Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Polemik Transportasi: Catatan Kompasianer dalam Intisari

27 Maret 2016   17:15 Diperbarui: 23 Agustus 2016   03:16 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber: membuat sendiri/arsip pribadi."][/caption]Polemik Transportasi online dan konvensional masih terus bergulir mewarnai ranah pemberitaan media massa negeri ini. Jeritan pengemudi angkutan berbasis konvensional yang merasa ladang rezekinya di serobot angkutan online hingga pembelaan dari pengemudi dan pengguna jasa transportasi berbasis aplikasi dengan beragam cara dan sudut pandangnya juga tak kalah ramainya saling bersahutan mewarnai pemberitaan di negeri ini setidaknya nyaris sepekan terakhir, kehebohan bertambah lagi pasca demo ribuan supir taksi konvensional menuntut ditutupnya transportasi online yang berakhir dengan anarkis yang membuat publik hilang simpati terhadap taksi konvensional.

Di Kompasiana, polemik transportasi online ini juga ikut bergema, warga biasa sumbang suara melalui tulisannya. Topik pilihan yang diangkat admin Kompasiana tentang polemik transportasi online mendapat banyak tanggapan dan tulisan dari Kompasianer. Di antaranya, inilah intisarinya:

[caption caption="Kumpulan artikel tentang angkutan transportasi online yang saya pilih"]

[/caption]

1. Meskipun Ada yang Online, Kenapa Takut Bersaing?
Berkaca dari aksi unjuk rasa ribuan supir taksi konvensional yang diwarnai aksi anarkis, Kompasianer Hantus Tommy melihat dan menyayangkan adanya kesan ketakutan taksi konvensional untuk bersaing dengan taksi online, padahal menurut Hantus sederhana saja jika taksi konvensional mau tetap bertahan dan bersaing dengan taksi online. Kuncinya adalah memaksimalkan pelayanan dan ikutilah teknologi.

  1. Transportasi Online Hanya Permulaan, Selanjutnya?
    Menurut Samuel Henry, pemutakhiran dan adaptasi terhadap kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan, menurutnya transportasi online baru permulaan dari serangkaian perubahan berikutnya yang akan semakin mengadaptasi kemajuan teknologi manusia harus beradaptasi jika tak mau ditinggal zaman.

    "Teknologi memberikan akselerasi terhadap perubahan. Sejalan dengan waktu akan menjadi fenomena biasa. Dampak yang buruk segera akan diminimalkan dan disesuaikan dengan kondisi nyata terus menerus, proses penyesuaian tetap berlangsung," paparnya dalam tulisan.

  2. Ketika Blue Bird Berubah Menjadi Angry Bird dan Rekayasa Akal-akalan One Day Free of Charge itu
    Aksi unjuk rasa yang diwarnai aksi anarkis oleh ribuan supir taksi konvensional berseragam biru yang ditengarai adalah supir taksi Blue Bird pada 22 Maret lalu membuat Blue Bird mau tidak mau menggeratiskan layanan taksinya seharian penuh sehari pasca demo tersebut pada Rabu 23 Maret 2016.

    Menurut Kompasianer Mawalu, aksi layanan taksi gratis ysng dilakukan Blue Bird pada 23 Maret silam hanya akal-akalan yang dilakukan Blue Bird supaya citranya tidak jatuh di mata konsumen Dan masih menurut Mawalu, penggeratisan layanan Blue Bird itu dilakukan setengah hati karena banyak sekali pengalaman konsumen yang susah dapat taksi gratis hari itu

    "Aksi gratis itu hanya akal-akalan Manajemen Blue Bird saja. Alih-alih mendapat simpati, justru malah jadi cibiran banyak orang. Bagaimana enggak di bully ramai-ramai oleh para Netizen, armada Blue Bird yang muncul di jalan raya hanya sedikit saja," papar Mawalu dalam artikelnya.

  3. Kedaulatan Konsumen, antara Kasus Penolakan Taksi "Online" dan Pemilihan Wakil Rakyat
    "Konsumen adalah raja yang berhak memilih siapa yang akan melayaninya," papar Kompasianer Ihsan Shadiqin dalam artikelnya. Menurutnya era transportasi yang semakin maju membuat konsumen memiliki fleksibelitas untuk memilih transportasi mana yang akan melayaninya. Kebebasan ini dinamakan kedaulatan konsumen.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun