Mohon tunggu...
syifa septianiwulandari
syifa septianiwulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Taguchi untuk Pengendalian Biaya Mutu Alternatif

2 April 2024   11:09 Diperbarui: 2 April 2024   11:24 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.taguchi.eu/wp-content/uploads/2016/02/genichi_taguchi1.gif

 

Metode Taguchi untuk Pengendalian Biaya Mutu Alternatif

 

Genichi Taguchi (1 Januari 1924 -- 2 Juni 2012) adalah seorang insinyur dan statistik. Mulai tahun 1950-an, Taguchi mengembangkan metodologi untuk menerapkan statistik untuk meningkatkan kualitas barang yang diproduksi.

Metode Taguchi telah menjadi kontroversial di antara beberapa statistik Barat konvensional, tetapi yang lain telah menerima banyak konsep yang diperkenalkan olehnya sebagai ekstensi yang valid untuk tubuh pengetahuan. Taguchi lahir dan dibesarkan di kota tekstil Tokamachi, di prefektur Niigata. Dia awalnya belajar teknik tekstil di Kiryu Technical College dengan niat untuk memasuki bisnis kimono keluarga. Namun, dengan eskalasi Perang Dunia II pada tahun 1942, ia disusun ke Departemen Astronomi dari Institut Navigasi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.  Setelah perang, pada tahun 1948 ia bergabung dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat dan Kesejahteraan, di mana ia berada di bawah pengaruh statistik terkenal Matosaburo Masuyama, yang memicu minatnya dalam desain eksperimen. 

Dia juga bekerja di Institute of Statistical Mathematics selama waktu ini, dan mendukung pekerjaan eksperimental pada produksi penisilin di Morinaga Pharmaceuticals, sebuah perusahaan Morinago Seika. Pada tahun 1950, ia bergabung dengan Electrical Communications Laboratory (ECL) dari Nippon Telegraph and Telephone Corporation saat kontrol kualitas statistik mulai menjadi populer di Jepang, di bawah pengaruh W. Edwards Deming dan Union of Japanese Scientists and Engineers. 

ECL terlibat dalam persaingan dengan Bell Labs untuk mengembangkan sistem cross bar dan switching telepon, dan Taguchi menghabiskan dua belas tahunnya di sana mengembangkan metode untuk meningkatkan kualitas dan keandalan. Bahkan pada titik ini, ia mulai berkonsultasi secara luas di industri Jepang, dengan Toyota menjadi penerima awal gagasan-Nya. Selama 1950-an, ia berkolaborasi secara luas dan pada tahun 1954-1955 menjadi profesor tamu di Indian Statistical Institute, di mana ia bekerja dengan C. R. Rao, Ronald Fisher dan Walter A. Shewhart. Selama bekerja di Unit SQC dari ISI, ia diperkenalkan dengan array ortogonal yang diciptakan oleh C. R. Rao - topik yang harus menjadi instrumen dalam memungkinkan dia untuk mengembangkan blok dasar dari apa yang sekarang dikenal sebagai metode Taguchi. Setelah menyelesaikan doktoratnya di Universitas Kyushu pada tahun 1962, ia meninggalkan ECL, meskipun ia mempertahankan hubungan konsultasi. 

Pada tahun yang sama ia mengunjungi Universitas Princeton di bawah sponsor John Tukey, yang mengatur sihir di Bell Labs, saingan ECL lama. Pada tahun 1964 ia menjadi profesor teknik di Aoyama Gakuin University, Tokyo. Pada tahun 1966 ia memulai kolaborasi dengan Yuin Wu, yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat dan, pada tahun 1980, mengundang Taguchi untuk kuliah. Selama kunjungan ke sana, Taguchi sendiri mendanai kembali ke Bell Labs, di mana pengajaran awalnya tidak memiliki dampak yang bertahan lama. Kunjungan kedua ini memulai kolaborasi dengan Madhav Phadke dan meningkatnya antusiasme untuk metodologinya di Bell Labs dan di tempat lain, termasuk Ford Motor Company, Boeing, Xerox dan ITT. Sejak 1982, Genichi Taguchi telah menjadi penasihat di Japanese Standards Institute dan direktur eksekutif dari American Supplier Institute, sebuah organisasi konsultasi internasional. Konsep-konsepnya yang berkaitan dengan desain eksperimental, fungsi kerugian, desain yang kuat, dan pengurangan variasi telah mempengaruhi bidang di luar desain produk dan manufaktur, seperti teknik proses penjualan.

Mutu telah menjadi topik utama dalam teori manajemen klasik seperti telah dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor, Henry Fayol, Henry Gantt, dan lain-lain, untuk membuat produk lebih baik dan lebih efisien. Namun masalah mutu dalam bisnis baru diperhatikan secara lebih khusus setelah Perang Dunia II di Jepang dan sekarang lebih dikenal dengan nama TQM (Total Quality Management) yang aslinya dimulai di Jepang sekitar tahun 1949 (Lemak, D. J., 1997).

Pengertian mutu mempunyai arti yang berbeda tergantung pada konteks yang dipakai. Ketika digunakan untuk menjelaskan produk, mutu dapat berarti "conforming to specifications" atau "fitness for use". Filosofi yang melandasi pendekatan zero defects adalah "conformance to specifications" dan untuk pendekatan robust quality adalah "fitness for use" (Roth dan Albright, 1992). Mutu juga berkaitan dengan jasa. Jasa adalah segala sesuatu yang dijanjikan pada konsumen mengenai suatu produk. Mutu berhubungan dengan seberapa baik suatu organisasi memberikan komitmennya untuk tiap individu yang berbeda. Dalam konteks ini, mutu berarti memberi konsumen sesuai dengan apa yang telah dijanjikan, yaitu sesuai dengan spesifikasi. Mutu didefinisikan sebagai kesamaan jasa antara yang dijanjikan dan yang direalisasikan (Atkinson, et. al., 1995)

Mutu didefinisikan oleh Genichi Taguchi, yang merupakan insinyur dan penulis Jepang yang terkenal, sebagai "menghindari loss dari produk yang dikirim yang disebabkan oleh society" (Pinto dan Kharbanda, 1996). Pengertian mutu juga tergantung pada pengaruh lingkungan eksternal sehingga produk yang bermutu harus memperhatikan: 1) produksi dan konsumsi eksternal yang berkaitan dengan produk, 2) tingkat kepuasan konsumen, dan 3) penciptaan nilai yang tertinggi terhadap pasar (Miles dan Russell, 1997).

Beberapa organisasi percaya bahwa mutu dan efisiensi berkaitan, karena proses untuk memproduksi produk bermutu tinggi biasanya memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Ketika mutu jelek maka produk harus dikerjakan kembali atau dibuang dan biaya per unit dari produksi yang baik meningkat. Ketika mutu meningkat, produk sisa dan pengerjaan kembali menjadi turun, begitu juga dengan biaya. Banyak orang menghubungkan mutu suatu produk dengan kinerja, atribut atau fitur (features). Sebagai contoh, ada orang yang percaya bahwa Roll Royce memiliki mutu yang lebih baik dari Buick karena Roll Royce memiliki lebih banyak fitur. Tetapi bila mutu diartikan "sesuai dengan spesifikasi", maka Buicks sebenarnya mempunyai mutu yang lebih baik dari Roll Royce, karena pada umumnya konsumen melaporkan bahwa Buicks memiliki tingkat kerusakan tiap kendaraan yang lebih kecil daripada Roll Royce.

Mutu sangat penting bagi konsumen karena konsumen mengharapkan untuk mendapat apa yang telah mereka bayar. Mutu yang baik menunjukkan konsumen mempunyai resiko yang rendah untuk menjadi kecewa. Suatu organisasi yang menjaga komitmennya lebih baik terhadap konsumen akan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.

Mutu adalah ukuran relatif kebaikan suatu produk (Mulyadi, 1993). Produk bermutu (quality product) adalah suatu produk yang memenuhi harapan konsumen. Konsep dari produk yang bermutu dapat digunakan dalam berbagai cara. Garvin membedakan delapan dimensi fundamental dari produk yang bermutu tinggi: performance, features, reliability, conformance to specifications, durability, serviceability, product aesthetics, dan perceptions (Anderson dan Sedatole, 1998).

Salah satu metode pengendalian mutu yang digunakan di Amerika Serikat adalah metode Taguchi yang dikembangkan oleh Genichi Taguchi. Taguchi mengenalkan pemakaian metode statistik rancangan ekuipment untuk menyempurnakan rancangan produk. Metode Taguchi memungkinkan para insinyur untuk menganalisis berbagai variabel dalam jumlah besar dan interaksi di antara berbagai variabel tersebut untuk mencapai mutu tertinggi dengan penggunaan waktu dan biaya yang paling kecil. Strategi yang digunakan adalah dengan membuat produk yang bermutu dan melawan gangguan-gangguan dengan cara menghilangkan dampak yang disebabkan oleh gangguan dan menghilangkan penyebab-penyebab gangguan tersebut. Adapun gangguan yang dimaksud disini dapat berupa produk yang buruk, produksi yang tidak sempurna, dan faktor-faktor lingkungan. Akibatnya, produk dapat diproduksi dengan lebih seragam dan memberikan jasa yang lebih konsisten pada berbagai macam kondisi.

 Taguchi secara tidak langsung juga mendefinisikan istilah mutu melalui fungsi kerugian sehingga mutu dapat diukur dalam ukuran moneter dan terkait dengan teknologi produk. Kerugian masyarakat ditunjukkan oleh jeleknya kinerja produk yang dicerminkan oleh mutu produk dan keterlambatan penyerahan produk pada masyarakat. Fungsi kerugian merupakan gabungan dari semua biaya internal, biaya jaminan dan lapangan, biaya untuk pelanggan, dan biaya untuk masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalamannya suatu perusahaan diharapkan mampu mengkuantitatifkan fungsi kerugian tersebut. Banyak pihak yang menentang metode statistik Taguchi, namun banyak yang sependapat bahwa fungsi kerugian yang dikenalkan oleh Taguchi memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada manajemen. Kekuatan nyata fungsi kerugian adalah dampaknya pada perubahan pola berfikir mengenai mutu dan metode yang digunakan untuk penyempurnaan mutu yang biasanya tidak ditemui dalam pedoman payback tradisional.

Tujuan mutu yang tinggi dan biaya yang rendah tidak perlu dipertentangkan. Namun, dalam pasar yang persaingannya tajam, mutu itu sendiri tidak cukup bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Agar mampu bersaing, perusahaan harus mampu menyempurnakan mutu secara Barbara Gunawan - Metode Taguchi Sebagai Salah Satu Alternatif berkesinambungan dan melakukan pengurangan biaya. Metode Taguchi tidak boleh dipandang sebagai tujuan, namun harus diperlakukan sebagai alat yang bermanfaat sebagai bagian dari pendekatan manajemen mutu secara menyeluruh. Mutu dapat berarti biaya produksi yang lebih rendah dan meningkatkan daya saing perusahaan.

Metode Taguchi, Filosofi Taguchi harus didukung oleh metodologi Taguchi. Metode Taguchi ditujukan untuk mengukur dampak mutu terhadap biaya dengan memusatkan tiga tahap produksi yang dimulai dari saat rancangan perekayasaan sampai tahap daur hidup produk, ketiga tahap tersebut mencakup (a) merancang sistem, (b) merancang parameter, dan (c) merancang toleransi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun