Ajang Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) Â 2015 yang diselenggarakan oleh Kompas TV menyuguhkan beragam judul film pendek karya sineas-sineas muda Indonesia Mengambil tema Indonesiaku Kebanggaanku, acara ini menampilkan 10 film pendek dengan tema sederhana namun bermakna.Â
Dari 200 film yang mendaftar, ada 10 film pendek yang lolos seleksi dan dianggap layak masuk dalam babak final,10 film pendek tersebut dibagi ke dalam dua kategori  yaitu kategori pelajar dan kategori umum.
Salah satu tim dewan juri, sutradara film Angga Dwimas Sasongko mengatakan, film-film pendek yang masuk ke dalam 10 besar tersebut dipilih sesuai dengan temanya, yakni Indonesiaku Kebanggaanku.Â
Pada kategori pelajar Film-film yang ditayangkan adalah Samin, Ali-ali Setan, Coblosan, Surya The School Gang dan Kotak Pusaka, sementara di kategori umum ada Ruwat, Opor-operan, Ojo Sok-Sokan, Bubar Jalan dan Nilep.
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah Film berjudul opor-operan. Film pendek ini dikemas secara sederhana, jenaka namun kuat pesannya. Melalui alur ceritanya, penonton diajak belajar tanggung jawab lewat semangkuk opor ayam.
Ha Opor ayam?
Nih cerita singkatnya,
Dikisahkan warga sebuah kampung memiliki tradisi saling berbagi opor ayam menjelang lebaran, ada 4 tokoh perempuan dalam film ini. Perempuan pertama memasak opor dan membagikannya kepada tetangga-tetangganya, namun sisanya, tetangga-tetangganya itu tidak ada yang memasak dengan macam-macam alasan. Mereka hanya mengoper opor ayam buatan si perempuan pertama kepada satu sama lain, hingga pada akhirnya masakan opor itu dioper lagi dan balik lagi ke perempuan pertama yang benar-benar memasak, namun jumlahnya sudah dikurangi 2 potong oleh si perempuan yang terakhir. Adegan-adegan lucu terjadi ketika semangkuk opor ayam itu  di pingpong berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Semua perempuan sama-sama mengaku kalau "Ini opor ayam buatan saya" padahal yang memasak hanya perempuan pertama. Disini terlihat 3 tokoh perempuan selain perempuan pertama mengabaikan tanggung jawab untuk memasak opor. Yang benar-benar taat pada aturan hanya perempuan pertama, sementara para tetangganya hanya mengoper-oper semangkuk opor ayam itu kepada satu sama lain, mengaku-ngaku "Ini Opor ayam buatan saya" tanpa rasa malu apalagi bersalah karena lari dari tanggung jawab. Di akhir cerita, semangkuk opor ayam itu akhirnya kembali lagi pada perempuan pertama yang memang memasaknya. Tentu saja setelah proses oper-operan yang dilakukan para tetangganya.
Dari cerita film pendek yang sederhana ini, pesan yang saya tangkap adalah;
"Tanggung jawab itu dikerjakan, dituntaskan. Bukan lempar-lemparan, jangan oper-operan."Â
Sebuah pesan mendalam yang dikemas secara jenaka dalam narasi dan dialog sederhana.