Bagi penulis pemula, biasanya mereka akan menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan arti-arti dari ayat al-qur'an maupun mengutip dari berbagai ceramah yang ditayangkan. Dan jika para penulis ahli mereka akan menggunakan hasil riset mereka yang dihubungkan dengan al-qur'an, hadist, kisah-kisah kehidupan Nabi, ataupun hal-hal yang syarat akan makna yang terjadi dalam kehidupan mereka.Â
Cara ini lebih efektif karena kita bisa mengetahui dan mempelajarinya hanya dengan mencari kata kunci pada situs maupun aplikasi. Selain itu, berbagi bentuk sastra siber dan dakwah yang dimuat seperti video dengan desain yang unik, tulisan dengan audio pengarang, podcast, ataupun tulisan dengan susunan kata yang menarik membuat siapa saja tertarik untuk melihatnya.
Walaupun kemudahan dalam dakwah ini dipermudah dengan mudah, tetap saja para pendakwah memiliki caranya masing-masing dalam menjalankan amanahnya tetapj tetap menggunakan teknologi sebagai media pembantunya. Karena masih dirasa perlu karena media teknologi inilah yang saat ini digemari masyarakat Indonesia. Namun, kehadiran sastra siber ini tidak menjamin seratus persen bahwa setiap orang di pelosok negeri ini dapat mengetahui dan menerimana karena akses internet yang kurang memadai.Â
Dan sastra siber dan dakwah adalah kesatuan yang perlu dipertahankan agar perjalanan dakwah dapat terus berjalan tanpa terhalang apa pun dan kita dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt.
Referensi :
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fitriyani, L . 2011. Sastra Cyber di Indonesia. Malang: LiNGUA Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra.
Termini, M. a. b , & Meeranghani, K. a. b, Ramli. R. b. 2013. Dakwah Siber : Etika dan Akhlak. Malaysia : Research Gate Nate
https://tafsirweb.com/1242-surat-ali-imran-ayat-110.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H