Bukan, kita tidak sedang membahas setianya Shafiyyah kepada mendiang suaminya. Kita sedang membahas tentang perjuangan membesarkan anaknya. Bahkan, dia menyertai Ahmad kecil saat menuntut ilmu. Dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan kecintaan pada Rabbnya, menghantarkan anaknya, Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah menjadi imam besar umat ini.Â
 Disaat banyak wanita membiarkan anaknya bermain dengan keluguannya. Shafiyyah, mulai mengenalkan Ahmad kecil pada Rabbnya, Rasulnya dan Agamanya, hingga timbul kecintaan Ahmad kecil pada Ilmu agamanya dan semangat untuk mempelajarinya.
 Hari ini, bukan tak mungkin kita menjadi seorang wanita layaknya Shafiyyah, namun, alangkah banyaknya dari kita yang melupakan pendidikan anak dan lebih mementingkan karir.Â
Kita tahu, bahwa uang atau yang sejenisnya adalah salah satu kebutuhan primer yang memenenuhi kebutuhan sekunder, namun, bagi seorang muslim, iman adalah kebutuhan di atas kebutuhan primer, yang harus dipenuhi melebihi kebutuhan seseorang terhadap kebutuhan lambungnya.
 Oleh karenanya, menanamkan iman pada diri seseorang, di mulai dari kehadiran pertamanya di muka bumi.
 Seorang ibu yang baik, bukan hanya dia yang selalu mengangguk pada permintaan sang anak. Tapi, dia yang mampu mengajaknya pada ketaatan Rabbnya, lalu menyabarkan hatinya.
 Potret Shafiyyah binti Maimunah Asy-syaibani Rahimahaallah, mengajarkan kita akan Pendidikan anak sejak dini. Dia bukan hanya seorang ibu bagi anaknya, tapi dia juga seorang ayah yang memenuhi kebutuhan  sandang dan pangan.Â
Karakter Imam Ahmad Rahimahullah terbentuk semenjak kecil, di bawah asuhan wanita tangguh nan beradab.
Ibunya adalah guru pertamanya, yang mengajarkan Imam Ahmad membaca kalam-Rabbnya.
 Imam Ahmad berkata: "Ibuku mengajariku hafalan al-Qur'an saat usiaku menginjak 10 tahun. Ketika usiaku sudah 16 tahun, ia berkata kepadaku, Pergilah untuk belajar hadis, karena perjalanan belajar hadis merupakan hijrah kepada Allah."
 Shafiyyah menyerahkan penjagaan anakanya pada Rabb yang Maha Menjaga. Dia mengungkapkannya dalam kalimat yang diucapkan untuk anaknya.