Foto: Paras Tuti)

Pernikahan adalah salah satu momen paling istimewa dalam hidup seseorang. Sebagai peristiwa yang sakral, tentunya setiap pasangan yang menikah berharap momen penting ini hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidup mereka, karenanya, sebuah pernikahan di mana pun di dunia pasti sangat lekat dengan tradisi dan prosesi perayaan yang unik. Seperti hal nya di Indonesia yang memiliki ritual dan pernak-pernik khas pernikahan, berbagai negara di dunia juga memiliki cerita tentang pernikahan yang tak kalah heboh, haru dan seru.

Sejumlah Kompasianer diaspora yang tersebar di berbagai negara berbagi cerita seputar pernikahan di wilayah domisili mereka. Sejumlah kisah unik haru dan dan lucu terkait janji paling suci dalam cinta ini terekam lewat tulisan di Kompasiana. Yuk intip keseruannya.

1. Inilah Pernikahan Orang Korea

Berdomisili di Korea mengikuti suami tercinta membuat Sasya Mama sedikit banyak akrab dengan budaya keseharian orang-orang di negeri Gingseng itu, termasuk pernikahan. Meski menurut Sasya pernikahan tradisional di Korea sudah mulai ditinggalkan, tapi masih ada beberapa keluarga di sana yang memilih menggelar pernikahan secara tradisional. Sasya berbagi pengalamannya menghadiri pernikahan tradisional ala orang korea.

Langkah pertama dalam Prosesi pernikahan tradisional orang Korea seperti lazimnya ritual seserahan di Indonesia, hanya saja yang diserah terimakan dari pihak mempelai pria ke keluarga mempelai wanita bukan makanan tapi patung angsa kayu sebagai simbol kerelaan.

Sasya menjelaskan, Prosesi pernikahan tradisional orang Korea adalah pertama-tama sebelum acara dimulai para hadirin yang datang bisa menyaksikan tarian dan musik tradisional Korea. Setelah selesai makan pengantin pria mendatangi rumah mempelai wanita diiringi oleh teman dekat pria dan membawa sepasang angsa (angsa kayu).

Saat sampai didepan rumah maka disambut oleh tuan rumah diwakili oleh kerabat dekat kemudian saling memberi hormat. Sang calon pengantin pria menyerahkan sepasang angsa tersebut kepada wakil tuan rumah. Angsa yang diterima kemudian diserahkan kepada calon ibu mertua, jika angsa tersebut diterima maka pernikahan ini bisa dilangsungkan dan calon pengantin wanita akan ikut keluar rumah.

Selanjutnya di halaman luar rumah sudah tersedia altar untuk pernikahan. Diatas altar tersebut ada lilin biru dan juga merah yang dinyalakan beberapa makanan seperti tteok kacang-kacangan dan juga buah apel serta pire. Altar tersebut mamakai taplak yang berwarna merah dan biru. Ada juga 2 buah benang merah dan biru yang diletakkan diatasnya. 2 Ekor ayam jantan dan betina yang dibungkus mengunakan kain biru dan merah diletakkan dibawah samping kanan dan kiri. 2 buah meja kecil di sisi yang berbeda berisi cangkir dan juga teko.

Calon pengantin wanita dan pria berjalan ke altar dengan masing-masing didampingi oleh 2 orang dan saling berhadapan. Setelah berhadapan maka masing-masing calon pengantin saling mencuci tangannya.
Selanjutnya adalah calon mempelai wanita dan pria saling bersujud memberi hormat .

Pernikahan tradisional di korea (Foto Sasya Mama)
Pernikahan tradisional di korea (Foto Sasya Mama)
Setelah selesai dan berdiri masing-masing pendamping diwakili 1 orang saling menyatukan 2 benang merah dan biru setelah selesai maka pernikahan telah dinyatakan sah. Sepasang pegantin kemudian memberi hormat pada semua yang mengahdiri pernikahan mereka. Terang Sasya dengan runtut.

2. Prosesi Pernikahan Ala Shinto

Jepang terkenal dengan agama Shinto nya yang berkembang pesat, tentang salah satu hal yang berbau Shinto, Paras Tuti berbagi cerita bahwa Di Jepang, akhir-akhir ini peminat pernikahan ala Shinto ini bersaing ketat dengan ala Barat. Karena mereka tidak memasalahkan agama, pertimbangannya hanya pada kebanggaan dan mewujudkan impian saja.

Prosesi pernikahan ala Shinto ini terkesan sunyi, malah terlalu sakral kurasakan. Jadi tidak mengesankan upacara pernikahan yang bahagia, tapi terkesan senyap. Mungkin karena suara alat musik serupa seruling hampir mendominasi forum dari awal sampai akhir prosesi. Suaranya seperti alunan yang menyayat hati. Tulis Tuti.

Lanjutnya, pengantin ala Shinto ini, sepertinya tidak memerlukan wali yang menyertai pengantin perempuan.

Ada 2 jenis tempat duduk terpisah, yang persis dibelakang pengantin, itu adalah keluarga dan kerabat dekat. Yang agak turun dari panggung pendek dan menyamping itu teman-teman dari pengantin.

Diawali dengan pembacaan ayat suci oleh petinggi kuil, prosesi ini di mulai. Ikrar nikah dibaca oleh pengantin laki-laki, dilanjut tukar cincin. Kemudian ada acara minum o-sake, minuman tradisional beralkohol. Salah satu miko itu menuang di piring kecil dan kedua pengantin itu meminumnya sedikit demi sedikit sampai 3 kali, disebut 三々九度 (sansan kudo).

Yang tidak kalah pentingnya adalah tarian selama kurang lebih 10 menit yang dibawakan oleh 2 orang miko. Dengan gemulai dan membawa ranting daun 榊 (sakaki), ranting pohon suci, dipercaya bahwa Tuhannya akan turut bergembira dan akan merestui sepenuhnya. Tarian itu juga diiring suara seruling, tetap menyayat hati.
Prosesi berjalan sekitar sejam. Diakhiri dengan pengambilan foto bersama.

Pengantin ala Shinto di Jepang (Foto: Paras Tuti)
Pengantin ala Shinto di Jepang (Foto: Paras Tuti)
Satu lagi yang unik dari prosesi pernikahan ala Shinto adalah prosesi tukar cincin pengantin yang bisa dinikmati dengan bebas oleh para undangan yang hadir. Pangkas Tuti.

3. Der Polterabend: Tradisi Pernikahan ala Pengantin Eropa

Kompasianer Dewi PS berbagi pandangannya terhadap pesta pernikahan ala eropa dari sejumlah kondangan yang dihadirinya selama tinggal Di Jerman.
Menurut Dewi, pada pernikahan di Jerman, Suasana sakral tentu tidak terlalu dirasakan oleh pengantin maupun tamunya,

Aktivitas makan bersama dan menyanyi serta menari bersama tentu menjadi kegiatan utama sepanjang acara berlangsung. Jumlah tamu undangan pun tidak terlihat sangat menumpuk karena kebanyakan keluarga pihak mempelai wanita hanya mengundang orang-orang dekat saja dalam hal ini tentu keluarga dan sanak saudara. Bahkan tetangga dalam hal ini yang menetap di radius 5 km pun belum tentu masuk dalam list undangan pernikahan, mungkin karena disebabkan oleh budaya individualisme. Papar Dewi.

Persiapan pernikahan tidak dilakukan secara dramatis dan mewah melainkan hanya menyiapkan wardrobe pengantin yang biasanya diperoleh melalui jasa penjahit khusus bukan baju sewaan dan tentunya manajemen catering serta event organizer dimana jasa fotografer sudah termasuk didalamnya. Ada satu hal yang paling unik dalam acara pernikahan ala Jerman dimana para tamunya tidak diwajibkan membawa amplop berisi uang karena hal itu merupakan sukarela dari masing-masing tamu.

Kebanyakan mereka membawa rangkaian bunga yang cantik lengkap dengan kartu ucapan yang biasanya juga telah diisi oleh beberapa lembar euro atau gutschein (voucher belanja atau perjalanan). Selain itu beberapa tamu yang sadar tradisi juga biasanya membawa beberapa buah piring atau peralatan dapur lain yang terbuat dari porcelain, dimana barang-barang tersebut merupakan barang bekas yang tidak lagi digunakan dirumah mereka.

Dalam satu kesempatan sepasang pengantin tersebut wajib memecahkan semua barang dari porcelain yang telah dibawa oleh para tamunya. Tradisi unik tersebut dilakukan dalam rangka "memecahkan" masa lalu kedua mempelai yang mungkin terdiri dari hal-hal buruk atau kelam.

Barang porselen pecah belah dalam tradisi penikahan di Jerman (Foto, Dewi PS)
Barang porselen pecah belah dalam tradisi penikahan di Jerman (Foto, Dewi PS)
Tradisi tersebut biasa dikenal dengan istilah der Polterabend dimana pada Negara tertentu seperti di Swiss, Austria dan Denmark tradisi ini dilakukan pada acara Junggesellenabschied yaitu kegiatan berupa pesta penutup masa lajang.

Tradisi yang unik dan menarik.

4. Pernikahan di Negri Padang Pasir

Melalui tulisannya, Djiwenk mata Kompasiana di Bahrain menuturkan, di Bahrain ada dua hal yang biasanya mengapa rumah-rumah orang arab itu dihiasi dengan lampu-lampu ketika malam hari. Pertama adalah ketika perayaan national day dan yang kedua adalah ketika ada pernikahan. Jadi kalau tidak ada perayaan national day biasanya rumah-rumah orang arab itu kalau yang terang benderang dengan hiasan-hiasan lampu dimana-mana kemungkinan besar telah terjadi pernikahan.

Dalam budaya Arab menikah haruslah mengeluarkan uang yang sangat banyak, sedangkan bagi pria Arab yang belum siap dari segi finansial  kadang terpaksa harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya menerima pinangan lelaki lain yang siap menikahinya dan memberikannya mahar yang besar.

Selain mahar yang harus di keluarkan biasanya mempelai pria harus menyediakan tempat tinggal dan isinya, pesta pernikahan yang berbiaya besar dan bisa jadi bulan madunya juga. Bahkan sang mempelai pria ini ada yang sampai meminjam-minjam uang untuk pernikahannya itu.

Di Bahrain pernikahan orang Arab ini masihlah tergolong murah kalau di bandingkan dengan negara-neagara arab lainnya. Untuk sebuah pernikahan yang paling murah atau bisa dibilang tidak di 'apa-apain', biayanya berkisar antara BD 3000- BD 5000 kurang lebih 75-125 juta rupiah sedangkan untuk yang mahal bisa jadi sampai diatas BD 20.000.

Beberapa kali ada pernikahan masal di Bahrain karena mahalnya biaya ini, biasanya mereka-mereka itu dibantu oleh sheik-sheik untuk membiayai pernikahanya itu. Anehnya adalah dalam undangan pernikahan masal itu cuma photo mempelai pria saja yang di pasang. Cerita yang menarik.

**
Apapun tradisi yang dipilih untuk melakukan pernikahan, semua yang dijalani pastilah bermuara pada satu harapan: kebahagiaan demi cita-cita setiap pasangan untuk menjadi jodoh sehidup sesurga. Setiap negara mempunyai tradisi pernikahan berbeda-beda yang selalu menarik untuk disimak. Itulah sekilas potret kemeriahan pernikahan di berbagai negara yang tertuang dalam catatan warga biasa di Kompasiana. Yang tak kalah penting untuk dimaknai, dibalik semua ragam pesta, tradisi dan kemegahan yang dihadirkan, pernikahan adalah jalan panjang dua insan dalam ibadah untuk saling mendewasakan.

Salam Kompaaiana!

*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun