Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Buku, Islam, Mesjid Jami' dan Jum'at

8 Desember 2017   07:13 Diperbarui: 8 Desember 2017   09:00 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di momen itulah, hakikat jami` menghilang dan inti hari jumat pergi, sementara Islam dan umat Islam dikurung. (h. 89) Agar jami` (ruang) dan jumat (waktu) kembali seperti idealitas masa Nabi dan Khulafaurrasyidin, jami` dan jumat harus diposisikan sebagai ruang dan waktu dialog sosial berkesetaraan, bukan sekadar ruang dan waktu ritual-monolog. Dalam dialog, semua pihak terkait aktif. Dalam monolog, hanya satu orang berbicara, sementara yang lain hanya pendengar pasif yang kadang mengantuk.

Di Aula Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, Jakarta, Indonesia, idealitas itu diselenggarakan. Aula itu bukan masjid tapi jmi`. Di situ, tak hanya diadakan beragam kegiatan bernuansa dialog, tapi juga shalat jumat dan khutbah jumat sebagaimana umumnya. Tapi, pasca shalat jumat, ada sarasehan, di mana jamaah berdialog tentang tema di khutbah jumat kala itu dan hal-hal lain yang terjadi di masyarakat. Itu tindakan yang perlu diteruskan dan dikembangkan supaya tidak ada lagi realitas jami` tercuri, jumat pergi dan Islam tersandera. 

Sumber: syiarnusantara. Id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun