Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Prokrastinator Ulung

16 Mei 2019   09:36 Diperbarui: 16 Mei 2019   13:33 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam kehidupan setiap orang, tentunya ada satu waktu di mana rasanya kita hanya ingin berguling di kasur yang nyaman sambil menonton televisi ditemani makanan ringan, terlepas dari fakta ada beberapa hal penting yang menunggu untuk diurus. Kita pasti pernah dengan sengaja menunda diri dari melakukan sesuatu, entah itu dari tugas sekolah, pertemuan dengan seseorang, mengurus pajak, atau sesederhana membersihkan kamar. Tentunya bagi para prokrastinator ulung hal tersebut bukan menjadi sesuatu yang asing lagi karena mereka menghadapinya dalam basis harian. Apa Anda termasuk salah satunya?

Sebelumnya mari kita membahas: apa itu prokrastinator?

Singkatnya prokrastinator adalah seseorang yang suka melakukan hal-hal tidak terlalu bermanfaat ketimbang hal-hal penting yang tersaji di depan mata. Misalnya, memutuskan untuk membuka handphone dan membaca satu persatu pesan dari operator kartu prabayar dibanding menyicil makalah setebal seratus halaman hingga tanpa sadar waktu tenggat yang tersisa hanya satu hari. Terdengar sedikit hiperbolis, tapi percayalah hal itu bisa saja terjadi pada seorang prokrastinator ulung.

Seorang prokrastinator ulung memiliki isi kepala yang tidak biasa. Mereka mempunyai satu tempat di dalam pikiran mereka, yang mari kita sebut saja dengan zona senang-senang, di mana iblis seperti "tanggung jawab" dan "kewajiban" tidak dapat masuk. Hanya saja mereka tidak menyadari bahwa iblis yang sebenarnya adalah zona senang-senang tersebut, atau mungkin mereka menyadarinya namun godaan "sang iblis" terlalu kuat untuk ditolak.

Zona senang-senang ini dalam kehidupan nyata berupa segala kegiatan selain hal-hal paling penting untuk dilakukan, contohnya menata isi komputer ke dalam banyak folder berbeda, membuka kulkas setiap lima belas menit sekali walau kita tahu tidak ada makanan di sana, atau membaca satu persatu pesan operator seperti contoh sebelumnya. Para prokrastinator ini terjebak di dalam zona tersebut hingga sesuatu bernama kecemasan, ketakutan, dan penyesalan datang untuk menarik mereka keluar dari sana, yang biasanya akan muncul sehari atau dua hari menjelang deadline.

Jika kita pikirkan sejenak, mungkin terbesit di pikiran kita: tinggal lakukan memang apa susahnya, 'sih? Namun dalam kenyataannya prokrastinasi bukanlah hal yang sederhana. Tidak ada peneliti yang benar-benar tahu apa tepatnya penyebab dari prokrastinasi, atau bagaimana sifat itu bisa ada, walau ada suatu penelitian yang mengatakan bahwa prokrastinator itu merupakan sifat tururnan, dan yang lebih menyedihkannya lagi, bersifat seumur hidup. Tapi tenang, itu bukan berarti para prokrastinator sudah ditakdirkan selamanya menjadi prokrastinator.

Dalam pandangan saya pribadi, tidak ada satupun manusia yang bukan prokrastinator. Setiap individu yang ada di muka bumi pasti memiliki bibit-bibit prokrastinator dalam dirinya. Saya, Anda, dia, mereka, kita semua memilikinya. Perbedaan setiap prokrastinator hanya terletak di siapa yang bisa keluar dari zona senang-senang dan kembali melakukan pekerjaan lebih dulu sebelum pikiran-pikiran negatif yang menyiksa mental datang untuk menyadarkan mereka.

Lantas bagaimana cara seorang prokrastinator ulung keluar lebih cepat dari zona senang-senang mereka? 

Kenali Diri

Di dunia ini sejatinya ada dua jenis prokrastinator, prokrastinator yang aktif dan prokrastinator yang pasif.  Prokrastinator aktif adalah orang-orang yang memang suka dan merasa memiliki performa yang lebih bagus saat bekerja dalam tekanan. Mereka sepenuhnya sadar akan konsekuensi dari kegiatan menunda dan itulah yang mereka cari. Pasti kita mengenal setidaknya satu atau dua orang yang senang menunda pekerjaan namun pada akhirnya dia tetap bisa menyelesaikannya. Sementara prokrastinator pasif adalah tipikal orang yang berleha-leha sebelum nantinya panik sendiri mengingat di keesokan hari ada ujian akhir semester atau hal penting lainnya yang harus mereka hadapi. Dengan mengetahui yang mana diri kita, maka kita akan menemukan cara yang sesuai untuk menghadapi tipe prokrastinator kita. Tentunya tipe prokrastinator pasif harus sadar diri dan mulai bekerja sejak jauh hari.

Dekap Kegagalan

Ironisnya, para perfeksionis justru merupakan kaum yang paling banyak menyimpan prokrastinator di dalamnya. Mereka percaya dengan pandangan "kualitas membutuhkan waktu yang lama" dan diselimuti oleh perasaan takut akan kesalahan sehingga mereka sering memilih mengerjakan tugas-tugas mereka secara lambat dan berakhir terjebak dalam lingkaran setan prokrastinasi. Harus diketahui, tidak masalah jika kita memulai dengan banyak kesalahan, selalu ada ruang untuk perbaikan. Seperti yang Marthin Luther King, Jr. katakan: you don't have to see the whole staircase, just take the first step!

Membuat Pengingat

Salah satu alasan kita menjadi prokrastinator adalah kenyataan bahwa kita suka lupa terhadap tugas yang kita miliki. Jika sudah asyik dengan sesuatu, banyak orang yang suka lupa terhadap sekitar mereka karena manusia cenderung fokus terhadap apa yang sedang mereka hadapi.  Maka dari itu setidaknya kita perlu membuat beberapa item untuk membantu kita mengingat. Entah itu tabel daftar tugas yang tertempel di dinding, sticky-note berisi peringatan mengenai tenggat tugas, atau bahkan bisa juga dilakukan dengan membuat pengingat di alarm handphone sambil menyelipkan keterangan "TUGAS" yang tertulis dalam capslock. Dengan adanya pengingat-pengingat ini diharapkan kita menjadi sadar akan kewajiban kita.

Mencari Motivasi

Alasan lain hingga terciptanya prokrastinator adalah kurangnya motivasi, sehingga terkadang mereka memilih untuk menghindar dari "masalah" itu sendiri. Motivasi ada banyak jenisnya, tergantung dari diri sendiri apa yang bisa memotivasi. Bisa dengan hal kecil seperti memberi reward pada diri sendiri dengan es krim setelah mengerjakan tugas, atau jalan-jalan. 

Motivasi tidak serta-merta berasal dari diri sendiri, tapi bisa juga dari orang lain. Tidak perlu malu untuk meminta motivasi dari keluarga atau teman selagi itu tidak merugikan siapapun.

Itulah beberapa cara yang sekiranya dapat membuat prokrastinator berhenti menjadi prokrastinator. Sejujurnya apa yang disampaikan di atas terbatas pada hal-hal dengan batas waktu, prokrastinasi terhadap hal-hal yang tidak mempunyai batas waktu adalah hal yang lebih payah lagi untuk dihindari, karena sulit bagi kita untuk menetapkan prioritas kepada hal yang tidak urgent.  Tidak ada batasan waktu untuk membersihkan pekarangan dan mencuci kain, tapi coba bayangkan apa jadinya jika Anda menunda membersihkan pekarangan rumah selama satu bulan atau menumpuk kain cucian selama seminggu.

Kita terus berpikir bahwa menunda sebentar tidak akan berpengaruh banyak, dan kita berpikir kita dapat menggantinya dengan bekerja dua kali lipat di lain waktu. Akan tetapi yang tidak kita sadari adalah ketika berhenti sebentar itu menjadi sebentar-sebentar berhenti. Kebanyakan dari kita bahkan terus tidak sadar hingga akhirnya waktu kita habis, penyesalan datang, dan kesempatan pun terbuang.

Memang prokrastinasi tidak selamanya buruk, tidak ada salahnya rehat sebentar dari urusan-urusan berat agar pikiran menjadi lebih segar. Hanya saja kita perlu ingat ada hal-hal yang sebaiknya kita selesaikan secepat mungkin sebelum bersantai. Saran terbaik adalah lakukan apa yang ingin Anda lakukan besok di hari ini sebelum kegiatan untuk besok menjadi kegiatan untuk keesokan harinya.

Nah, sudahkah Anda mengerjakan semua tugas Anda hari ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun