Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Catatan di Hari Transportasi Nasional

24 April 2014   16:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:15 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

- Catatan di Hari Angkutan Umum Nasional

Angkutan umum sebagai moda transportasi massal di Indonesia memang masih memprihatinkan. Standar keamanan penumpang yang minim, tingginya tingkat kriminalitas di atas angkot, kondisi angkutan yang terkadang tidak layak jalan serta kotor membuat belum semua orang beralih menggunakan angkutan umum secara sukarela.

Bagi orang-orang yang memiliki dana sedikit berlebih mungkin akan memilih menaiki kendaraan pribadi untuk menghindari kesemerawutan di dalam angkutan umum, tapi bagi mereka yang pendanaannya pas-pasan mau tidak mau harus menerima kondisi transportasi massal yang semerawut itu apa adanya dan mungkin hampir setiap hari hanya bisa pasrah dan terkadang mendongkol seperti saya ini.

Habis gimana... Sudah coba nulis surat pembaca di beberapa media, meminta perbaikan transportasi massal juga tidak ada tanggapan dari pihak-pihak terkait ya sudah saya sebagai warga biasa mau tidak mau pasrah, tapi terkadang dongkol juga melihat kondisi angkutan yang perbaikannya jalan di tempat. Karena kita sebagai warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan semaksimal mungkin dari pemerintah.

Salah satu moda transportasi umum yang paling menjengkelkan menurut saya adalah metromini. Sebagai mahasiswa yang berkuliah di salah satu universitas negeri di Jakarta, dan juga anak kos, saya beberapa kali harus mrnggunakan Metromini M-69 jurusan Blok-M Ciledug untuk pulang ke rumah di daerah Ciledug. Tetapi lama kelamaan saya menjadi jengkel dan takut jika harus bepergian menggunakan metromini, pasalnya keamanannya kurang terjamin. Banyak pereman berkedok sebagai pengamen bukannya bernyanyi tapi malah orasi sambil memaksa memalak penumpang. Suatu hari saya naik metromini M-69 dari terminal Blok M Menuju Ciledug. Tiba-tiba di sekitar jembatan kebayoran Lama, naiklah dua pemuda kekar dengan tato di beberapa bagian tubuhnya. Dengan ucap salam yang terkesan basa basi, dia kemudian dengan suara lantang berbicara yang kira-kira sebagai berikut : “bapak-bapak, ibu-ibu, mohon maaf sebelumnya kami adalah orang-orang yang lapar tidak punya sepeserpun untuk membeli makan. Tolonglah kami, jangan sampai kami menodong, menjambret atau berbuat jahat kepada anda, hanya karena kami kelaparan”, kemudian bla-bla-bla dengan ucapan yang sama sambil menengadahkan topi ke semua penumpang.

Ketika dia menadahkan topinya pada saya, saya memberikan uang logan seribu rupiah, lalu dilemparnya, dengan nada memaksa dia berucap; "Gak ada yang lebih besar?"

Karena takut saya kasih saja uang 5 ribu, dalam pikiran saya supaya cepat keluar orang itu, ternyata tidak juga. Dia terus menadahkan topi ke penumpang lainnya dan menjelang arah Cipulir baru kedua orang itu turun.

Rasa takut, jengkel dan marah bercampur didalam hati saya. Bukannya saya ga ikhlas dengan uang 5 ribu perak yang sudah saya berikan, tapi karena merasa di intimidasi oleh dua pemaksa yang kurang ajar. Orang kecil memalak orang kecil itulah fenomena pemaksaan diatas Metromini.

Alasan saya memilih naik Metromini pada waktu itu adalah karena cepat, Blok-M Ciledug cuma memakan waktu satu jam ditempuh dengan metromini, tetapi dengan adanya kejadian pemaksaan tersebut membuat saya kapok dan sekarang lebih memilih menggunakan KRL untuk pulang ke rumah. Meskipun memakan waktu lebih lama, bisa sampai tiga jam.

Stasiun Soedirman- Stasiun Tanah Abang- Stasiun Sudimara, dilanjut dengan Angkot C-12 jurusan Jombang- Ciledug. Memang memakan waktu lebih lama tetapi lebih aman, karena paling tidak, tak ada pengamen berkedok pemalak di dalam KRL.

Kedepannya, saya dan (mungkin) banyak warga biasa lainnya berharap agar keamanan transportasi di Indonesia bisa lebih diperhatikan oleh pihak-pihak terkait.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun