Ketimpangan Sosial Antara Kota dan Desa
Ketimpangan sosial antara masyarakat kota dan desa merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional. Ketimpangan ini mencakup aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan akses infrastruktur. Di negara berkembang seperti Indonesia, ketimpangan ini tidak hanya berdampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat desa tetapi juga memengaruhi stabilitas sosial dan menghambat pembangunan berkelanjutan.
Menurut Giddens (2020), ketimpangan sosial terjadi ketika ada distribusi yang tidak merata terhadap sumber daya dan peluang. Di Indonesia, wilayah perkotaan umumnya menikmati keunggulan dalam pendidikan, layanan kesehatan, dan fasilitas publik lainnya. Sebaliknya, desa masih berjuang dengan keterbatasan infrastruktur dasar, seperti akses jalan, jaringan listrik, dan internet. Studi oleh (Habib, 2021) menunjukkan bahwa ketimpangan ini diperparah oleh kebijakan pembangunan yang lebih banyak berfokus pada kota-kota besar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
Pada sektor pendidikan, perbedaan signifikan terlihat dalam ketersediaan fasilitas dan kualitas pengajaran. Anak-anak di desa sering kali harus berjalan jauh untuk bersekolah, sementara fasilitas pendidikan di perkotaan lebih lengkap dan terpusat. Ketimpangan ini menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pendidikan di desa, seperti yang ditemukan dalam studi oleh (Imron et al., 2022).
Di sisi kesehatan, desa memiliki fasilitas yang sangat terbatas dibandingkan dengan kota. Rumah sakit modern dan tenaga medis yang berkualifikasi cenderung terkonsentrasi di perkotaan, sementara masyarakat desa harus mengandalkan puskesmas dengan sumber daya yang minim. Selama pandemi Covid-19, ketimpangan ini menjadi semakin nyata, dengan desa menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan akses vaksin dan perawatan medis. Penelitian oleh (Hasana et al., 2021) menyoroti bahwa kekurangan fasilitas kesehatan di desa meningkatkan kerentanan mereka terhadap dampak pandemi.
Kesenjangan infrastruktur juga menjadi faktor utama yang memperburuk ketimpangan sosial. Kurangnya akses internet, jalan yang rusak, dan minimnya jaringan transportasi membuat masyarakat desa kesulitan mengakses pasar, layanan, dan peluang yang tersedia di perkotaan. Dalam konteks globalisasi, masyarakat desa yang tidak memiliki akses teknologi cenderung semakin tertinggal. Penelitian oleh (Mawar et al., 2022) menemukan bahwa desa dengan akses internet lebih baik menunjukkan peningkatan pendapatan melalui pengembangan usaha mikro berbasis digital.
Ketimpangan sosial ini juga menciptakan ketegangan sosial yang memperburuk hubungan antara masyarakat kota dan desa. Ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya memicu perasaan ketidakadilan yang dapat menyebabkan konflik sosial. Oleh karena itu, diperlukan strategi inklusif yang mampu menjembatani kesenjangan ini melalui pemberdayaan masyarakat desa yang berkelanjutan.
Peran Pemuda dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemuda memiliki peran strategis dalam mengatasi ketimpangan sosial antara kota dan desa. Dengan energi, kreativitas, dan kapasitas teknologi mereka, pemuda dapat menjadi agen perubahan yang memobilisasi masyarakat desa untuk menciptakan solusi berbasis kebutuhan lokal.
Pemuda sebagai Agen Perubahan Sosial