"Jangan foto-foto mbak," Pintanya, tapi saya tak peduli. Kesal campur gemas melihat kekurangan orang di eksploitasi sedemikian rupa untuk mendapatkan simpati, penderita Lepra itu dituntun, diajak mengemis dan dirantai! Dituntun persis seperti mengajak binatang jalan-jalan. Di ran-tai! Zaman apa ini? Manusia, orang sakit dirantai, apa guna BPJS kalau begini kasusnya, dimana kehadiran negara? Kepuasan apa yang didapat dari menjual penderitaan? Miris '-'
Namun kalau saya share foto, si penderita dengan Lepra dan rantainya etiskah? Rasanya tidak etis, too painful, nanti dihapus admin Kompasiana. Atas pertimbangan etika saya tidak mengunggah foto mereka disini.
Penderita Lepra itu dirantai, dirantai penyakit, dirantai stigma, dirantai malu, dirantai ekonomi, dirantai kurang ilmu, dirantai ketidaktahuan, dan (mungkin) dirantai birokrasi pengobatan..
Miris ketika kejadian seperti ini masih terjadi di daerah kota-kota penyangga, yang tak jauh dari ibukota.. Daerah Puncak. Dimana Puncak martabat manusia seolah merosot ke titik terendah saat melihat tragedi Lepra itu di depan mata
Dimana pemerataan negara, untuk kesehatan warganya?
*Sebuah Potret kelam daerah Penyangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H