Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Di Kompasiana Baca, Tulis Lalu Apa?

28 September 2015   21:34 Diperbarui: 29 September 2015   05:05 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kompasiana sebagai salah satu media warga terbesar di Indonesia sebentar lagi akan jelang 7 tahun usianya, Kompasiana adalah media warga dengan platform tegas: Menulis! Seperti dikatakan Pepih Nugraha dalam Bukunya.[1]

Kompasiana hingga September 2015 tercatat memiliki lebih dari 200.000 orang anggota wah banyak ya? Wah apa sih yang bikin orang candu sama rumah Kriko ini? Di Kompasiana Baca, tulis lalu apa?

  1. Tambah Ilmu

Wah ilmu apa sih yang didapat dari kompasiana?

Memangnya kompasiana buka sekolahan?

Lah-lah ilmu gak cuma didapat di sekolahan. Di manapun bisa jadi tempat cari ilmu kalau kita peka dan memang mau belajar. 

Banyak ilmu yang bisa dipelajari di etalase warga biasa ini misalnya; Gimana cara nulis yang baik itu ilmu, gimana cara olah kata supaya jadi puitis nan manis itu ilmu, gimana cara memoles konten tulisan supaya punya nilai jual sehingga layak dibukukan atau menang lomba itu juga ilmu, semuanya dipelajari dalam sebuah proses yang tak pernah habis karena kehidupan warga itu dinamis. Apapun disekitar kita tidak ada yang berhenti pada satu titik. Termasuk menulis. Penulis yang baik adalah dia yang tidak puas dengan satu pencapaian saja, makanya ilmu menulis itu selalu dinamis dan proses belajar nya gak pernah habis. Karena kalau kita berhenti belajar, tulisan kita juga akan berhenti bekembang.

Kompasiana yang sejak dibuka menjadi media warga[2]-  setiap hari kebanjiran beragam konten tulisan dapat menjadi wadah bagi Kompasianer untuk merefleksi kemampuan menulis kita sudah sampai mana, meskipun di Kompasiana ini tidak ada yang secara spesifik ditasbihkan sebagai mentor dalam menulis, tapi belajar menulis dari satu sama lain tidak ada salahnya, bahkan di Kompasiana, kamu bisa juga jadi mentor dari tulisanmu sendiri. Nah itu ilmu kan?

Salah satu ilmu esensial yang dapat dipelajari dan melekat pada Kompasiana selama 7 tahun usianya adalah kesederhanaan: di Kompasiana semua orang diposisikan sebagai warga biasa, ya sebagai warga biasa harus sederhana, tak usah menye-menye yang penting menulis dengan karya sendiri dan tanpa unsur menghina SARA itu saja!

Tidak ada penulis hebat di Kompasiana, yang ada adalah mereka yang lewat tulisannya tak henti berbagi dan akhirnya menginspirasi sesama. Itu hebatnya Kompasiana: karena ada gerak anggotanya.

 

  1. Perkaya Sudut Pandang

Di Kompasiana, Kompasianer dibiasakan memandang suatu kejadian dengan multidimensional. Di Kompasiana, suatu topik yang sama bisa dibahas dengan beragam perpektif berbeda sehingga sudut pandang penulis, pembaca dan satu-sama lainnya jadi lebih kaya dan terbuka sesekali ada debat antar sesama kompasianer, kadang menggerahkan, tapi begitulah dinamika. Tak apa-apa jika sesekali pendapat berbeda, karena dalam memandang suatu hal tidak ada sudut pandang yang sepenuhnya benar, juga tak ada yang sepenuhnya salah. Karena itu multi sudut pandang diperlukan untuk merespon dinamika multikultural yang semakin kompleks. Dan kompasiana dapat menjadi wadah untuk membuat perpektif semakin kaya.

 

  1. Memperluas Jaringan

Di Kompasiana, kompasianer bisa bertemu dengan orang-otang dengan beragam latarbelakang berbeda yang disatukan dengan satu minat yang sama; menulis. Dengan adanya orang-orang dengan latarbelakang berbeda, ada kesempatan untuk memperluas dan mengembangkan jaringan.

 

  1. Tambah Sahabat

Melalui interaksi yang terjalin di Kompasiana,  sesama Kompasianer akhirnya menjadi sahabat dan hangatnya interaksi di Kompasiana bisa terbawa dari balik cerita via sekotak layar maya sampai pertemuan langsung di dunia nyata, melalui kopdar. offline yang setiap bulan rutin diadakan Kompasiana melalui acara bertajuk Nangkring, Tokoh Bicara, dll, ikatan antar sesama Kompasianer di dunia nyata semakin kuat. Melalui ajang temu nyata, solidaritas tercipta, sobat maya menjelma nyata.

 

  1. Memperkaya Ide

Di Kompasiana, ide tak habis digali dan tak habis bertebaran, suatu tulisan bisa memunculkan ide untuk membuat tulisan lainnya, baik sebagai tanggapan, dukungan atau tulisan dengan topik yang sama namun sudut pandang berbeda. Ide itu akan selalu ada dari para pemikir-pemikir yang dilatih untuk kreatif dan produktif melalui Kompasiana, di Kompasiana setiap anggotanya dibiasakan untuk berpikir kreatif, iya kan? Adanya kanal fiksiana adalah salah satu buktinya, Mustahil eksis berfantasi kalau tidak dibarengi kreatifitas yang tinggi!

 

  1. Mencicipi Dunia Kumunitas

Kompasiana sendiri adalah salah satu komunitas blogger berbasis menulis yang terbesar di Indonesia, Komunitas Kompasiana sendiri memiliki setidaknya 25 kelompok-kelompok sub komunitas[3] dengan beragam fokus kegiatan yang berbeda. Kelompok turut menjadi wadah Kompasianer dalam mengembangkan diri di dunia nyata. Melalui Kompasiana, setiap anggotanya diajak mencicipi dinamika dunia komunitas, juga berdaya bersama komunitas- karena Kompasiana sendiri adalah sebuah komunitas.

 

  1. Literasi Multidimensi

Literasi. Melek kalau bahasa sederhana-nya buka mata kalau bahasa yang lebih tertata. Di Kompasiana, diajak buka mata tentang apa? Banyak hal. Misalnya diajak melek tentang kejahatan dunia maya melalui tulisan Kompasianer Fey Down, diajak menelisik tentang kejiwaan melalui tulisan Dokter Andri, belajar hidup dan Cinta emas dari Kompasianer Tjiptadinata-Roselina dan banyak lagi yang bisa menjadi bahan literasi. Bagaimana bisa tradisi literasi itu berjalan di Kompasiana? Bisa kok, diantaranya melalui nangkring dan diskusi, juga bisa melalui tulisan sesama kompasianer, bahkan dari membaca ulang tulisan sendiri.

 

 

Kompasiana dengan lebih dari 200.000 orang Kompasianer yang menjadi anggotanya adalah blog sosial yang sehari-hari diramaikan oleh orang-orang dengan latarbelakang berbeda yang disatukan oleh minat yang sama: menulis.apa yang bisa didapat melalui Kompasiana? Setelah membaca, menulis lalu apa?

Nah temukan sendiri kesanmu, Rasakanlah, Menulislah tapi jangan lupakan membaca.

Mengutip Motto Listhia H Rahman, Sahabat saya sesama mahasiswa;

"Kalau tidak membaca, bisa menulis apa?"

Ya. Sungguh baca dan tulis itu tiada terpisah, seperti jingga: selalu romantis sembari Puitis!

Kompasiana Etalase Warga Biasa

Istimewa dalam kesederhanaannya

Ayo, Coba bergabung dalam riuh rendah warga Temukan dan tuliskan kesanmu sendiri!

 

[1] Pepih Nugraha.2012. Kompasiana: Etalase Warga Biasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[2] Kompasiana dibuka untuk publik pada akhir tahun 2008- Sebelumya Kompasiana adalah blog yang diperuntukan  bagi  jurnalis khususnya jurnalis di Lingkungan Kompas Gramedia.

[3]  Wawancara dengan Wardah Fajri : Content and Community Editor Kompasiana, Tanggal 8 Juli 2015  Di Hotel Santika BSD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun