Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Fenomena #JurnalismeAngeline

17 Juni 2015   04:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   05:57 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Publik disentak dengan berita Angeline yang ditemukan tewas, bocah asal Bali berumur 8 tahun yang sebelumnya dinyatakan menghilang selama ÷ 3 Pekan ternyata ditemukan tewas terkubur di bawah kandang ayam di rumah ibu angkatnya di Bali pada 10 Juni 2015 silam. Sejumlah dugaan kekerasan baik fisik maupun seksual sontak mengemuka seiring tewasnya Angeline.

Tak ketinggalan sejumlah media baik cetak, online ataupun media elektronik turut ambil bagian dalam 'meramaikan' kasus Angeline, beberapa hari belakangan, berita tentang Angeline ramai menjadi sorotan di sejumlah media. Berbagai isu seputar keseharianan hingga tewasnya Angeline dikemukakan baik berita yang sudah terverivikasi kebenarannya ataupun belum. Media seolah beramai-ramai menggalang‪ #‎JurnalismeAngeline

Bahkan beberapa media menyediakan slot lebih untuk membahas soal Angeline. Kompas Grup dan MI Grup, dapat dikatakan 2 media inilah yang paling menaruh perhatian pada kasus Angeline, bahkan Kompas TV sampai membuat Breaking News meliput kedatangan Jenazah Angeline, meski beberapa media lain juga tak kalah hebohnya terkait kasus ini.

Jurnalisme Angeline; Antara Jurnalisme Empati Atau Sensasi


Beberapa hari belakangan publik tak henti disuguhi berita seputar Angeline, Kisah pilu bocah cantik itu seolah membahana ke seantero Indonesia berkat jasa media Tapi seperti itukah jurnalisme empati? ::

Ketika suara tangis histeris ibu kandung Angeline terus-terusan menjadi bumper paket berita terkait Angeline di salah satu stasiun TV, ketika gambar jasad Angeline tersebar secara utuh tanpa sensor di salah satu media online, ketika spekulasi mengemuka, ketika berita-berita simpang siur tentang kematian sang bocah sampai isu persekongkolan jahat dan perebutan harta warisan terus-menerus digali, dicari bahkan diada-adakan oleh sejumlah media. Padahal untuk mengusut tuntas kasus tewasnya Angeline butuh proses penyelidikan dari polisi Bukan penghakiman media! Miris. Itukah Jurnalisme empati? Rasanya yang lebih mengemuka justru Jurnalisme sensasi yang mengambil momentum kematian tragis sang bocah.

Jurnalisme Firasat

Jurnalisme firasat pun mengemuka, cerita tentang mimpi-mimpi ibu kandung Angeline jelang kematian sang anak tak luput turut jadi berita. Padahal jurnalisme adalah perkara kebenaran verivikasi: Tidak bisa mengandalkan firasat! 

Sensasi. Satu kata itu mengemuka dari #JurnalismeAngeline, sejak ditemukan tewas pada 10 Juni silam, berita-berita yang disiarkan sejumlah media tentang Angeline seolah menggiring opini publik untuk bersedih dan kasiahan pada Angeline. Memang, kematian tragis Angeline merupakan sebuah tragedi yang menampar sistem perlindungan anak di Indonesia wajar jika publik geram. Tetapi media denganbeberapa pemberitaannya, media justru memanfaatkan momentum tragis ini. Soal persekongkolan jahat dan dugaan keterlibatan ibu angkat, seharusnya biarlah hal itu menjadi urusan polisi. Biar hukum yang membuktikan, bukan penghakiman media. yang sedikit banyak, pasti akan mempengaruhi publik.

Angeline telah mati. Kematian tragis yang menyisakan kasus yang masih panjang untuk diusut tuntas, rasanya akan lebih elok jika media mengawal kasus ini dari segi esensi. Bukan sensasi...
Semoga!

Salam Jurnalistik!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun