Belakangan ini banyak individu yang melakukan self-diagnosed dan mengatakan bahwa dirinya mengalami depresi atau gangguan mental lainnya ketika sedang merasakan stres dan emosi negatif. Padahal merasakan dan mengalami emosi negatif serta stres bukanlah suatu gangguan mental.
Setiap manusia pasti pernah mengalami emosi negatif dan stres. Pertanyaannya seberapa sering kita merasakannya dalam kehidupan sehari-hari? Jarang? Kadang-kadang? Atau sering?
Berdasarkan penelitian, frekuensi rata-rata individu cenderung merasakan emosi positif saja dalam sehari adalah sebesar 41%, sementara merasakan emosi negatif saja sebesar 16% dalam sehari, sedangkan merasa emosi positif dan negatif secara bersamaan yaitu 33% dalam sehari (Trampe, Quoidbach, & Taquet, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun sedang bahagia, individu juga tetap bisa merasakan emosi negatif dan stres.
Emosi negatif seperti marah, takut, atau sedih merupakan bagian dari pengalaman individu yang membuatnya merasa tidak nyaman sehingga dapat menyebabkan stres. Stres juga dapat menimbulkan respon yang melibatkan emosi negatif, seperti marah (Du, Huang, An, & Xu, 2018). Lebih lanjut lagi, emosi negatif dan stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit yang lebih parah, baik fisik maupun psikologis.
Tetapi sebenarnya apa yang dimaksud dengan emosi negatif dan stres?
Emosi (emotion) adalah suatu respon yang melibatkan fisiologis tubuh (seperti jantung berdebar), perilaku ekspresif (seperti respon spontan), dan pengalaman yang disadari berupa pikiran dan perasaan (panik, takut, senang). Sementara itu, stres adalah proses dimana individu merasakan dan menanggapi suatu peristiwa tertentu, yang disebut stressor, yang dapat dianggap sebagai ancaman maupun tantangan.
Stressor ini dapat meliputi musibah, perubahan hidup yang signifikan, dan kerepotan sehari-hari. Musibah adalah peristiwa berskala besar yang tidak dapat diprediksi, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, dan lainnya. Perubahan hidup yang signifikan seperti kehilangan pekerjaan, bercerai, ditinggal seseorang yang disayangi, dan lain-lain. Sedangkan kerepotan sehari-hari dapat berupa peristiwa-peristiwa yang muncul dalam hidup sehari-hari, misalnya teman yang membuat kesal, antrean panjang, koneksi telpon terputus-putus, dan peristiwa keseharian lainnya (Myers & Dewall, 2015).
Kemudian, bagaimana respon tubuh terhadap emosi negatif dan stres tersebut?
Emosi berhubungan dengan sistem saraf. Ketika individu sedang dalam suatu krisis (sedang terpapar stresor), saraf simpatik akan merespon dan menyebabkan kelenjar adrenal melepaskan hormon stres epinefrin (adrenaline) dan norepinefrin (noradrenaline). Untuk memperoleh energi, sistem pernapasan meningkat sebagai pemasok oksigen.Â
Denyut jantung dan tekanan darah juga meningkat. Sistem pencernaan melambat dan beralih dari organ internal ke otot, sehingga memudahkan individu untuk beraksi, seperti lari. Mata menjadi dilasi (melebar), sehingga semakin mudah melihat dan waspada.Â
Tubuh menjadi berkeringat sebagai respon agar mendinginkan tubuh. Jika tubuh terluka, maka darah akan lebih cepat menggumpal. Sistem imun menjadi menurun, yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya suatu penyakit (Myers & Dewall, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa efek dari emosi negatif dan stres bila diabaikan, maka dapat menghambat aktivitas sehari-hari.
Terdapat banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi emosi negatif dan stres, yang sering digunakan adalah terapi dan pengobatan. Salah satu cara yang mudah dan dapat dilakukan adalah dengan menggunakan herbal atau bahan-bahan alami yang bisa ditemukan di dapur rumah, diantaranya yaitu:
- Kunyit
Kunyit memiliki zat aktif bernama curcumin yang memiliki banyak manfaat, tidak hanya bagi kesehatan fisik tetapi juga kesehatan psikologis, yaitu antidepresan yang dapat berguna dalam menurunkan stres (Haider et al, 2015).Â
Curcumin memodulasi level berbagai neurotransmitter, seperti norepinefrin, dopamine, dan serotonin dalam otak. Norepinefrin adalah neurotransmitter yang berhubungan dengan perhatian, emosi, tidur, mimpi, dan belajar.Â
Dopamine terlibat dalam kesenangan, emosi, dan mengatur penggerak. Sementara itu, serotonin memiliki peran utama dalam fungsi seperti nafsu makan, ingatan dan pembelajaran, suasana hati, dan pengaturan endokrin (Kulkarni, Dhir, & Akula, 2009).
- Bawang putih
Bawang putih merupakan makanan yang sangat sehat dan digunakan secara luas di dunia. Ia memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk penyakit kanker, penyakit jantung, hipertensi, kolesterol, dan meningkatkan sistem imun. Namun, bawang putih juga berfungsi dalam mengatasi stres karena dapat meningkatkan produksi serotonin dalam tubuh, dimana serotonin memiliki efek terhadap mood, depresi, dan meningkatkan bahagia (Jafari et al, 2021; Huang et al, 2019).
- Cabai
Cabai memiliki kandungan zat aktif yang bernama capsaicin. Capsaicin memiliki manfaat salah satunya sebagai psikoaktif, yaitu zat yang merangsang pelepasan hormon endorfin dalam tubuh, meningkatkan mood, dan sebagai antidepresan. Hormon endorfin adalah obat bagi otak yang dapat menurunkan stres dan meningkatkan rasa senang (Ghosh, Syamal, & Ghosh, 2016).
- Lada
Menurut Aesar (2021), lada merupakan salah satu rempah yang dapat meningkatkan produksi hormon endorfin dalam tubuh, yang akhirnya dapat menurunkan rasa sedih dan stres.
- Ketumbar
Ketumbar diketahui berperan dalam mengontrol emosi negatif. Ketumbar memiliki senyawa organik yang mudah menguap (VOC), yang berfungsi dapat meregulasi pelepasan hormon stres, yaitu dengan meredakan stres (Liu, 2022).
- Pala
Biji pala memiliki kandungan yang dapat meredakan stres dengan mekanisme serotonergik, yaitu melalui peningkatan serotonin dalam tubuh. Serotonin adalah hormon penstabil suasana hati dan bisa meningkatkan rasa senang (Dhingra & Sharma, 2006).
- Kemangi
Kemangi dapat berfungsi sebagai pereda stres dengan cara bekerja sebagai monoamine oxidase inhibitor (MAOI) yang dapat meningkatkan metabolisme neurotransmitter seperti serotonin dan norepinefrin. Norepinefrin merupakan hormon untuk mengatasi stres agar lebih terkendali, sedangkan serotonin dapat meningkatkan suasana hati yang akhirnya bisa meningkatkan kualitas tidur (Suryani, Zulissetiana, & Prananjaya, 2019).
- Jahe
Jahe memiliki senyawa aktif yang bernama gingerol, yang memiliki banyak manfaat dalam kesehatan, salah satunya adalah menurunkan stres dengan cara meningkatkan sintesis serotonin otak dan meningkatkan ketersediaan asam amino triptofan yang bersirkulasi ke otak (Bano, Sharif, & Badawy, 2021).
Jadi, ternyata bumbu dapur memiliki banyak manfaat, yang salah satunya adalah baik untuk kesehatan mental sebagai pereda emosi negatif dan stres. Seperti yang sudah diketahui, bumbu dapur adalah bahan yang digunakan sebagai penambah rasa makanan. Oleh karena itu, individu yang sedang merasakan suasana hati negatif akan meningkat mood-nya jika makan.
Stay healthy, stay positive!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H