Mohon tunggu...
Syfa Rachmawati Bukhori
Syfa Rachmawati Bukhori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hai Semuanya! Perkenalkan Namaku Syfa Rachmawati Bukhori, atau biasa dipanggil Syfa, Syf, Cipa, dan apa aja deh sesuka kalian asal jangan panggil aku anak kecil ya paman! haha orang - orang terkadang suka meledekku dengan itu. Aku lahir di Depok, 17 September 2003. Wah tidak terasa dalam hitungan beberapa bulan lagi aku akan menginjaki berkepala dua, eitss bukan kepalaku yang dua ya tapi umurku. Aku tinggal di Depok, letaknya di daerah Sawangan dekat dengan Telaga Golf. Orang Sawangan dan sekitarnya siapa si yang tidak tahu Telaga Golf, hehe. Kalian tahu tidak aku anak ke berapa? yaps benar aku anak ke- 2 dari 2 bersaudara. Aku mempunyai 1 kakak laki -laki, dia itu orangnya tidak terlalu banyak bicara tapi perhatian ke adiknya, dia tahu apa yang adiknya mau, dan kalau aku melakukan kesalahan dia tidak pernah membentakku hanya menasihatiku baik - baik. Bahkan dia sangat sayang sama aku, karna setiap abis gajian selalu mengajakku untuk belanja hehe. Tapi, sayangnya kita udah beda. Dia udah bahagia disana bersama ayah, hehe. Aku lulusan dari MI Al - Khoiriyah, jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, bahkan jalan kaki beberapa menit saja sudah sampai. Setelah lulus MI, aku melanjutkan pendidikanku di pondok pesantren Halimatus Sa'diyah sampai kelas 2 SMA "kok cumn sampai kelas 2 aja, tanggung bgt", kalian pasti ada yang kebingungankan? karna ada sesuatu yang mengharuskan aku untuk melanjutkan pedidikanku di rumah. Setelah lulus SMA aku memang sudah niat dari awal untuk lanjut kuliah. Saat ini, aku merupakan mahasiswi aktif S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Perbankan Syariah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sepertinya cukup segitu dulu ya untuk mengetahui Latar Belakangku. Cukup sekian dan terimakasih untuk kalian yang sudah mau membaca tulisanku ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata ataupun tulisan, maklum masih pemula hehe. Sampai jumpa lagi, tunggu tulisanku selanjutnya ya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibadah Kurban Mengajarkan Rasa Syukur dan Apresiasi terhadap Allah SWT

9 Juli 2023   21:40 Diperbarui: 9 Juli 2023   22:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://pixabay.com/id/

Ibadah kurban secara penerapan ibadah adalah salah satu ibadah dalam Agama Islam yang mempunyai arti yang cukup tepat dan bersifat mendalam dalam ajaran dari Agama Islam. Setiap tahunnya yang dilaksanakan sebanyak satu kali, berdasarkan pada perhitungan Tahun Hijriah, umat Islam dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk pengabdian dan rasa apresiasi secara tulus terhadap Allah SWT. 

Selain dari perintah Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan Sunnah Muakkad, ibadah kurban juga secara pokok mempunyai tujuan yang lebih penting, yaitu sebagai metode pembelajaran secara langsung untuk memperkuat rasa keikhlasan diri dan membersihkan jiwa dari hal-hal negatif. Secara operasional mengenai Ibadah kurban, jenis hewan ternak yang dapat dipakai untuk dilakukan penyembelihan hewan ialah dari klasifikasi Bahiimatu Al-An’am yang artinya hewan yang dijadikan ternak untuk diambil susunya dan dapat dikonsumsi daging hewan tersebut dengan metode yang benar.

Beberapa contoh hewan ternak yang berada dari klasifikasi tersebut adalah sapi, domba, kambing, unta, dan kerbau. Secara realitas, sapi, kambing, dan domba menjadi hewan yang cukup sering dijadikan hewan kurban saat ini, khususnya ibadah kurban yang terjadi di Indonesia. Pada saat menjalankan ibadah kurban, yang dilaksanakan dari Hari Idul Adha hingga tiga hari ke depan, umat Islam disarankan (khusus yang mampu) untuk melakukan sembelih hewan ternak yang sudah dipilih dengan keyakinan hati dan perasaan yang ikhlas. 

Ikhlas dalam melaksanakan ibadah secara umum bermakna bahwa melaksanakan seluruh tindakan dan perbuatan dengan tujuan hati yang ikhlas dan mempunyai harapan rida terhadap Allah SWT., tanpa berharap adanya imbalan atau pujian dari individu yang lain (Dina, dkk., 2022). Dalam aspek melakukan ibadah kurban, umat Islam yang melakukan sembelih hewan karena Allah SWT, sebagai bentuk dari taat dan pengabdian terhadap Allah SWT, di samping dari Ibadah Salat.

Proses pemilihan hewan kurban tentunya menjadi suatu unsur yang sangat esensial dalam pembelajaran rasa keikhlasan diri. Sebelum Hari Raya Idul Adha dilaksanakan, tentunya umat Islam dianjurkan untuk memilih hewan ternak yang berkualitas baik, memiliki kelayakan kesehatan yang prima, dan bersifat boleh untuk dijadikan hewan kurban. 

Penentuan hewan yang berkualitas baik dan sehat tersebut sudah pasti memperlihatkan adanya ketulusan dan komitmen dalam melakukan ibadah kurban tersebut. Dalam hal tersebut, setiap umat Islam juga memetik pembelajaran yang cukup berharga, yang berupa memperhatikan sisi positif dan kualitas terhadap setiap tindakan yang dilaksanakan, sehingga hal tersebut bisa menjadikan individu yang berkarakter lebih optimal dalam beraktivitas secara keseharian tersebut (Saputra, 2021).

Selain dari pembelajaran rasa keikhlasan, ibadah kurban juga menjadi salah satu langkah untuk menyucikan hati dan perasaan yang tidak bersih. Pada saat umat Islam melihat atau mempunyai keterlibatan langsung dalam proses penyembelihan hewan ternak, maka umat Islam tersebut tentunya mempunyai ingatan akan batasan individu tersebut sebagai makhluk ciptaan Allah SWT (Beddu, 2022). 

Dengan adanya pengalaman mengikuti ibadah kurban, hal tersebut akan membantu untuk mengingat terhadap hubungan antara kehidupan dan kematian, dan mengingatkan setiap umat Islam akan pentingnya rasa rendah hati dan apresiasi terhadap karunia dan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, baik secara langsung atau tidak langsung. Ibadah kurban secara aspek kehidupan sosial memegang peranan yang sangat kuat. Bagian daging dari hewan ternak yang sudah disembelih tersebut akan dibagikan secara langsung terhadap pihak yang memerlukan, termasuk pula pihak yang berada dalam golongan anak yatim, anak piatu, fakir miskin, dan kaum dhuafa. 

Tindakan dari ibadah kurban tersebut tentunya tak hanya memberikan kegunaan secara materil terhadap mereka yang memerlukan daging kurban, tetapi setiap umat Islam diajarkan untuk memperhatikan keberadaan mereka yang masih hidup dalam kekurangan dan berusaha membantu pihak yang membutuhkan tersebut dengan rasa keikhlasan yang besar dan mengharap rida Allah SWT. 

Dalam melakukan proses kurban tersebut, selain memperhatikan unsur keikhlasan dan pembersihan jiwa, terdapat pula nilai-nilai lain yang berhubungan dengan aspek kehidupan sosial, yang di mana nilai kesabaran dibutuhkan pada saat pemilihan hewan ternak yang sesuai, nilai kedisiplinan dilakukan dengan cara melaksanakan proses ibadah kurban dengan metode yang optimal dan sesuai dengan ajaran dari Agama Islam dan sisi kesehatan, dan nilai pengorbanan yang dilaksanakan dengan pemberian sebagian dari harta dan rezeki yang dipunya untuk berbagi terhadap sesama. 

Melaksanakan ibadah kurban tentunya tidak sekadar kewajiban dari Agama Islam (untuk yang mampu), tapi menjadi salah satu metode pembelajaran rasa keikhlasan, nilai kesabaran jiwa, dan rasa patuh terhadap Allah SWT.

Makna lain dari melaksanakan ibadah kurban adalah sisi perwujudan atau manifestasi dari rasa apresiasi dari umat Islam terhadap pemberian rezeki dan rahmat dari Allah SWT. Oleh sebab itu, ketika Allah SWT memerintahkan ibadah kurban menjadi hal yang wajib (untuk yang mampu), maka umat Islam tersebut harus segera melaksanakan ibadah kurban tersebut. Ibadah kurban secara langsung sudah dituangkan dalam Al-Qur'an, yang hal tersebut tertuang dalam Qur'an Surah Al-Kautsar mengenai saran untuk melaksanakan ibadah kurban dan membantu sesama yang membutuhkan (Nurhuda, 2021).

Ibadah kurban secara hakikatnya bersifat wajib, khusus umat Islam yang mampu. Jika ibadah kurban tidak dilaksanakan karena faktor biaya dan perekonomian yang kurang, maka ibadah kurban mempunyai hukum Sunnah Muakkad. Hal tersebut disebabkan karena Ibadah Qurban hanya diharuskan untuk umat Islam yang mampu, baik secara perekonomian atau nilai harta. Dalam ajaran Hadits dari Nabi Muhammad SAW., dijelaskan bahwa siapa yang memiliki kelapangan rezeki tapi tidak melaksanakan ibadah kurban¸ maka jangan sekali-kali individu tersebut mendekati tempat ibadah umat Islam (Masjid atau Musholla). 

Hal tersebut menjadi suatu kewajiban untuk melakukan ibadah kurban dengan rasa yang ikhlas dan apresiasi terhadap Allah SWT. Oleh sebab itu, ibadah kurban mempunyai banyak makna dan pembelajaran yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat membantu individu atau umat Islam yang lain dalam melakukan pembersihan jiwa dan hatinya terhadap sesama.

Daftar Pustaka

Beddu, M. J. (2022). Nilai-Nilai Qurban Dalam Perspektif Ibadah, Ekonomi, dan Sosial. 36–45.

Dina, S., Hafizh, M., & Astuti, W. (2023). Implementation of Islamic Educational Values in the Nussa & Rara Animation Film as an Alternative Media for PAI Learning at SMP Istiqlal Delitua Medan. 8(1).

Nurhuda, A. (2021). Nilai-Nilai Edukatif dalam Surat Al Kautsar Beserta Implikasinya dalam Kehidupan (Tela’ah Tafsir Al Qurthubi). Social Science Studies, 1(3), 162–176. https://doi.org/10.47153/sss13.2332021

Saputra, E. (2022). Tradisi Menghiasi Hewan Kurban pada Masyarakat Kenagarian Bawan. 4(1), 1–24.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun