Mohon tunggu...
Syifa Chairunnisa
Syifa Chairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Wanita awal 20-an yang ingin belajar menulis dan hal-hal baru serta mampu menyajikan konten kreatif

Mahasiswi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta - Singer and Travel Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merajut Asa Sepanjang Jembatan Penyeberangan

2 Juli 2021   16:54 Diperbarui: 3 Juli 2021   10:44 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*Anak laki-laki tengah bersiap menjajakan dagangannya kepada para pembeli (Sumber: Syifa Ulya Chairunnisa)

Udara yang cukup kencang berhembus dari celah Jembatan Penyeberangan Orang di Stasiun Lenteng Agung, Jakarta Selatan bagai sahabat sehari-hari Indra (13). Ia tengah sibuk menata barang dagangannya dengan penuh hati-hati agar tidak kotor dan jatuh.

SYIFA ULYA CHAIRUNNISA, Bogor.

               

Kala anak-anak seusianya bermain dan bersantai, hal itu tak dapat dirasakan pemilik nama lengkap Indra Saputra Darmawan sejak ia menginjak kelas tiga sekolah dasar. Indra yang ditemui pada Senin, (28/06/21) menyambut dengan ramah bersamaan gerak tubuh penuh kesopanan.

Hampir setiap hari Indra jongkok memandangi jalanan lalu lalang orang yang menuju atau pergi dari Stasiun Lenteng Agung. Sesekali ia bangun untuk melayani pembeli, berharap lima kotak lusuh berwarna bening berisi nugget pisang dan keripik singkong itu habis terjual.

"Ini lebih sedikit dari yang biasanya saya bawa kak, sejak corona yang lewat sepi" ujar Indra. Walau pejalan kaki yang melewati jembatan penyeberangan kini berkurang, hal itu tak mematahkan semangat dan kegigihan anak laki-laki kelas 1 Sekolah Menengah Pertama itu.

Baju lengan panjang agak lusuh, celana pendek se-lutut, sandal hitam lengkap dengan masker berwarna putih yang menutupi setengah wajah merupakan gaya berpakaian Indra sehari-hari. Dengan kaki panjang, bahu cukup bidang dan badannya yang tinggi mungkin orang yang baru bertemu Indra akan mengira ia pelajar Sekolah Menengah Atas.

Padahal ia baru saja lulus dari Sekolah Dasar, sekarang Indra merupakan pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 98 Jakarta. "Kalo saya enggak tinggi nanti diledekin temen-temen kak" ungkapnya sambil tertawa kecil.

Ditemani suara bising kendaraan yang cukup memekakkan telinga, Indra sesekali membersihkan dagangannya dari debu-debu jalan dan pejalan kaki. Ia amat memerhatikan kebersihan dagangan bagi para pembeli. Nugget pisang yang digoreng dengan topping cokelat warna-warni ia jual dengan harga dua ribu rupiah begitu pula keripik singkong.

Setiap harinya Indra memulai aktifitas di siang hari membantu ibu di rumah menyiapkan dagangan. Sang ibu yang memasak nugget pisang dan keripik singkong lalu Indra bagian yang mengemas dagangan.

Sebagai anak sulung, Indra telah terlatih mengemban tanggung jawab membantu perekonomian keluarga dari usia 9 tahun. "Kami tiga bersaudara, saya anak pertama punya adik dua-duanya perempuan, yang satu SD satu lagi masih kecil" jawab Indra.

Raut kelelahan tak nampak di wajah remaja 13 tahun itu, Indra mengaku waktunya berjualan tak terasa dibanding hanya diam saja di rumah. Sekitar jam 4 sore usai menunaikan salat ashar, Indra bergegas menjinjing barang dagangan dengan penuh harap.

Untungnya jarak rumah Indra ke Stasiun Lenteng Agung tak begitu jauh, mulailah ia menata calon pundi-pundi uang di atas plastik merah berukuran besar. Hal ini ia lakukan setiap hari, mulai jam 4 sore hingga jam 10 atau 11 malam. Habis tidak habis ia membawa kembali barang dagangannya.

Tak terasa senja mulai menampakkan meganya, pejalan kaki yang melewati jembatan penyeberangan mulai ramai menandakan aktifitas mereka selesai dan waktunya kembali ke rumah. Indra masih memandang jalanan itu sambil merapikan tempat dagangannya, dibalik kotak bening berukuran kurang lebih 50 x 30 sentimeter yang ditumpuk, terlihat dua buah kotak berwarna cokelat berukuran sedang bertuliskan alamat. "Ini pesanan orang kak dari Lampung beli keripik singkong saya alhamdulillah" Indra menjelaskan. 

Di tengah pandemi covid-19 yang hingga kini masih merebak, Indra memiliki ide untuk menjual keripik singkongnya lewat aplikasi e-commerce Shopee dengan nama toko "Keripik Singkong Mini". Beberapa pesanan telah ia terima dalam satu bulan terakhir, dirinya tak perlu pusing memikirkan pembeli yang jaraknya jauh karena ongkos kirim ditanggung pembeli.

Senyum Indra merekah saat menceritakan inovasinya, terlihat matanya membulat dengan binar-binar menandakan antusiasnya bercerita. Disela berjualan, walau lelah ia akan menyempatkan ke tempat pengiriman barang untuk menyelesaikan transaksi jual belinya di Shopee. "Nanti malam mau nganter ini ke J&T supaya sampai tepat waktu ke pembeli" tambahnya.

Tak heran Indra memiliki perawakan badan yang tinggi untuk anak seusianya. Selain berjualan, ia mengaku hobi bermain basket. Berjualan yang merupakan kegiatan mulia membantu orang tua tak menghentikan Indra untuk melakukan hal-hal yang ia sukai.

Kegigihan seorang Indra patut diteladani oleh anak zaman sekarang. Kerja keras, rasa syukur dan pantang menyerah yang ia tunjukkan seharusnya dimiliki oleh sebagian besar remaja bahkan orang dewasa. Semangat juang yang dimiliki Indra tentu akan membawanya ke mimpi-mimpi besar lain di masa mendatang. (SUC)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun