Satpam adalah gerbang terakhir sebelum calon marketing yang akan di training masuk ke ruang training. Semua KTP akan diperiksa oleh satpam. Nah disini biasanya satpam diajak kerja sama dengan orang dalam yang ingin meloloskan joki training, dengan uang pelicin antara Rp. 50-150 ribu si satpam akan diam meski wajah dan KTP orang yang mau training itu beda. TST: tahu-sama tahu kalau istilah beken-nya. (Tidak semua Satpam begitu).
Perlu diketahui di beberapa bank memang sistemnya tidak memasang CCTV di area ruang training untuk meminimalkan ketegangan peserta, dan biasanya trainer-trainer yang didalam ruangan itu berasal dari bank pusat, dan tidak perhatian siapa-siapa saja yang di training. Patokan mereka biasanya hanya daftar absen.. Jadi ya.. Loloslah peraktek-praktek nakal semacam ini. :(
Untuk praktek joki training sendiri setelah si Joki- dengan nama si klien lulus sesi training dan dinyatakan sebagai marketing bank, urusan selesai sampai disitu, si joki dapat bayaran antara Rp. 300- 400 ribu dan si calon marketing yang menggunakan jasa si joki bisa bekerja atas namanya sendiri, meski training nya digantikan orang lain. Meski si marketing yang pakai joki mungkin saja tidak tahu sama sekali detail produk yang akan ditawarkan :( miris. (Praktek joki training sama Ilegalnya), kalau ketahuan ada sanksi blacklist, selalamanya tak boleh kerja lagi di bank tersebut, di cabang manapun.
Jujur saya sebal dengan praktek marketing bayangan dan praktek joki training ini, merupakan praktek ketidakjujuran dalam sebuah pekerjaan.- kalau tidak ada pengaruhnya ke publik luas sih terserah saja mau apa, tapi seorang marketing bank pasti akan banyak berhubungan dengan nasabah, praktek joki training dan marketing bayangan, berpotensi membentuk pegawai perbankan yang cacat produk dan berpotensi merugikan nasabah "-" Apalagi untuk marketing yang pakai joki training menurut saya, orang yang menggunakan jasa joki training itu aneh dan mau enaknya sendiri, bagaimana bisa kerja kalau gak mau di training, lantas pengetahuan prodaknya dari mana? Pantas saja ada oknum marketing nakal "-" bodohnya saya dulu mau saja jadi joki, marketing bayangan, dan marketing yang memalsukan data "-" Karena gak enak sama saudara, sekarang saya sudah tidak lagi kerja di dunia perbankan dan di bank tersebut. Biarlah itu jadi pengalaman yang tidak akan mau saya ulangi lagi.
Mulai sekarang hati-hati Kompasianer kalau ditawari kartu kredit atau pinjaman bank, pastikan bank yang menawari anda kartu kredit atau pinjaman itu bank yang terpercaya, kalau perlu kalau didatangi Marketing yang menawari kartu kredit dan KTA, ada baiknya anda lihat KTP dan ID Card nya.
NB: Tulisan ini hanya sekedar sharing pengalaman pribadi yang pernah saya jalani, tulisan ini tidak menyamaratakan semua bank dan BUKAN dibuat untuk menjelek-jelekan profesi marketing dan supervisor serta satpam perbankan. Karena masih banyak juga orang-orang perbankan yang baik yang bekerja sesuai ketentuan dan prosedur yang semestinya. Saya percaya, masih banyak sekali praktisi perbankan yang baik, Cuma sial nya saya saja, dulu sempat melihat praktek-praktek beberapa oknum perbankan yang nakal. Biarlah pada akhirnya pengalaman itu menjadi sesuatu yang bisa saya tuliskan disini untuk menjadi pelajaran dan kewaspadaan kita bersama. Saya percaya setiap profesi, baik dan buruknya tergantung cara masing-masing pekerjanya yang menjalani.
Salam Waspada!
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H