Kompasianer ini melalui tulisannya memaparkan sedikit sejarah singkat Majalah Bobo, sekaligus berbagi cerita nostalgia yang dialami bersama majalah tersebut.
"Saat saya kecil dahulu, saya adalah salah satu penggemar majalah Bobo. Bahkan setiap Hari Kamis, hari di mana majalah Bobo terbit, saya selalu pergi ke tukang majalah dekat rumah untuk membeli majalah Bobo tersebut. Karena bagi saya, melewatkan satu edisi majalah bobo akan sangat merugi" Ungkap Dewi.
Menurut penyuka rublik "Keliling Dunia" itu, majalah Bobo yang sampai kini masih dikoleksi dan dibacanya semakin bertambah inspiratif. Dewi sebagai pembaca setia Bobo berharap agar majalah Bobo tetap hidup dan selalu berinovasi.
Itulah ragam cerita Kompasianer tentang salah satu majalah anak-anak tertua yang pernah amat lekat di hati mereka dan kita semua.
Majalah Bobo dengan segala pernak-perniknya telah banyak menggoreskan cerita yang mewarnai hari-hari, mimpi dan cita-cita anak Indonesia dulu hingga kini melintasi generasi.
Maskot kelinci itu seolah memiliki daya magis yang membuat daya tariknya tak habis menebarkan virus gemar baca ke seluruh nusantara, semoga majalah yang melegenda ini selalu bisa menemukan cara bertahan bersama pembaca sambil tetap menjaga kualitas kontennya layak untuk anak.
Tetaplah menjadi sahabat anak, Bo!
Selamat menapak angka 43!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H