"Menurut saya, apa yang terjadi belakangan ini adalah bentuk kedaulatan konsumen. Artinya, konsumen yang selama ini merasa "terpaksa" harus menerima apa pun keadaan dan konsisi taksi dan ojek, sekarang punya kekuatan untuk memilih dan menentukan apa yang ia senangi," papar Ihsan. Dalam artikel yang sama, Ihsan juga berharap kedaulatan konsumen dapat juga dimiliki oleh masyarakat ketika status masyarakat itu berubah menjadi konstituen dalam memilih wakil rakyat. Sebuah harapan yang nampaknya masih perlu jalan panjang untuk bisa terwujud.
Itulah intisari empat dari sekian banyak catatan Kompasianer terkait polemik transportasi online. Semoga riuh rendah terkait salah satu jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak ini segera menemukan pemecahannya.
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya :)
*Tulisan sejenis lainnya bisa dibaca dalam tag Intisari.
Salam Kompasiana!
[caption caption="Sumber: membuat sendiri/arsip pribadi."]