- [caption caption="Sumber gambar: cumicumi.com"][/caption]
Rangkaian paskah merupakan momen yang sakral bagi umat kristiani di seluruh dunia. Rangkaian Paskah ini sebelumnya di dahului oleh tiga hari tri suci yaitu Kamis putih, Jumat agung dan Sabtu suci sebelum Minggu yang merupakan hari paskah itu sendiri.
Di media warga Kompasiana, semarak momentum Paskah juga menemukan geregetnya, baik dalam prosesi dan perayaannya di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya, melalui tulisan sejumlah kompasianer berbagi cerita: warna-warni liputan, wawasan dan pengalaman. Inilah cerita Kompasisner dalam rangkuman.
1. Bagaimana Cara Menentukan Jatuhnya Hari Paskah?
Singkat, padat, cermat dalam tulisannya Kompasianer Ronny Noor memaparkan bahwa ada berbagai metode berbeda yang di pakai oleh berbagai otoritas gereja di dunia untuk menentukan jatuhnya hari paskah.
Perbedaan itu memperkaya, melalui artikelnya Ronny dengan jelas menguraikannya.
2. Salah Kaprah antara "Jumat Agung" dengan "Paskah"
Tiga penggalan berita dari tiga media daring kompas.com, tribunnews.com dan rri.co.id menulis bahwa Jumat, 25 Maret 2016 adalah hari umat Kristen merayakan Hari Raya Paskah. Ini keliru. Karena, Jumat (25/3) bukan Hari Raya Paskah, melainkan Jumat Agung.
Sebagai umat kristiani, Kompasianer Daniel HT melalui artikelnya mencoba meluruskan salah kaprah antara Jumat agung dan paskah yang selama ini kurang dipahami sebagian media dan masyarakat. Melalui tulisan singkat itu, Daniel ajak pembaca mengenal perbedaan makna keduanya.
3. Begini Situasi Paskah Bersama di Kota Paling Toleran, Salatiga
Melalui artikelnya, Kompasianer Bambang Setiyawan memaparkan bagaimana toleransi dan beragama mendapatkan tempatnya di kota Salatiga. Sebuah ibadah paskah digelar di lapangan Pancasila. Kota Salatiga Hajatan yang berlangsung tepat di depan sebuah Masjid bernama Masjid Raya Darul Amal tersebut diikuti sekitar 3.000 umat kristiani. Kota Salatiga. pada Minggu 28 Maret 2016 silam.
"Ibadah paskah berjalan sangat lancar tanpa ada gangguan apa pun, prosesi memperingati Paskah dan Natal yang berlangsung di lapangan Pancasila, sebenarnya sudah berlangsung berpuluh–puluh tahun. Di lapangan yang sama, umat Muslim setiap tahunnya juga memanfaatkannya untuk sholat Idhul Fitri serta Idhul Adha. Tak ada gesekan, tidak ada pula benturan. Semua berjalan normal seperti biasa karena masing-masing sangat menghargai pluralisme beragama". Papar Bambang turut bangga sebagai warga Salatiga.