Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendayung Januari, Mencari ke Belantara Puisi

27 Januari 2016   04:28 Diperbarui: 27 Januari 2016   05:50 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1:
Pada suatu malam yang bersedih
Ada dialog parau bersahutan
Antara duka dan air mata
Sebuah kepergian tampak semakin nyata

Di antara malam, Tuhan dan gerutu doa
Aku memintamu
Sebab mintalah padaKu, maka akan kukabulkan
Begitu kataNya

Dalam sisi gelap yang ada
Setiap hamba hanya perlu menyalakan doa
semoga Tuhan memberi terang

2:
Dalam ruang persegi itu
Sepi bercermin
Mencari seseorang dibalik kaca
Serta sekumpulan ingatan
Sepenggal catatan kesabaran

Nihil hasil
Yang ada hanya bening
Sisa bayangan diri sendiri
Seperti setiap caranya yang tak terduga
Penari liar memilih jalan
Menyelinap pergi sementara

Sepi berkaca
Sepi saling tatap
Saling santap
Hingga kunang-kunang terlelap

Menatap hitam di pelupuk dini hari
Melenturkan ego dalam hening
Pikiran merenda kesadaran
Barangkali benar
Manusia harus larut dalam cermin

3:
Aku adalah butir api
Setiap kali sepi menepi
Tugasku ialah menghapus kisahmu diam-diam
Lalu menuliskannya dalam fiksi

Ah! Seperti kamu tak nyata saja
Tidak, Kamu jelas nyata
Dulu, kamu pernah sebegitu sabar
Sebelum memilih pergi
Dan menjadi fiksi

Kuhidupkan kau dalam puisi
Sebagai diksi pengganti nyeri
Kubaca berulangkali
Kamu tetap kucari

Aku masih sama
Gadis keras kepala
Yang mengangap mungkin dari ketidakmungkinan
Sebab apa yang tak mungkin?
Selain manusia yang mencipta sendiri dirinya

: Ciputat,
Dini hari menghitung empat
Ke akhir Januari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun